cerita sex wanita tua
Busyetgila juga ini perempuan , mana bau Isei Miyakenya merangsang banget . Aku enggak tahan , " Mbak ngentot yuk " kata aku edan-edanan . " Ayo , kapan dong , mending berani lagi " tangannya sekarang udah masuk kedalam jeans aku dan mulai narikin halus kontol aku . cerita panas, cerita sex, cerita sex bokep, cerita bokep, cerita
KakekTua Yang Selingkuh Dengan Abg Model Cantik | Nonton Bokep, bokepseks, bokep terbaru, abg bugil, memek, memek montok, memek tembem, Tantenakal Kakek Tua Yang Selingkuh Dengan Abg Model Cantik Video mesum, memek tante, tante bugil, tante seksi, janda binal, ayam kampus, bugilsiana, bokep viral, memek bugil Bokep TanteXxnnxxjapanes kakek, Kakek ngentot, Bokep kakek tua,
Cukupsampai disini perkenalan nya ukhti/akhi.Let me start the first story about randy adventure! Karena suatu urusan yang di perintah kan Ustadz mahmud ayah randy, ia terpaksa harus meninggalkan rumah dan orang tua nya 1 bulan ke kota S. Karena Ustad Mahmud ingin randy menguruskan urusan sertifikat tanah nya dengan pemilik baru yang ada masalah sedikit dan butuh waktu agak lama untuk di
CeritaDewasa ML Cewek Gendut Perawan Tua Kulitku tergolong putih dan mulus, tiada noda setitik pun. Wajahku juga termasuk cantik. Yang jadi masalah adalah gendutnya tubuhku ini. Tinggi badanku 170 cm, sementara berat badanku 80 kg. Kalau hitung-hitungan idealnya, berat badanku seharusnya 60 kg. Berarti berat badanku kelebihan 20 kg.
cewekhamil tua indo bokep download, foto bugil memek abg tante ngentot bokep koleksi foto, bokep anak kecil dibawah umur 13 tahun smp sma, ngentot cewek cerita sex ngentot cewek hamil cerita sex hot, wonporn net only hottest free porn, ngentot cewek kecil memek masih kayak anak sd download, wanita hamil dientot rame rame abgngentot me
minh thương dễ tránh yêu thầm khó phòng. Perkenalkan aku Guntur bumi tinggal di sebuah desa yang masih sejuk.. aku tinggal di desa ini dengan nenek ku saja namanya Yami aku biasa memanggilnya Mak yam karena sejak kecil aku di asuh kakek dan nenekku… kakekku 8 tahun yang lalu sudah meninggal.. sedangkan kedua orang tuaku sudah meninggal waktu kecelakaan di kota…Oh iya nenekku itu bekerja sebagai pedagang di sebuah pasar kecil di desaku… tubuh nenekku seperti wanita dewasa lainnya yang agak gemuk tetek dan bokongnya gede… aku suka sekali melihat nenekku waktu hanya memakai bh saja di rumah.. ukuran bh nya 40 gede lah pokoknya…Aku sendiri sudah lulus SMA 1 tahun yang lalu… dan sekarang bantu2 nenek di pasar. di pasar itu rame terutama ibu ibu atau wanita tua lainnya yang semok2 aku sangat suka melihat nya…Di sebelah dagangan nenekku ada temanya bernama Bu rukemi.. umurnya sekitar 45. n… labih kurangnya aku tak tahu… dan aku suka sekali membayangkan dia waktu saya cokli… karena tubuhnya sungguh indah badanya semok gak. teteknya sangat besar sama seperti nenekku.. cuma Bu mi ini masih kencang ..Waktu itu sore hari Bu mi main kerumah ku karena besok nenek mau pergi ke kota buat belanja dagangan dia kayaknya mau nitip belanja juga…Aku yang sedang menonton tv jadi curi curi pandang ke teteknya nenekku dan bu mi…Kemudian Bu mi pulang lalu aku tanya ke nenek..“Ada apa Mak kok Bu mi kesini”“Oh dia mau nitip barang seklian Mak kan mau belamja ke kota”“Oh iya mak.. besok libur berarti di pasarnya Mak”“Iya besok libur dulu… Mak pagi2 sekali nanti minta tolong ke mas joko pakai tossa nya dia”“Oke mak”“Pagi nya Mak sudah berangkat dengan mas Joko langganan nya… sebelum berangkat Mak membangunkan ku terlebih dahulu dan di beri uang untuk membeli makanan nanti siang…Siang hari setelah beli makanan aku mulai jenuh karena menonton tv saja dari tadi… terlintas pikiranku untuk onani saja daripada jenuh… mumpung gak ada Mak dirumah jadi bebas.. paling Mak pulangnya aku masuk ke kamarnya Mak dan mengambil bhnya yang lusuh.. karena aku sangat suka sekali bh lusuhnya Mak…Kemudian kau ke depan tv.. pikirku kalo Mak pulang pasti akan terdengar suara tossa nya… jadi aku tenang saja… kemudian ku turunkan celanaku aku tiduran sambil mengocok penisku serta dengan bhnya Mak…Tak lama kemudian aku mendesah desah ke enakan…“Aahhhh maakkkk tetekkuuuuu besaarrrrr seperti teteknya Bu mi yang montok itu aahhhh aakuuu sukaaa dnegannn dia… aku akan mengajaknya negntottt… aahhhh ahhhh”Masih terus mengocok… saat hendak keluar pejuhku aku terkagetkan suaranya Bu mi persis di belakang ku sedang berdiri…
Cerita Dewasa – Umurku sekarang sudah 30 tahun. Sampai sekarang aku masih hidup membujang, meskipun sebenarnya aku sudah sangat siap kalau mau menikah. Meskipun aku belum tergolong orang yang berpenghasilan wah, namun aku tergolong orang yang sudah cukup mapan, punya posisi menengah di tempat kerjaku sekarang. Aku sampai sekarang masih malas untuk menikah, dan memilih menikmati hidup sebagai petualang, dari satu wanita ke wanita yang lain. Kisahku sebagai petualang ini, dimulai dari sebuah kejadian kira-kira 12 tahun yang lalu. Waktu itu aku masih kelas 3 SMU. Hari itu aku ada janji dengan Agus, sahabatku di sekolah. Rencananya dia mau mengajakku jalan-jalan ke Mall sekedar menghilangkan kepenatan setelah seminggu penuh digojlok latihan sepak bola habis-habisan. Sejam lebih aku menunggu di warung depan gang rumah pamanku aku tinggal numpang di rumah paman, karena aku sekolah di kota yang jauh dari tempat tinggal orangtuaku yang di desa. Jalan ke Mall dari rumah Agus melewati tempat tinggal pamanku itu, jadi janjinya aku disuruh menunggu di warung pinggir jalan seperti biasa. Aku mulai gelisah, karena biasanya Agus selalu tepat janji. Akhirnya aku menuju ke telepon umum yang ada di dekat situ, pengin nelpon ke rumah Agus, memastikan dia sudah berangkat atau belum waktu itu HP belum musim bro, paling juga pager yang sudah ada, tapi itupun kami tidak punya. “Sialan.. telkom ini, barang rongsokan di pasang di sini!,” gerutuku karena telpon koin yang kumasukkan keluar terus dan keluar terus. Setelah uring-uringan sebentar, akhirnya kuputuskan untuk ke rumah Agus. Keputusan ini sebenarnya agak konyol, karena itu berarti aku berbalik arah dan menjauh dari Mall tujuan kami, belum lagi kemungkinan bersimpang jalan dengan Agus. Tapi, kegelisahanku mengalahkan pertimbangan itu. Akhirnya, setelah titip pesan pada penjual di warung kalau-kalau Agus datang, aku langsung menyetop angkot dan menuju ke rumah Agus. Sesampai di rumah Agus, kulihat suasananya sepi. Padahal sore-sore begitu biasanya anggota keluarga Agus Papa, Mama dan adik-adik Agus, serta kadang pembantunya pada ngobrol di teras rumah atau main badminton di gang depan rumah. Setelah celingak-celinguk beberapa saat, kulihat pembantu di rumah Agus keluar dari pintu samping. “Bi.. Bibi.. kok sepi.. pada kemana yah?” tanyaku. Aku terbilang sering main ke rumah Agus, begitu juga sebaliknya Agus sering main ke rumah pamanku, tempatku tinggal. Jadi aku sudah kenal baik dengan semua penghuni rumah Agus, termasuk pembantu dan sopir papanya. “Eh, mas Didik.. pada pergi mas, pada ikut ndoro kakung juragan laki-laki. Yang ada di rumah cuman ndoro putri juragan wanita,” jawabnya dengan ramah. “Oh.. jadi Agus ikut pergi juga ya Bi. Ya sudah kalau begitu, lain waktu saja saya ke sini lagi,” jawabku sambil mau pergi. “Lho, nggak mampir dulu mas Didik. Mbok ya minum-minum dulu, biar capeknya hilang.” “Makasih Bi, sudah sore ini,” jawabku. Baru aku mau beranjak pulang, pintu depan tiba-tiba terbuka. Ternyata Tante April, mama Agus yang membuka pintu. “Bibi ini gimana sih, ada tamu kok nggak disuruh masuk?”, katanya sambil sedikit mendelik pada si pembantu. “Udah ndoro, sudah saya suruh duduk dulu, tapi mas Didik nggak mau,” jawabnya. “Eh, nak Didik. Kenapa di luaran aja. Ayo masuk dulu,” kata Tante April lagi. “Makasih tante. Lain waktu aja saya main lagi tante,” jawabku. “Ah, kamu ini kayak sama orang lain saja. Ayo masuk sebentar lah, udah datang jauh-jauh kok ya balik lagi. Ayo masuk, biar dibikin minum sama bibi dulu,” kata Tante April lagi sambil melambai ke arahku. Aku tidak bisa lagi menolak, takut membuat Tante April tersinggung. Kemudian aku melangkah masuk dan duduk di teras, sementara Tante April masih berdiri di depan pintu. “Nak Didik, duduk di dalem saja. Tante lagi kurang enak badan, tante nanti nggak bisa nemenin kamu kalau duduk di luar.” “Ya tante,” jawabku sambil masuk ke rumah dengan perasaan setengah sungkan. “Agus ikut Om pergi kemana sih tante?” tanyaku basa-basi setelah duduk di sofa di ruang tamu. “Pada ke *kota X*, ke rumah kakek. Mendadak sih tadi pagi. Soalnya om-mu itu kan jarang sekali libur. Sekali boleh cuti, langsung mau nengok kakek.” “Ehm.. tante nggak ikut?” “Besuk pagi rencananya tante nyusul. Soalnya hari ini tadi tante nggak bisa ninggalin kantor, masih ada yang mesti diselesaiin,” jawab Tante April. “Emangnya Agus nggak ngasih tahu kamu kalau dia pergi?” “Nggak tante,” jawabku sambil sedikit terheran-heran. Tidak biasanya Tante April menyebutku dengan “kamu”. Biasanya dia menyebutku dengan “nak Didik”. “Kok bengong!” Tanya Tante April membuatku kaget. “Eh.. anu.. eh..,” aku tergugup-gugup. “Ona-anu, ona-anu. Emang anunya siapa?” Tante April meledek kegugupanku yang membuatku makin jengah. Untung Bibi segera datang membawa secangkir teh hangat, sehingga rasa jengahku tidak berkepanjangan. “Mas Didik, silakan tehnya dicicipin, keburu dingin nggak enak,” kata bibi sambil menghidangkan teh di depanku. “Makasih Bi,” jawabku pelan. “Itu tehnya diminum ya, tante mau mandi dulu.. bau,” kata Tante April sambil tersenyum. Setelah itu Tante April dan pembantunya masuk ke ruang tengah. Sementara aku mulai membaca-baca koran yang ada di meja untuk. Hampir setengah jam aku sendirian membaca koran di ruang tamu, sampai akhirnya Tante April nampak keluar dari ruang tengah. Dia memakai T-shirt warna putih dipadu dengan celana ketat di bawah lutut. Harus kuakui, meskipun umurnya sudah 40-an namun badannya masih bagus. Kulitnya putih bersih, dan wajahnya meskipun sudah mulai ada kerut di sana-sini, tapi masih jelas menampakkan sisa-sisa kecantikannya. “Eh, ngapain kamu ngliatin tante kayak gitu. Heran ya liat nenek-nenek.” “Mati aku!” kataku dalam hati. Ternyata Tante April tahu sedang aku perhatikan. Aku hanya bisa menunduk malu, mungkin wajahku saat itu sudah seperti udang rebus. “Heh, malah bengong lagi,” katanya lagi. Kali ini aku sempat melihat Tante April tersenyum yang membuatku sedikit lega tahu kalau dia tidak marah. “Maaf tante, nggak sengaja,” jawabku sekenanya. “Mana ada nggak sengaja. Kalau sebentar itu nggak sengaja, lha ini lama gitu ngeliatnya,” kata Tante April lagi. Meskipun masih merasa malu, namun aku agak tenang karena kata-kata Tante April sama sekali tidak menunjukkan sedang marah. “Kata Agus, kamu mau pertandingan sepakbola di sekolah ya?” Tanya Tante April. “Eh, iya tante. Pertandingan antar SMU se-kota. Tapi masih dua minggu lagi kok tante, sekarang-sekarang ini baru tahap penggojlokan,” Aku sudah mulai tenang kembali. “Pelajaran kamu terganggu nggak?” “Ya sebenarnya lumayan menggangu tante, habisnya latihannya belakangan ini berat banget, soalnya sekolah sengaja mendatangkan pelatih sepakbola beneran. Tapi, sekolah juga ngasih dispensasi kok tante. Jadi kalau capeknya nggak ketulungan, kami dikasih kesempatan untuk nggak ikut pelajaran. Kalau nggak begitu, nggak tahu lah tante. Soalnya kalau badan udah pegel-pegel, ikut pelajaranpun nggak konsen.” “Kalau pegel-pegel kan tinggal dipijit saja,” kata Tante April. “Masalahnya siapa yang mau mijit tante?” “Tante mau kok,” jawab Tante April tiba-tiba. “Ah, tante ini becanda aja,” kataku. “Eh, ini beneran. Tante mau mijitin kalau memang kamu pegel-pegel. Kalau nggak percaya, sini tante pijit,” katanya lagi. “Enggak ah tante. Ya, saya nggak berani tante. Nggak sopan,” jawabku sambil menunduk setelah melihat Tante April nampak sungguh-sungguh dengan kata-katanya. “Lho, kan tante sendiri yang nawarin, jadi nggak ada lagi kata nggak sopan. Ayo sini tante pijit,” katanya sambil memberi isyarat agar aku duduk di sofa di sebelahnya. Penyakit gugupku kambuh lagi. Aku hanya diam menunduk sambil mempermainkan jari-jariku. “Ya udah, kalau kamu sungkan biar tante ke situ,” katanya sambil berjalan ke arahku. Sebentar kemudian sambil berdiri di samping sofa, Tante April memijat kedua belah pundakku. Aku hanya terdiam, tidak tahu persis seperti apa perasaanku saat itu. Setelah beberapa menit, Tante April menghentikan pijitannya. Kemudian dia masuk ke ruang tengah sambil memberi isyarat padaku agar menunggu. Aku tidak tahu persis apa yang dilakukan Tante April setelah itu. Yang aku tahu, aku sempat melihat bibi pembantu keluar rumah melalui pintu samping, yang tidak lama kemudian disusul Tante April yang keluar lagi dari ruang tengah. “Bibi tante suruh beli kue. Kue di rumah sudah habis,” katanya seolah menjawab pertanyaan yang tidak sempat kuucapkan. “Ayo sini tante lanjutin mijitnya. Pindah ke sini aja biar lebih enak,” kali itu aku hanya menurut saja pindah ke sofa panjang seperti yang disuruh Tante April. Kemudian aku disuruh duduk menyamping dan Tante April duduk di belakangku sambil mulai memijit lagi. “Gimana, enak nggak dipijit tante?” Tanya Tante April sambil tangannya terus memijitku. Aku hanya mengangguk pelan. “Biar lebih enak, kaosnya dibuka aja,” kata Tante April kemudian. Aku diam saja. Bagaimana mungkin aku berani membuka kaosku, apalagi perasaanku saat itu sudah tidak karuan. “Ya sudah. Kalau gitu, biar tante bantu bukain,” katanya sambil menaikkan bagian bawah kaosku. Seperti kena sihir aku menurut saja dan mengangkat kedua tanganku saat Tante April membuka kaosku. Setelah itu Tante April kembali memijitku. Sekarang tidak lagi hanya pundakku, tapi mulai memijit punggung dan kadang pinggangku. Perasaanku kembali tidak karuan, bukan hanya pijitannya kini, tapi sepasang benda empuk sering menyentuh bahkan kadang menekan punggungku. Meski seumur-umur aku belum pernah menyentuh payudara, tapi aku bisa tahu bahwa benda empuk yang menekan punggungku itu adalah sepasang payudara Tante April. Beberapa lama aku berada dalam situasi antara merasa nyaman, malu dan gugup sekaligus, sampai akhirnya aku merasakan ada benda halus menelusup bagian depan celanaku. Aku terbelalak begitu mengetahui yang menelusup itu adalah tangan Tante April. “Tante.. ” kataku lirih tanpa aku sendiri tahu maksud kataku itu. Tante April seperti tidak mempedulikanku, dia malah sudah bergeser ke sampingku dan mulai membuka kancing serta retsluiting celanaku. Sementara itu aku hanya terdiam tanpa tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya aku mulai bisa melihat dan merasakan Tante April mengelus penisku dari luar CD-ku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Sesuatu yang baru pertama kali itu aku rasakan. Belum lagi aku sadar sepenuhnya apa yang terjadi, aku mendapati penisku sudah menyembul keluar dan Tante April sudah menggenggamnya sambil sesekali membelai-belainya. Setelah itu aku lebih sering memejamkan mata sambil sekali-kali melirik ke arah penisku yang sudah jadi mainan Tante April. Tak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan yang jauh lebih mencengangkan. Kepala penisku seperti masuk ke satu lubang yang hangat. Ketika aku melirik lagi, kudapati kepala penisku sudah masuk ke mulut Tante April, sementara tangannya naik turun mengocok batang penisku. Aku hanya bisa terpejam sambil mendesis-desis keenakan. Beberapa menit kemudian aku merasakan seluruh tubuhku mulai mengejang. Aku merasakan Tante April melepaskan penisku dari mulutnya, tapi mempercepat kocokan pada batang penisku. “Sssshhhh.. creettt… creett… ” Sambil mendesis menikmati sensasi rasa yang luar biasa aku merasakan cairan hangat menyemprot sampai ke dadaku, cairan air mani ku sendiri. “Ah, dasar anak muda, baru segitu aja udah keluar,” Tante April berbisik di dekat telingaku. Aku hanya menatap kosong ke wajah Tante April, yang aku tahu tangannya tidak berhenti mengelus-elus penisku. “Tapi ini juga kelebihan anak muda. Udah keluarpun, masih kenceng begini,” bisik Tante April lagi. Setelah itu aku lihat Tante April melepas T-Shirtnya, kemudian berturut-turut, BH, celana dan CD-nya. Aku terus terbelalak melihat pemandangan seperti itu. Dan Tante April seperti tidak peduli kemudian meluruskan posisi ku, kemudian dia mengangkang duduk di atasku. Selanjutnya aku merasakan penisku digenggam lagi, kali ini di arahkan ke selangkangan Tante April. “Sleppp…. Aaaaahhhhh… ” suara penisku menembus vagina Tante April diiringi desahan panjangnya. Kemudian Tante April bergerak turun naik dengan cepat sambil mendesah-desah. Mulutnya terkadang menciumi dada, leher dan bibirku. Ada beberapa menit Tante April bergerak naik turun, sampai akhirnya dia mempercepat gerakannya dan mulai menjerit-jerit kecil dengan liarnya. Akupun kembali merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tak lama kemudian… “Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh…….. ,” Tante April melenguh panjang, bersamaan dengan teriakanku yang kembali merasakan puncak yang kedua kali. Setelah itu Tante April terkulai, merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk pundakku. “Terima kasih Dik…,” bisiknya lirih diteruskan kecupan ke bibirku. Sejak kejadian itu, aku mengalami syok. Rasa takut dan bersalah mulai menghantui aku. Sulit membayangkan seandainya Agus mengetahui kejadian itu. Perubahan besar mulai terjadi pada diriku, aku mulai sering menyendiri dan melamun. Namun selain rasa takut dan bersalah, ada perasaan lain yang menghinggapi aku. Aku sering terbayang-bayang Tante April dia telanjang bulat di depanku, terutama waktu malam hari, sehingga aku tiap malam susah tidur. Selain seperti ada dorongan keinginan untuk mengulangi lagi apa yang telah Tante April lakukan padaku. Perubahan pada diriku ternyata dirasakan juga oleh paman dan bibiku dan juga teman-temanku, termasuk Agus. Tentu saja aku tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya. Situasi seperti itu berlangsung sampai seminggu lebih yang membuat kesehatanku mulai drop akibat tiap malam susah tidur, dan paginya tetap kupaksakan masuk sekolah. Akibat dari itu pula, akhirnya aku memilih mundur dari tim sepakbola sekolahku, karena kondisiku tidak memungkinkan lagi untuk mengikuti latihan-latihan berat. Kira-kira seminggu setelah kejadian itu, aku berjalan sendirian di trotoar sepulang sekolah. Aku menuju halte yang jaraknya sekitar 300 meter dari sekolahku. Sebenarnya persis di depan sekolahku juga ada halte untuk bus kota, namun aku memilih halte yang lebih sepi agar tidak perlu menunggu bus bareng teman-teman sekolahku. Saat asyik berjalan sambil menunduk, aku dikejutkan mobil yang tiba-tiba merapat dan berhenti agak di depanku. Lebih terkejut lagi saat tahu itu mobil itu mobil papanya Agus. Setelah memperhatikan isi dalam mobil, jantungku berdesir. Tante April yang mengendari mobil itu, dan sendirian. “Dik, cepetan masuk, ntar keburu ketahuan yang lain,” panggil Tante April sambil membuka pintu depan sebelah kiri. Sementara aku hanya berdiri tanpa bereaksi apa-apa. “Cepetan sini!” kali ini suara Tante April lebih keras dan wajahnya menyiratkan kecemasan. “I.. Iya.. tante,” akhirnya aku menuruti panggilan Tante April, dan bergegas masuk mobil. “Nah, gitu. Keburu ketahuan temen-temenmu, repot.” kata Tante April sambil langsung menjalankan mobilnya. Di dalam mobil aku hanya diam saja, meskipun aku bisa sedikit melihat Tante April beberapa kali menengok padaku. “Tumben kamu nggak bareng Agus,” Tanya Tante April tiba-tiba. “Enn.. Enggak tante. Saya lagi pengin sendirian saja. Tante nggak sekalian jemput Agus?” aku sudah mulai menguasai diriku. “Kan, emang Agus nggak pernah dijemput,” jawab Tante April. “Eh, iya ya,” jawabku seperti orang bloon. Setelah itu kami lebih banyak diam. Tante April mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah sampai di sebuah komplek pertokoan Tante April melambatkan mobilnya sambil melihat-lihat mungkin mencari tempat parkir yang kosong. Setelah memarkirkan mobilnya, yang sepertinya mencari tempat yang agak jauh dari pusat pertokoan, Tante April mengajak aku turun. Setelah turun, Tante April langsung menyetop taksi yang kebetulan sedang melintas. Terlihat dia bercakap-cakap dengan sopir taksi sebentar, kemudian langsung memanggilku supaya ikut naik taksi. Setelah masuk taksi, Tante April memberi isyarat padaku yang terbengong-bengong supaya diam, kemudian dia menyandarkan kepalanya pada jok taksi dan memejamkan matanya, entah kecapaian atau apa. Kira-kira 20 menit kemudian taksi memasuki pelataran sebuah hotel di pinggiran kota. “Dik, kamu masuk duluan, kamu langsung aja. Ada kamar nganggur yang habis dipakai tamu kantor tante. Nanti tante nyusul,” kata Tante April memberikan kunci kamar hotel sambil setengah mendorongku agar keluar. Kemudian aku masuk ke hotel, aku memilih langsung mencari petunjuk yang ada di hotel itu daripada tanya ke resepsionis. Dan memang tidak sulit untuk mencari kamar dengan nomor seperti yang tertera di kunci. Singkat cerita aku sudah masuk ke kamar, namun hanya duduk-duduk saja di situ. Kira-kira 15 menit kemudian terdengar ketukan di pintu kamar, ternyata Tante April. Dia langsung masuk dan duduk di pinggir ranjang. “Agus bilang kamu keluar dari tim sepakbola ya?!” tanyanya tanpa ba-bi-bu dengan nada agak tinggi. “I.. iya tante,” jawabku pelan. “Kamu juga nggak pernah lagi kumpul sama temen-temen kamu, nggak pernah main lagi sama Agus,” Tante April menyemprotku yang hanya bisa diam tertunduk. “Kamu tahu, itu bahaya. Orang-orang dan keluargaku bisa tahu apa yang sudah terjadi.. ,” kata-kata Tante April terputus dan terdengar mulai sedikit sesenggukan. “Tapi.. saya nggak pernah ngasih tahu siapa-siapa,” kataku. “Memang kamu belum ngasih tahu, tapi kalau ditanyain terus-terusan bisa-bisa kamu cerita juga,” katanya lagi sambil sesenggukan. “Apa yang terjadi dengan keluarga tante jika semuanya tahu!” “Tante memang salah, tante yang membuat kamu jadi begitu,” kata Tante April, kali ini agak lirih sambil menahan tangisnya. “Tapi kalau kamu merasakan seperti yang tante rasakan..” terputus lagi. “Merasakan apa tante?” Akhirnya Tante April cerita panjang lebar tentang rumah tangganya. Tentang suaminya yang sibuk mengejar karir, sehingga hampir tiap hari pulang malam, dan jarang libur. Tentang kehidupan seksualnya sebagai akibat dari kesibukan suaminya, serta beratnya menahan hasrat biologisnya akibat dari semua itu. “Kalau kamu mau marah, marahlah. Entah kenapa, tante nggak sanggup lagi menahan dorongan birahi waktu kamu ke rumah minggu kemarin. Terserah kamu mau menganggap tante kayak apa, yang penting kamu sudah tahu masalah tante. Sekarang kalau mau pulang, pulanglah, tante yang ngongkosin taksinya,” kata Tante April lirih sambil membuka tasnya, mungkin mau mengeluarkan dompet. “Nggak.. nggak usah tante.. ” aku mencegah. “Saya belum mau pulang, saya nggak mau membiarkan tante dalam kesedihan.” Entah pengaruh apa yang bisa membuatku seketika bisa bersikap gagah seperti itu. Aku hampiri Tante April, aku elus-elus kepalanya. Hilang sudah perasaan sungkanku padanya. Tante April kemudian memeluk pinggangku dan membenamkan kepalanya dalam pelukanku. Setelah beberapa lama, aku duduk di samping Tante April. Kuusap-usap dan sibakkan rambutnya. Kusap pipinya dari airmata yang masih mengalir. Pelahan kucium keningnya. Kemudian, entah siapa yang mulai tiba-tiba bibir kami sudah saling bertemu. Ternyata, kalau tidak sedang merasa sungkan atau takut, aku cukup lancar juga mengikuti naluri kelelakianku. Cukup lama kami berciuman bibir, dan makin lama makin liar. Aku mulai mengusap punggung Tante April yang masih memakai baju lengkap, dan kadang turun untuk meremas pantatnya. Tante April pun melakukan hal yang sama padaku. Tante April sepertinya kurang puas bercumbu dengan pakaian lengkap. Tangannya mulai membuka kancing baju seragam SMU-ku, kemudian dilepasnya berikut kaos dalam ku. Kemudian dia melepaskan pelukanku dan berdiri. Pelan-pelan dia membuka pakain luarnya, sampai hanya memakai CD dan BH. Meskipun aku sudah melihat Tante April telanjang, tapi pemandangan yang sekarang ada di depanku jauh membuat nafsuku bergejolak, meskipun masih tertutup CD dan BH. Aku langsung berdiri, kupeluk dan kudorong ke arah dinding, sampai kepala Tante April membentur dinding, meski tidak begitu keras. “Ah, pelan-pelan doonnng,” kata Tante April manja diiringi desahannya desahannya. Aku semakin liar saja. Kupagut lagi bibir Tante April, sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yang masih memakai BH. Tante April tidak mau kalah, bahkan tangannya sudah mulai melepaskan melorotkan celana luar dan dalamku. Kemudian, diteruskannya dengan menginjaknya agar bisa melorot sempurna. Aku bantu upaya Tante April itu dengan mengangkat kakiku bergantian, sehingga akhirnya aku sudah telanjang bulat. Setelah itu Tante April membantuku membuka pengait BH-nya yang ada di belakang. Rupanya dia tahu aku kesulitan untuk membuka BH-nya. Sekarang aku leluasa meremas-remas kedua buah dada Tante April yang cukup besar itu, sedang Tante April mulai mengelus dan kadang mengocok penisku yang sudah sangat tegang. Kemudian tante setengah menjambak Tante April mendorong kepalaku di arahkan ke buah dadanya yang sebelah kiri. Kini puting susu itu sudah ada di dalam mulutku, kuisap-isap dan jilati mengikuti naluriku. “Aaaaahh….. oooouhghhh… ” desahan Tante April makin keras sambil tangannya tak berhenti mempermainkan penisku. Beberapa kali aku isap puting susu Tante April bergantian, mengikuti sebelah mana yang dia maui. Setelah puas buah dadanya aku mainkan, Tante April mendorong tubuhku pelan ke belakang. Kemudian dia berputar, berjalan mundur sambil menarikku ke arah ranjang. Sampai di pinggir ranjang, Tante April sengaja menjatuhkan dirinya sehingga sekarang dia telentang dengan aku menindih di atasnya, sementara kakinya dan kakiku masih menginjak lantai. Setelah itu, dia berusaha melorotkan CD-nya, yang kemudian aku bantu sehinggap Tante April kini untuk kedua kalinya telanjang bulat di depanku. Usai melepas CD-nya aku masih berdiri memelototi pemandangan di depanku. Tante April yang telentang dengan nafas memburu dan mata agak saya menatapku. Gundukan di selangkangannya yang ditumbuhi bulu tidak begitu lebat nampak benar menantang, seperti menyembul didukung oleh kakinya yang masih menjuntai ke lantai. Bibir vaginanya nampak mengkilap terkena cairan dari dalamnya. Waktu itu aku belum bisa menilai dan membanding-bandingkan buah dada, mana yang kencang, bagus dan sebagainya. Paling hanya besar-kecilnya saja yang bisa aku perhatikan. “Sini sayaangg.. ,” panggil Tante April yang melihat aku berdiri memandangi tiap jengkal tubuhnya. Aku menghampirinya, menindih dan mencoba memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Tapi, Tante April menahanku. Nampak dia menggeleng sambil memandangku. Kemudian tiba-tiba kepalaku didorong kebawah. Terus didorong cukup kuat sampai mulutku persis berada di depan lubang vaginanya. Setelah itu Tante April berusaha agar mulutku menempel ke vaginanya. Awalnya aku ikuti, tapi setelah mencium bau yang aneh dan sangat asing bagiku, aku agak melawan. Mengetahui aku tidak mau mengikuti kemauannya, dia bangun. Ditariknya kedua tanganku agar aku naik ke ranjang, ditelentangkannya tubuhku. Sempat aku melihat bibirnya tersenyum, sebelum di mengangkang tepat di atas mulutku. “Bleepp… ” aku agak gelagapan saat vagina Tante April ditempel dan ditekankan di mulutku. Tante April memberi isyarat agar aku tidak melawan, kemudian pelan-pelan vaginanya digesek-gesekkan ke mulutku, sambil mulutnya mendesis-desis tidak karuan. Aku yang awalnya rada-rada jijik dengan cairan dari vagina Tante April, sudah mulai familiar dan bisa menikmatinya. Bahkan, secara naluriah, kemudian ku keluarkan lidahku sehingga masuk ke lubang vagina Tante April. “Oooohhh… sssshhh… pinter kamu sayang… oh… ” gerakan Tante April makin cepat sambil meracau. Tiba-tiba, dia memutar badannya. Kagetku hanya sejenak, berganti kenikmatan yang luar biasa setelah penisku masuk ke mulut Tante April. Aku merasakan kepala penisku dikulum dan dijilatinya, sambil tangannya mengocok batang penisku. Sementara itu, vaginanya masih menempel dimulutku, meskipun gesekannya sudah mulai berkurang. Sambil menikmati aku mengelus kedua pantat Tante April yang persis berada di depan mataku. Setelah puas dengan permainan seperti itu, Tante April mulai berputar dan bergeser. Masih mengangkang, tapi tidak lagi di atas mulutku, kali ini tepat di atas ujung penisku yang tegak. “Sleep.. blesss… ooooooooooooohhhhhh,” penisku menancap sempurna di dalam vagina Tante April diikuti desahan panjangnya, yang malah lebih mirip dengan lolongan. Tante April bergerak naik turun sambil mulutnya meracau tidak karuan. Tidak seperti yang pertama waktu di rumah Tante April, kali ini aku tidak pasif. Aku meremas kedua buah dada Tante April yang semakin menambah tidak karuan racauannya. Rupanya, aksi Tante April itu tidak lama, karena kulihat tubuhnya mulai mengejang. Setengah menyentak dia luruskan kakinya dan menjatuhkan badannya ke badanku. “Ooooooooohhh…. Aaaaaaaaahhh….. ” Tante April ambruk, terkulai lemas setelah mencapai puncak. Beberapa saat dia menikmati kepuasannya sambil terkulai di atasku, sampai kemudian dia berguling ke samping tanpa melepas vaginanya dari penisku, dan menarik tubuhku agar gantian menindihnya. Sekaraang gantian aku mendorong keluar-masuk penisku dari posisi atas. Tante April terus membelai rambut dan wajahku, tanpa berhenti tersenyum. Beberapa waktu kemudian aku mempercepat sodokanku, karena terasa ada bendungan yang mau pecah. “Tanteeeeee……. Oooooohhh……. ” gantian aku yang melenguk panjang sambil membenamkan penisku dalam-dalam. Tante April menarik tubuhku menempel ketat ke dadanya, saat aku mencapai puncak. Setelah sama-sama mencapai puncak kenikmatan, aku dan Tante April terus ngobrol sambil tetap berpelukan yang diselingi dengan ciuman. Waktu ngobrol itu pula Tante April banyak memberi tahu tentang seks, terutama bagian-bagian sensitif wanita serta bagaimana meng-eksplor bagian-bagian sensitif itu. Setelah jam 4 sore, Tante April mengajak pulang. Aku sebenarnya belum mau pulang, aku mau bersetubuh sekali lagi. Tapi Tante April berkeras menolak. “Tante janji, kamu masih terus bisa menikmati tubuh tante ini. Tapi ingat, kamu harus kembali bersikap seperti biasa, terutama pada Agus. Dan kamu harus kembali ke tim sepakbola. Janji?” “He-em,” aku menganggukkan kepala. “Ingat, kalau kamu tepat janji, tante juga tepat janji. Tapi kalau kamu ingkar janji, lupakan semuanya. Oke?” Aku sekali mengangguk. Sebelum aku dan Tante April memakai pakaian masing-masing, aku sempatkan mencium bibir Tante April dan tak lupa bibir bawahnya. Setelah selesai berpakaian, Tante April memberiku ongkos taksi dan menyuruhku pulang duluan. Sejak itu perasaanku mulai ringan kembali, dan aku sudah normal kembali. Aku juga bergabung kembali ke tim sepakbola sekolahku, yang untungnya masih diterima. Dari sepakbola itulah yang kemudian memuluskan langkahku mencari kerja kelak. Dan Tante April menepati janjinya. Dia benar-benar telah menjadi pasangan kencanku, dan guru sex-ku sekaligus. Paling sedikit seminggu sekali kami melakukannya berpindah-pindah tempat, dari hotel satu ke hotel yang lain, bahkan kadang-kadang keluar kota. Tentu saja kami melakukannya memakai strategi yang matang dan hati-hati, agar tidak diketahui orang lain, terutama keluarga Tante April. Sejak itu pula aku mengalami perubahan yang cukup drastis, terutama dalam pergaulanku dengan teman-teman cewek. Aku yang awalnya dikenal pemalu dan jarang bergaul dengan teman cewek, mulai dikenal sebagai play boy. Sampai lulus SMU, beberapa cewek baik dari sekolahku maupun dari sekolah lain sempat aku pacari, dan beberapa di antaranya berhasil kuajak ke tempat tidur. Lain waktu, kalau sempat saya ceritakan petualangan saya tersebut. Begitulah kisah awalku dengan Tante April, yang akhirnya merubah secara drastis perjalanan hidupku ke depannya. Sampai saat ini, aku masih berhubungan dengan Tante April, meskipun paling-paling sebulan atau dua bulan sekali. Meskipun dari segi daya tarik seksual Tante April sudah jauh menurun, namun aku tidak mau melupakannya begitu saja. Apalagi, Tante April tidak pernah berhubungan dengan pria lain, karena dianggapnya resikonya terlalu besar. Begitulah, Tante April yang terjepit antara hasrat seksual menggebu yang tak terpenuhi dengan status sosial yang harus selalu dijaga. END
Perkenalkan namaku Riski umur 22 tahun dan bekerja di sebuah pabrik di kota dan aku sendiri ngekos di dekat pabrik ku… aku anak tunggal bapak dan ibu ku di desa merawat sawah sawah kami…Aku akan menceritakan pengalamanku dengan seseorang wanita tua yang memadu kasih dengan itu hari Sabtu karena libur aku memutuskan untuk pulang menjenguk kedua orang tua ku yang ada di kampung. Karena jarak kota dan desaku lumayan jauh dan melewati jalan yang belok belok.. saat itu di perjalanan pulang aku melihat sosok wanita tua umurnya ya sekitar 45 tahunan dia meringis kesakitan sambil memegang i kakinya.“Maaf Mbah bisa saya bantu”“Iihssss iya nak haduhhh kaki saya sepertinya keseleo.. tadi ada mobil yang menyerempet saya tapi sudah lari sekarang haduhhhh”Lalu aku membantunya berdiri ..“Maaf Mbah kalo boleh saya antarkan kerumahnya Mbah sekalian boleh.. saya gak tega melihat Mbah tidak bisa berjalan ini”“Duh jadi ngerepotin kamu nak.. kalo kamu mau ya Mbah terima kasih banyak”Lalu aku membantu Mbah itu tadi menaiki motorku.. di perjalanan kami mengobrol ngobrol sedikit ternyata namanya Mbah itu adalah Rosidah umurnya 47 dan aku memperkenalkan diri juga… tak terasa sudah sampai di rumahnya Mbah ros. aku cukup prihatin dengan kondisi rumahnya sudah reot dan terbuat dari bambu yang sudah usang…Sesampai di rumahnya ku menuntun Mbah ros membuka pintu rumahnya kemudian ku tuntun dia di sebuah kasur yang diatas tanah yang beralas dari kardus kardus… kemudian dia duduk sambil meringis kesakitan..“Mbah ada minyak urut gak???”“Ada nak.. itu di atas almari..”Lalu aku melihat minyak urut itu… karena rumahnya sempit karena dipenuhi barang2 bekas atau biasa di sebut rosok…Kemudian aku meminta ijin untuk mengurut kakinya yang keseleo itu..“Maaf Mbah kalo boleh saya pijat yang keseleo itu”“Iya nak”Karena yang keseleo itu di pergelangan kakinya… sambil memijat kaki Mbah ros kami ngobrol ..“Mbah di rumah sama siapa”??“Saya tinggal sendiri nak…”“Suami Mbah dimana emangnya”“Suami saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu”“Kalo anak nya Mbah sendiri???”“Saya dan almr suami belum di kasih anak nak.. dari awal kita nikah dulu sampai suami saya meninggal”“Pernah gak di periksakan ke dokter Mbah mungkin ada masalah kesehatan dari Mbah atau almr suami Mbah dulu”“Boro boro ke dokter nak.. buat keperluan sehari hari saja kita belum mampu”“Oh gitu maaf ya Mbah jika aku banyak tanya”“Iya gpp nak.. eh ngomong-ngomong mau kemana tadi nak”“Mau pulang kampung Mbah.. mumpung hari libur kerja”“Sudah menikah belum nak??”“Belum Mbah.. masih pengen kerja dulu untuk masa depan”“Iya nak betul itu..”Saat mengurut kakinya tak sengaja aku melihat kedua susunya yang tertutup pakaian ternyata besar juga… aku baru menyadari saat Mbah Ros melepas kerudungnya…Kemudian setelah merasa kakinya sudah enakan Mbah Ros bertemikasih padaku… dan aku pamit pulang..Di perjalanan aku terbayang bayang susunya Mbah yang besar itu… aku jadi gak konsen hampir saja aku menabrak sebuah motor…Tak terasa sudah sampai dirumah dan temu kangen dengan kedua orang tuaku… karena 1 bulan sekali aku pulang jadi rasa kangen dengan kedua orang tua ku sangat besar..Malam hari pikiranku masih selalu terbayang susu besar Mbah Ros tadi… lalu ku buka celanaku dan aku onani membayangkan susu Mbah ros..Hari Minggu malam aku akan pulang lagi ke kosan ku karena hari Senin sudah berkerja lagi.. maklum cuma karyawan pabrik… heheAku berangkat dari rumah setalah Maghrib karena sekalian menjenguk Mbah Ros melihat ke adaan ya…
Reads 68,088Votes 1,501Parts 4dewimega2618Ongoing, First published May 04, 2019Apa yang terjadi saat mendapat pasangan beda usia hingga 20 tahun? sulitkah mengatasi segala hal saat tidak melewati waktu muda Rights ReservedceritaupdateceritaupdateTable of contentsBagian 1Sat, May 4, 2019bukan update..Thu, Aug 22, 2019Bagian 2Tue, Jun 2, 2020halloTue, Dec 14, 2021Get notified when Bersuami Duda Tua is updated OR If you already have an account, By continuing, you agree to Wattpad's Terms of Service and Privacy yang terjadi saat mendapat pasangan beda usia hingga 20 tahun? sulitkah mengatasi segala hal saat tidak melewati waktu muda partsbukan update..Thu, Aug 22, 2019Bagian 2Tue, Jun 2, 2020halloTue, Dec 14, 2021627ceritaContent GuidelinesYou may also like 41 parts Ongoing Warning area 1821!!!🔞 "Nay mau ini boleh ngga?" ucap Vano memohon kepada Naya sambil menoel noel b... 47 parts Ongoing MatureAshley Navaliz, seorang tuan muda keluarga Navaliz yang terkenal akan perusahaan terbesar yang berg... 7 parts Ongoing JUST FANFICTION DILARANG PLAGIAT ! TAEKOOK AREA 97 parts Ongoing Follow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima... 56 parts Ongoing 𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗟𝗨𝗣𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗕𝗔𝗖𝗔!! Sequel MTiMH ‼️WARNING‼️ ✓ bucin ✓... 14 parts Ongoing Aku yang menciptakan, aku juga yang menghancurkan 🌸 Cast 1. Cale Bintang Bagaskara 2. Kaluna Pa...You may also like18222021abgbahagia18Baby Boy Alvano 41 parts Ongoing
Mas888 – Aku baru saja tamat SMA dan aku harus tinggal bersama Tante aku adik dari ibuku di ibukota kecamatan. Umurku 18 tahun dan suka olahraga lari dan sepakbola. Rajin membantu dan ringan tangan dalam banyak pekerjaan, tidak banyak bicara dan tinggi tubuhnya dalam usia yang muda itu cukup lumayan. 170Cm, sawo matang, rambut lurus dan nilai raport rata-rata delapan. Itulah sebabnya, ayah-ibuku merasa sayang pada aku Karena orang tuaku tidak mampu menyekolahkan, Tante yang perawan tua dan sudah berusia 34 tahun, memungutku menjadi anak sendiri untuk disekolahkan, dengan harapan, nanti kalau dia sudah tua dia bisa menumpang pada aku dan rumah serta sawah dan kios kecil di pasar kecamatan yang dua pintu tapi disatukan menjadi milik aku. Ibu dan ayah sangat senang dan bahagia. Pagi-pagi sekali kami sudah bangun kemudian mengerjakan pekerjaan masing-masing lalu sarapan. Mumpung belum masuk sekolah ke kampus, aku ikut ke pasar membantu jualan. Di pasar, Tante sudah sangat terkenal sebagai grosir jamu dari sebuah perusahaan. Dari kecamatan lain banyak yang membeli jamu produk perusahaan jamu tertua itu ke kiosnya. Walau sudah berusia 34 tahun Tante kelihatan masih padat dan berisi. Dia selalu mengenakan kebaya pendek, dengan rambut disisir rapi dan disanggul, serta mengenakan kain batik, juga selendang. Sejak kehadiran aku, dia tidak naik ojek lagi, karena Tante sudah pula mengkredit sebuah motor China untuk nanti aku pakai ke sekolahnya. Tante sangat senang, karena aku sangat rajin. Pukul aku sudah membuka nasi dari rantang dan menaruhnya ke piring dan menyiapkan segalanya, agar Tantenya makan siang dan aku yang ganti menjaga kios melayani pembeli yang seakan-akan tak pernah habisnya. Pantas setiap sore, Tante selalu membawa uang yang banyak dalam tas-nya. Tante tingginya 156 Cm, berkulit putih bersih sedikit kerutan di wajahnya, namun teteknya masih bulat dan padat, serta pantatnya besar dan padat pula. Dia memintaku membawa tas berisi uang dan Tante naik ke boncengan serta di atas pahanya dia membawa bawaan dalam plastik agak lumayan besar. Pukul berkisar seperti itu setiap hari secara rutin kami sampai ke rumah yag tak jauh dari pasar. Rumah Tante persis di pinggiran desa, tersendiri di tepi sawahnya yag baru saja ditanami oleh orang lain. Hasil sawahnya akan dibagi tiga. Dua untuk yang mengerjakan, satu untuk Tante. Setelah mandi, Tante bersiap-siap menyiapkan makan malam kami. Begitu keluar dari kamar mandi, aku terkagum dan sedikit horny melihat tubuh Tanteku. Dengan mengenakan daster mini yang sangat tipis dan tanpa bra, kelihatan remang-remang , pentil teteknya dan kulit perutnya yang putih mulus. aku menelan ludah. Gantian aku memasuki kamar mandi. Sembari menyiapkan makanan, dia terus melamun. Entah kenapa tiba-tiba Tante juga sepertinya berpikiran aneh juga, terlebih setelah melihat aku keluar dari kamar mandi hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. masih muda, tapi kelihatan tubuhku demikian atletis. kami makan berdua di ruang makan di dapur. Tante kelihatan sengaja melepas dua kancing bagian atas dasternya dan memperlihatkan belahan dada-nya yang putih. Seperti tidak sengaja, dia mengangkangkan pahanya, sampai pangkal pahan kelihatan dan aku memperhatikannya tanpa kedip. Terlihat dia menggodaku Usai makan, aku langsung mengangkati piring kotor, walau dilarang oleh Tante. “Kamu anak yang rajin dan suka membantu.” “Namanya juga anak, ya harus membantu ibunya. Ibu kan sudah capek,” kata aku yang tidak lagi memanggilnya Tante, tapi ibu,. Tante tersenyum manis. Saat aku menjangkau sebuah gelas dan tubuhnya dekat dengan Tante, Tante memeluknya dan merangkulku. “Anak ibu memang rajin dan ibu senang sekali,” katanya mencium pipiku dan memeluk aku “Orang yang berbakti kepada ibunya pasti akan diberkati,” kata Tante pula sembari memeluk aku dan buah dadanya menempel di dadaku. Srrrrr… darah aku berdesir akibat tempelan tetek besar yang kenyal itu. Acara dangdut di TV kami tonton berdua. Dan Tante menarikku untuk duduk dekat denganya di sofa. Tante merangkulku dan membelai-belaiaku. “Sebagai ibu, dia wajib menyusui anaknya. Walau aku tidak memiliki air susu lagi, tapi aku harus menyusuimu, agar kamu sah menjadi anakku,” kata Tante sembari mengelus kepalaku. aku memejamkan mata dan rambutku dielus-elus dengan kemanjaan. Tante melepas semua kancing dasternya dan mengeluarkan teteknya. “Kamu harus netek, dan kamu sah adalah anakku,” kata Tante menyodorkan teteknya ke mulut aku. Dengan dada menggemuruh, aku merebahkan kepala di paha Tante dan Tante menyodorkan teteknya ke mulutku sembari mengelus-elus rambut ku. Dada Tante juga menggemuruh keras. Tante mengarahkan bagaimana cara mengisap tetek dan mempermainkan lidah pada teteknya. Lepas dari satu tetek, dipindahkan ke tetek yang lainnya. “Ikhhhh… anak ibu memang pintar. Ibu berharap, kamu tetap sehat dan nanti bisa tempat ibu menumpang hidup,” bisik Tante ke telinga aku. Tapi desahan nafas bisikan Tante di telinga aku membua aku semakin gelisah dan bulu kuduknya jadi merinding. Tangan Tante mengelus dada aku yang telanjang dan telapak tangan Tante sengaja dipermainkan pada pentil tetek aku. aku pun sudah tak mampu mengendalikan diri. aku peluk Tante dan sebelah tetek yang lain diremasnya. aku membuka melepas semua kancing daster Tante sembari terus menetek dan Tante ikut membantu, sampai Tante tinggal memakai CD saja. Tantepun nafasnya sudah tidak teratur lagi, lalu melepas celana pendek berkaret bersama CD yang ada di balik celana pendek itu, membuatku sudah telanjang bulat. Aku terus mengusap tetek Tante, dan Tante secara perlahan melepas pula CD nya sampai dia juga telanjang bulat, sementara tangannya dengan cepat meraih remote controle mengecilkan suara aku untuk duduk menghadapnya di lantai, kemudian Tante mengangkangkan kedua kakinya, lalu ditariknya kepala aku sampai rapat ke vaginanya. kulihat vaginanya ditutupi bulu keriting yang menumbuhi bagian bawah pusar Tante. Sementara bibir vaginanya tampak bagai garis kehitaman. Ohh indahnya.. penisku yang sudah tegang sedari tadi. “Walau kamu belum pernah saya lahirkan, anggaplah ini kelahiranmu. Kamu lahir tanpa sehelai benang pun juga,” bisik Tante . judi online agen bola terpercaya Mulut ku dirapatkannya ke vaginanya dan dia minta untuk menjilati vaginanya. “Sebagai ganti kelahiranmu, karena kamu tak mungkin lagi masuk ke dalam perutku, maka biarlah lidahmu menyentuhnya….” kata Tante. Aku mulai memainkan jari-jariku menyibakkan bulu-bulu membuka bibir vaginanya lalu kucium dan kujilat-jilat.. biar agak bau tapi rasanya enaakk sekali.. terus kujilat-jilat sampai puas.. kurasakan tubuh tante sedikit bergerak-gerak.. tapi aku tak peduli lagi.. akuu takk tahann lagii., dibagian tengah vagina agak keatas vaginanya ada daging agak keras seperti kacang lalu kujilati itu “ya trus pas itu kamu isep” langsung ku hisap dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang aneh. dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga.. Cairan yang keluar dari vaginanya makin banyak saja.. dan makin licin.. Tante pun turun ke karpet dan menelentangkan dirinya, lalu ditariknya aku menindih tubuhnya dan menuntun penisku menelusup ke dalam liang vaginanya. “Huuuhhhh…” hangat terasa penis aku memasuki vagina Tante Secara refleks aku mulai menggoyang penisku di dalam liang Tante dan Tante memberi respons dengan ikut bergoyang mengikuti irama. Tidak lama, kamipun berpelukan erat dengan nafas sama-sama memburu dan Tante memeluk aku semakin kuat dan menbelit tubuhnya dengan kedua kakinya, lalu Tante mendesah… “anakku…. hayo sirami ibumu ini sayang, sebagai tanda kelahiranmu. Hayooo…. “ ku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku .. aku semakin keras mengocok penisku di dalam vaginanya..aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.. ada sesuatu keluar dari penisku.. crot crot aku merasa nikmat banget.. aku tekan keras-keras penisku di dalam vaginanya.. dan tante pun mencapai orgasmenya dan penisku mulai melembek.. dan aku ter baring disamping nya dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku. “Hayo cepat bangun, udah kesiangan… bangun…bangunnn…” Tante membangunkan aku. Matahari sudah menyelusup dari kisi-kisi jendela. Dan aku terbangun. Saat kubuka mata, yang pertama ku lihat Tante masih telanjang bulat. Saat dia lihat tubuhnya, dia juga telanjang bulat. Tante pun memakai dasternya, tanpa CD dan Bra lalu dia keluar kamar dan terus ke kamar mandi. Saat keluar kamar dia setengah berteriak, cepat bangun ayo kita mandi, nanti keburu pelanggan kita pada pulang. aku pun bangkit dan dengan telanjang dan langsung menghambur ke kamar mandi. Saat dia masuk ke kamar mandi yang pintunya tidak ditutup, sudah beberape kali siraman air sejuk ke tubuh Tante dan air itu terpercik ke tubuh aku. Dingin. “Sini dekat, Biar ibu mandikan kamu. Dasar malas mandi kamu…” kata Tante seperti berkata kepada anak berusia 4 tahun dengan manja. Aku senang diperlakukan seperti itu. aku pun jongkok lalu disirami air sejuk mulai dari ubun-ubunnya. Disabuni pakai sabun mandi yang wangi, lalu Tante menyirami dan menyabuni tubuhnya sendiri. Berdua kami mandi di kamar mandi dengan telanjang, lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Berdua pula kami masuk kamar dan berpakaian. “Kita beli saja sarapan di pasar. Ayo cepat, kata Tante. aku berpakaian cepat dan bersisir, lalu menyalakan sepeda motor China memanaskan mesinnya, sedang Tante mengenakan kebaya dan kain batiknya. Tergesa-gesa tentunya. Benar saja, Kios belum dibuka, pelangan sudah ramai menungu, karena Tante adalah kios terbesar di kecamatan itu menjual jamu secara lengkap. Sebuah mobil y ang membawa jamu dari ibukota provinsi juga sudah menunggu. aku membuka kios sembari menyusuni yang penting disusun, Tante mulai melayani pembeli sedang mobil pembawa jamu orderan, harus sabar menunggu. “Kenapa lama sekali hari ini?” Salah seoprang pelanggan yang merasa lama menunggu memberikan teguran halus, walau teguran itu disampaikan dengan senyum manis. “Kayak pengantin baru aja,” yang lain nyeletuk. “Iya tuh.. wajahnya hari ini cerah sekali, seperti remaja tinting yang baru dapat pacar,” seorang pelanggan lain menimpali. Walau wajah Tante bersemu merah, dia tersenyum saja. “Sabar… sabar…” hanya itu yang keluar dari mulutnya. Apakah jawabannya itu ada relevansinya dengan celoteh pelangannya dia sendiri enggak tau. Usai menyusun yang penting, aku membeli sarapan ke kedai tak jauh dari tempat kami dan sarapan sendiri, lalu sebungkus dai bawa untuk Tante, ibunya. “Ini siapa?” tanya salah seorang pelanggan yang sedikit kagum juga pada kecekatan aku “Pembantu dapat dari mana?” tanya yang lain. “Kalau ngomong jangan sembarangan. Itu anakku….” bentak Tante dengan wajahnya yang tajam pada tatapan. Pelanggan sempat terkesiap mendengar bentakannya. Tapi ada satu pelanggan yang usil dan mengatakan, ” Setahuku, ibu tak pernah menikah, kok tiba-tiba punya anak?” Tante semakin galak. “Soal menikah atau tidak, itu urusanku. Tapi yang jelas mulai 3 hari lalu, dia adalah anakku. Mengerti?” bentaknya. Semua diam. Mereka sadar, soal masalah anak, tak pantas kami mengungkitnya. Setelah semuanya kembali cair, Tante mengatakan kepada salah seorang pelangan yang tertua dan selama ini dekat dengannya, siapa aku. Aku adalah anak adik kandungnya dan sudah diserahkan kepadanya sebagai anaknya sendiri. Ibu tua itu menyalami Tante sembari mengucapkan selamat, semoga menjadi anak yang soleh. akujuga disalami dan dicium oleh ibu tua itu. Palanggan yang lain yang mulanya mau iseng saja, ikut menyalami dengan mengucapkan selamat. Ibu tua itu menyarankan agar dibuatkan kenduri kecil-kecilan agar semua orang tau, Tante sudah memiliki seorang anak yang ganteng. Semua menyetujui dan Tante pun langsyung ngomong kalau hari minggu depan hal itu dilaksanakan. Saat itu juga Tante mengundang kami semua. Ibu tua itu pun menngumbar kata, “Tuh… rupanya sudah direncanakan mingu depan buat kenduri kecil-kecilan dan dia akan mengundang kita semua. Makanya, kita tak seharusnya asal ngomong,” katanya. Pelanggan yang lain pun memohon maaf atas kelancangan kami. Dan minggu depannya, acara kenduri itu pun dilaksanakan, tetangga semua diundang dan pelanggan juga. Usai acara kenduri aku dan Tante kelelahan. Cepat kami tidur. Hanya satu malam saja aku tidur di kamarnya yang sudah disediakan. Setalah itu, kami pernah tidur di karvet sampai bangun kesiangan, kemudian dan seterusnya kami tidur di kamar Tante. Begitu pintu tertutup, Tante melepas pakaiannya sampai bugil dan meletakkan dasternya pada sebuah paku di sisi ranjang. Aku juga demikian dan kami masuk ke dalam selimut. Di antara kami tak ada pernah keluar kata-kata malam ini kita main yuk atau kata-kata apa saja. Bahasa tubuh keduanya kami sudah bisa saling mengerti. Aku membuka sedikit selimut dan mulutnya langsung mengisap tetek Tante dan sebelah tanganya mengelus-elus vagina Tante dengan bulunya yang selalu terawat rapi. Saat itu juga walau terasa agak letih Tante tatap memberinya respons, kami saling mengelus, merangkul dan melepaskan nikmat kami dengan gairah yang luar biasa. Semua orang kagum pada Tante yang memiliki anak ganteng dan semakin ganteng saja dengan pakaian rapi seperti Tante, dan rajin membantu. Tak percuma Tante mendapatkan anak seperti aku yang rajin dan penuh sopan santun. Tante juga bangga sekali jika orang-orang memujinya. Terutama orang sedesanya yang mengetahui siapa aku dan mengenal siapa orangtua aku, kami menghargai keberadaan aku. Setahun sudah aku bersama Tante. aku semakin ganteng, tidak terjemur matahari lagi, makan teratur dan pakaiannya bagus-bagus, serasi dengan tubuhnya. Kini kelihatan aku semakin tinggi dan berotot. suatu hari karena ada acara di kampus aku tidak dapat menjemput tante ke pasar. aku pulang jam 3 sore kok tante belum pulang aku langsung bertanya pada tetangga katanya tante kecelakaan dan dirawat di rs di sampai disana sekitar jam 4sore langsung kutemui tante dia masih dalam keadaan tidak sadar. Langsung kuhububgi ibuku memberitahukan bahwa tante kecelakaan. Sekitar jam 6 malam ibuku datang tanpa bapak . “Lho bu bapak mana?” “Bapakmu merantau dikota jadi dia tidak bisa datang,gimana keadaan tantemu?” “Sudah sadar bu tapi masih belum boleh dijenguk”. kamipun bergiliran dalam menjaga pagi aku pergi ke pasar sedangkan kalau malam aku yang menunggu . sedangkan ibuku pergi ke rumah tante aku tidak kuliah karena lebih mementingkancari duit untuk kesembuhan tante. sekitar 2 hari setelah kejadian tante sudah dipindah diruang rawat inap malamnya sekitar jam 8malam aku pamit ke tante mau ambil pakaian soalnya pakaian kami tinggal sedikit entar aku balik lagi kesini. “Baik nak kamu balik aja dulu trus gimana tokonya?” “Saya yang nungguin” “Lha trus kuliahmu gimana?” “Enggak papa yang penting ibu cepat sembuh biar kita bisa 2 sama lagi.” Lalu aku sampai rumah sekitar jam 10 karena aku punya kunci serep maka aku bisa masuk. Ketika kulihat didepan tv ada ibu yang sedang tidur dengan hanya menggunakan daster tanpa cd dan bh mungkin karena merasa sudah tidak ada orang dirumah.
cerita sex wanita tua