cerita sex perkosa istri teman
Istriku yang sedang memainkan lidahnya di batang senjata ku lalu menoleh kan kepalanya melihat teman temanku dgn matanya memberitahu mereka apa yang ada dalam pikirannya untuk memuaskan dirinya tanpa sedikit pun melepaskan jilatannya dari senjata ku. Ketika istri ku memberikan kode, teman-teman ku berlomba menanggalkan pakaian mereka.
Bobtentu sudah mengembuskan asap rokoknya ke dalam vagina istriku. "Aaakhhhh panaaassss.adududuhhhh." Reni terus menjerit dan meronta-ronta. Kulihat Bob melepaskan mulutnya dari vagina istriku. Sementara Aldo mengclose up asap yang mengepul dari vagina Reni. Reni semakin menangis ketakutan. Bob bangkit dan menjilati sekujur wajahnya.
CeritaDewasa - Seksinya Teman Istri. Cerita Dewasa - Kejadiannya ketika aku sdh berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 thn, usiaku kala itu 30 thn. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yg masih sangat baru. Belum banyak penghuni yg menempatinya, malahan di gang rumahku (yg terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yg ditempati, yaitu rumahku dan rumah Tora.
akunampak mak pulak cium abah 30 malam kami masuk tidur No Location Found Find My Friends Meaning Saya nak tanya ustaz Emak saya kena ilmu penunduk ke ustaz ? sampai Bapak saya rogol anak sendiri pun diam tak nak cakap yang itu dosa emak saya biarkan macam tu je saya ni orang brunei ustaz tapi kadang kadang saya adelah takut jugak kat bapak
minh thương dễ tránh yêu thầm khó phòng. Desahan Hot Ngentot Teman Istri Wanita Jilbab – setelah sebelumnya ada kisah , kini ada cerita . selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru ceritaDesahan Hot Ngentot Teman Istri Wanita JilbabPeristiwa ini sebenarnya tak pernah kuduga sebelumnya, mengingat Bu Evi teman istriku tidak menampakkan gejala-gejala nakal sebelumnya. Apalagi mengingat dia akrab dengan istriku. Istriku pun kelihatannya percaya dan tak mencurigai kalau aku bepergian dengan Bu Evi. Lagian kalau niat mau selingkuh, masa Bu Evi berani ke rumahku? Apalagi mengingat Bu Evi kelihatannya taat beribadah. Tiap hari selalu mengenakan dan istriku sama-sama berwiraswasta, tapi lain bidang. Aku sering jadi mediator, begitu juga Bu Evi. Sementara istriku membuka toko kebutuhan sehari-hari, jadi bisnisnya cukup menunggui toko saja. Di belakang rumah, istriku punya bisnis lain, beternak ribuan burung puyuh yang rajin bertelur tiap suatu pagi, waktu aku baru mau mandi, istriku menghampiriku, “Ada Bu Evi, Bang.” “Oh, iya… kami sudah janjian mau ketemu pemilik tanah yang mau dijadikan perumahan itu,” sahutku, “Suruh tunggu sebentar, aku mandi dulu.” lalu pergi ke depan. Sementara aku bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dan berdandan, aku melangkah ke ruang tamu. Bu Evi sedang ngobrol dengan istriku. “Barusan istri Herman datang, Bang,” kata istriku waktu aku baru duduk di sampingnya, “Herman sakit, kakinya bengkak, asam uratnya kambuh, jadi gak bisa kerja hari ini.” “Penyakit langganan,” sahutku dengan senyum sinis. Dengan hati kesal, karena aku harus nyetir sendiri hari ini. Herman adalah nama sopirku.“Acaranya hari ini nggak jauh kan?” tanya istriku, “Sekali-sekali nyetir sendiri kan nggak apa-apa.” sambung istriku. “Iya… ada sopir atau nggak ada sopir, kegiatanku takkan terhambat,” kataku, lalu menoleh ke arah Bu Evi yang saat itu mengenakan baju hijau pucuk daun dan kerudung putih, “Berangkat sekarang Bu?” “Baik Pak,” Bu Evi memegang tali tas kecilnya yang tersimpan di pangkuannya. Tak lama kemudian Bu Evi sudah duduk di sampingku, di dalam sedan yang kukemudikan kami di perjalanan hanya menyangkut masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Evi. Tidak ada yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh duduk saja di dalam mobil yang parkir menghadap ke kebun tak terawat sehingga mirip hutan, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku seorang developer. Suasana sunyi sekali. Entah kenapa, suasana sunyi itu membuatku tiba-tiba iseng memegang tangan Bu Evi.“Bisa dua jam kita menunggu di sini, Bu.” “Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku, “Sabar aja Pak, dalam bisnis memang suka ada ujiannya.”Aku terdiam, tapi tidak dengan tanganku. Aku mulai meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia juga membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti, ah… pikiranku melayang tak menentu. Mungkin di mana-mana lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau sedepa. Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan ABG lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan?Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yang sangat tertutup itu. Bu Evi diam saja. Dan akhirnya aku berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia menepiskan tanganku. “Duduknya di belakang saja Pak, di sini takut dilihat orang” Senangnya hatiku. Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau!“Kenapa mendadak jadi begini Pak?” tanya wanita berjilbab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke balik BH-nya. “Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang. “Tapi Pak… uuuhh… kalau aku jadi horny gimana nih?” Wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap. “Kita lakukan saja, asal Bu Evi gak keberatan”Tanganku makin berani, menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya. Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya, bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa sudah basah dan hangat.“Masa di mobil?” protesnya, “Kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…” “Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Evi yang terasa hangat dan berlendir…Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik, “Duh Pak… aku jadi kepengen nih…. kita cari penginapan aja yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita datangnya besok aja.” “Iya sayang, sekarang ini dirimu lebih penting daripada pemilik tanah itu” bisikku. “Ya sudah dulu dong,” Bu Evi menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya, “Nanti kalau aku gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan aku kasih semuanya…” Aku ketawa kecil. Lalu pindah duduk ke belakang setir lama kemudian mobilku meluncur di jalan raya. Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Bu Evi, karena kalau di dalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya aku punya istri, Bu Evi pun punya itu cuma hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin. Bu Evi kini sedang berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu, sementara aku sudah tak sabaran ia muncul di pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi, tampak tergerai, panjang lebat dan ikal. Jujur, ia tampak jauh lebih seksi saat rambutnya digerai. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas di bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat, “Bu Evi cantik….muahhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya. Ia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan kami bergumul di atas tempat tidur. Berkali-kali Bu Evi memagut bibirku. Aku menyingkapkan bajunya. Rupanya tak ada apa-apa lagi di balik bajunya selain tubuh Bu Evi yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar payudara istriku tapi tampak indah di mataku, seperti payudara gadis belasan tahun. Pandanganku melayang ke bawah perutnya, tampak kemaluannya yang berambut pun mulai beraksi. Menjilati lehernya yang hangat, sementara tanganku mengelus jembut yang lebat itu. Bu Evi tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, lalu menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Seketika batang kemaluanku seakan melompat mencari Evi melotot melihat batang kemaluanku yang tegak dengan gagahnya. “Iiiih… punya Bapak kok panjang gede gitu…. si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya. “Emang punya suami Bu Evi seperti apa?” tanyaku. “Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Evi sambil merangkulku dengan ketat, seperti kuciumi lehernya, lalu turun mengemut puting susunya. Kusedot-sedot dan sesekali menjilat puting susunya yang kian mengeras itu. Sementara tanganku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai memasukkan jari tengahku ke dalam liang Evi membalas dengan mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak penisku, sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian puas mengemut puting susu Bu Evi, bibirku perlahan turun ke arah perutnya, menjilati pusarnya, lalu turun ke bawah perutnya. “Pak jangan ke situ…” Bu Evi berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas. Aku tak menghiraukannya, ku sibak bulu kemaluannya dan mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya. “Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Evi mulai menceracau tak lagi ketika aku menjilati clitorisnya dan menghisap-hisapnya “Oooh Pak… aku udah mau keluar nih…” celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan penisku ke vaginanya yang sudah basah dan berlendir. “Blessss…” sekali tekan penisku langsung terbenam.“Aduhhh… sudah masuk Paakk… oohhhh…” Bu Evi menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya, “Aku gak bisa nahan lagi…mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…”Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat. Rupanya dia sudah orgasme, terasa liang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek. “Barusan kan baru orgasme pertama,” bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang pinggulnya, sehingga penisku serasa dibesot-besot oleh liang surgawi Bu Evi. Aku tahu goyangan itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena gesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi semakin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.“Aduuh… Pak… enak sekali… aku bisa ketagihan nanti Pak” celotehnya dengan napas tersengal-sengal. “Aku juga bisa ketagihan, vaginamu enak sekali sayang… benar-benar enak sekali” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang memang tidak berlebihan. Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut “Selingkuh Itu Indah”. Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat Bu Evi juga konvensional saja. Tapi enaknya luar tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran. Bu Evi pun tampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya.“Ooh… aaahhh… aduh Pak… enak Pak… aku mau keluar lagi nih Pak.” “Kita barengin keluarnya yok…” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku. “Iya Pak… biar nikmat…” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat pada suatu saat, kuremas-remas buah dada wanita itu, mataku terpejam, napasku tertahan, batang kemaluanku membenam sedalam-dalamnya, lalu kami seperti orang kesurupan, sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan. “Crott..Croot..crottt..” Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang vagina Bu Evi yang terasa berkedut-kedut, lalu kami sama-sama terkapar dengan keringat bercucuran.“Ini yang pertama kalinya aku digauli oleh lelaki yang bukan suami aku…” kata Bu Evi sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam vaginanya. “Sama…aku juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri aku. Terimakasih sayang….mulai saat ini Bu Evi jadi istri rahasiaku…” jawabku dengan ciuman hangat di bibirnya. “Dan Bapak jadi suami kedua aku…” sambung Bu Evi.“Tadi kok enak sekali ya Pak?” tanya Bu Evi dengan wajah menunjukkan kepuasan. “Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah biasa, jadi nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam, nggak apa-apa ?” “Nggak apa-apa, aku kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…” sahutnya dengan senyum manisnya. “Asyik dong, jadi aman…” jawabku sambil tersenyum. “Aku pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…”Kata-kata Bu Evi itu membuat napsuku bangkit lagi. Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam vaginanya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya, ternyata memang bisa dipakai “bertempur” kemaluanku sudah mondar mandir lagi di liang vagina Bu Evi yang sudah banyak lendirnya sehingga aku bisa mengenjotnya dengan leluasa. Lalu aku menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu Evi action dari atas tubuhku. Setengah duduk ia menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk posisi aku berada di bawah, membuatku leluasa meremas payudara Bu Evi. Sesekali kuremas juga pantatnya yang montok dan padat itu, membuat Bu Evi mendapat kenikmatan lebih. Penisku menyundul-nyundul dasar vaginanya, membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian ia memeluk leherku kuat-kuat, lalu terdengar erangan nikmatnya, “Aahhh… aku keluar lagi Paak…” Bu Evi ambruk di dalam aku seolah tak peduli bahwa Bu Evi sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot vagina teman bisnisku ini. Lalu aku menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam vaginanya yang sudah orgasme kesekian Evi memejamkan matanya waktu aku mulai mengenjotnya lagi dengan posisi dia di bawah aku di atas. Lalu beberapa saat kemudian ia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Aku pun makin ganas mengenjotnya. Tapi ia tak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya makin lama makin dominan. Membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa.“Oooh… enak banget Paak… aku mau keluar lagi… kita barengan lagi Pak…” celotehnya setelah batang kemaluanku cukup lama mengenjot liang vaginanya. Aku setuju. Ku genjot penisku dengan kecepatan tinggi, sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi saling peluk, saling lumat dan akhirnya air maniku menyemprot di vaginanya, diikuti dengan rintihan Bu Evi mencapai orgasmenya. Dan kami pun terkapar diatas selesai bertarung dalam kenikmatan kami berbenah diri untuk segera pulang. “Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Evi waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi. “Iya… dari rumah gak ada rencana… tapi tadi mendadak ada keinginan… untunglah Bu Evi gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku sambil memeluk tubuhnya dan mengecup mesra bibirnya.“Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu, gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini.” kata Bu Evi perlahan sambil tersenyum dan memeluk pinggangku. Aku mengangguk dengan senyum. Sementara hatiku berkata, “Gara-gara sopirku gak masuk, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Evi. Salah satu smsnya berbunyi “Puas banget…punya aku sampe terasa seperti jebol… punya bapak kegedean sih… kapan kita ketemuan lagi?” Kujawab singkat, “Kapan pun aku siap..”Satu kisah indah telah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tak mungkin by – Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo.
Cerita Sex Terbaru – setelah sebelumnya ada kisah Pembantu yang Bikin Ketagihan dan Betah Dirumah, kini ada Tidur Sekamar Malah Diajak Ngentot Sama Tante. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot. Namaku William usiaku baru menginjak 17 tahun dan aku sebentar lagi akan duduk dibangku kuliah, aku akan menceritakan pengalamanku ngentot ketika kehilangan keperjakaanku waktu masih duduk dibangku SMA kelas 2. Wajahku biasa-biasa aja ngak ada yang istimewa, namun aku memiliki kelebihan mungkin agak luar biasa dibandingkan dengan orang kebanyakan yaitu mempunyai kontol yang lumayan besar lebih kurang 18 cm dengan diameter 4,5 cm. Padahal waktu tidur adek kecil ku itu Cuma 6 cm. Cerita perselingkuhan ini berawal dari adanya hajatan dirumah nenekku yang dari ibu, kebetulan adik ibuku menikah. Semua keluarga dari ibu bermalam dirumah nenek mulai dua hari sebelum pesta dilangsungkan. Rumah nenekku tidak terlalu besar sedangkan keluarga dari ibuku semua berjumlah 14 orang beserta anak-anaknya yang ikut kerumah nenekku, semua datang sekeluarga hanya tanteku yang bernama Tante Lia datang sendiri karena suaminya sedang tugas keluar kota dan belum mempunyai anak. Tante Lia usianya sekitar 36 tahun wajahnya cantik dan tubuhnya sedikit gemuk namun padat terawat maklum orang kaya. Karena dirumah udah penuh, maka tante Lia mau menginap di losmen dekat rumah nenekku, aku mengantarnya naik motor, kemudian tanteku memilih kamar VIP yang full AC, malam itu aku pulang dan bermalam dirumah nenekku. Pagi harinya aku disuruh mengantarkan makanan ke tante Lia, aku pergi mengantar seorang diri dan kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya. “Masuk William..”katanya sambil membukakan pintu kamar nya “Baik tante”, jawabku sambil masuk dan meletakkan makanan diatas meja dalam kamarnya. “Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak bisa tidur… kayaknya losmen ini serem deh William, jadi tante agak takut jadinya..”, dia bercerita “Eh… tunggu dulu ya… tante mau mandi dulu trus mau bonceng sama William ke Rumah Ibu, tante males mau naik becak”, sambungnya. “baik tante..”, jawabku. Tante Lia masuk kekamar mandi sedangkan aku duduk di kursi yang tersedia di dalam kamar losmennya. Suara air mengguyur badannya kudengar, dan tiba-tiba otak kotorku berjalan ketika kulihat lobang kunci kamar mandinya. Aku berjalan pelan-pelan menuju kamarmandinya terus aku mengintip kedalam, kulihat tanteku lagi menyabuni seluruh tubuhnya dan aku terpana melihat tubuhya yang mulus dengan buah dada yang besar dan kulihat lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin tante Lia rajin merawat dan mencukur bulu vaginanya, aku menelan ludah dan otomatis kontolku langsung menegang. Agak lama aku mengintip tante Lia mandi sambil nafasku ngos-ngosan ngak tahu kenapa sampai akhirnya tante Lia selesai aku cepat-cepat duduk kembali dikursi sambil pura pura SMS. Seolah-olah ngak terjadi apa-apa. “Hayo SMS sama pacarnya ya ?” Tiba-tiba terdengar suara tante Lia didepan ku “eh enggak tante…masih belum punya pacar “jawabku gugup, maklum orang berbuat salah pasti pikirannya kalut “William… kamu keluar dulu ya… tante mau ganti baju trus kita berangkat, biar tante mau makan dirumah ibu aja”, kata tanteku. Aku keluar dari kamarnya dan menunggu diruang loby sampai akhirnya tanteku datang dan kami berdua berangkat kerumah nenek. Malam harinya sekitar jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen lagi, dan tante Lia cerita sama ibuku bahwa tante Lia agak ketakutan tidur sendiri di losmen. Dia meminta aku untuk menemaninya, dan ibuku mengizinkannya, jadilah aku malam itu menginap di losmen menemani tante Lia. Berhubung tempat tidurnya single bed maka aku tidur dibawah. Tante lia tiduran sambil menerima telpon dari mas Agus suaminya, dari omongannya tante Lia cerita lagi ditemani aku karena takut keadaan losmen yang seram ini menurutnya. Sekitar jam 11 malam aku bangun pingin pipis habis hawa AC membuat ku mau pipis, aku pergi kekamar mandi dan malai pipis… serr… lega rasanya. Setelah aku membasuk kontolku mataku tertuju pada celana dalam berwarna crem yang ada digantungan di kamar mandi. Iseng aku memegangnya dan kuperiksa celana dalam itu, lalu karena penasaran kucium celana dalam itu pas dibagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya dan serr… darahku mengalir deras dan detak jantungku deg-deggan langsung aja aku horny saat itu, kuulang ulang mencium CD itu dan aku tambah horny saja. Kontolku tegak setegak-tegaknya. Dalam pikiranku berkata, wah berarti tante Lia saat ini tidur ngak pake CD dan ketika keluar dari kamar mandi mataku otomatis tertuju pada bawah pusar tante Lia yang saat itu terlentang dengan dengkuran yang halus, namun tidak dapat kulihat dengan jelas karena lampu kamar yang redup. Malam itu aku ngak bisa tidur, terbayang tubuh tante Lia yang lagi mandi juga terbayang Cdnya juga terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku dalam hati. Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun mataku ngak bisa terpejam, tiba-tiba aku dengar suara “Will… William.” Aku pura-pura ngak mendengar. “Williamo”, kali ini suaranya agak keras dan kayak orang gemetaran. “Iya tante Lia ada apa?”, tanyaku sambil pura-pura lemas. “Tolong William tante pinjam selimutnya, ngak tahu nih tante kedinginan..”, balasnya. Aku bangun dan berjalan menghampirinya sambil menyerahkan selimut yang aku jadikan alas”, kamu tidur diatas aja William disamping tante…” “Iya tante…”, jawabku, tetapi dadaku tambah deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi hal-hal porno. “Sini selimutnya berduaan biar kamu ngak kedinginan”, katanya, seperti kerbau dicucuk hidungnya aku nurut aja memepetkan badanku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi untuk berdua harus mepet. Tante Lia miring membelakangiku sedang aku masih terlentang, kudengar nafasnya teratur dengan halus menandakan dia terlelap lagi, aku menghadap tanteku dan tak sengaja kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku dan rasa hangat dikemaluanku, aku sengaja menyentuhkan kemaluanku di pantatnya dan rasa hangat itu kembali menjalar, semakin kudekatkan dan semakin menempel aku makin merasakan kehangatan itu, aku berhati-hati sekali takut tante Lia terbangun aku menyingkapkan daster bagian belakang tante Lia keatas, oww… terlihat jelas buah pinggulnya yang kembar sangat mulus, maklum belum punya anak, dan diantara dua belah pantatnya aku liat ada sebuah gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Pikiranku makin tak karuan dan kulihat penisku, nampak diujungnya mengeluarkan cairan bening yang lincin langsung kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku. Perlahan aku sentuhkan penisku ke gundukan berbulu milik tante Lia, “ohh…”, aku merintih perlahan merasakan sensasi sentuhan penisku pada vagina tante Lia, kugerakkan sedikit pantatku untuk menekan vagina tante Lia, namun aku tidak tahan menahan sesuatu yang hendak meledak keluar dari dalam penisku dan croot… croot… croooot… aku keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya, Kulihat spermaku banyak tumpah dibulu vagina dan paha bagiaan dalam tante lia, karena takut tante Lia terbangun maka aku segera tidur, dengan senyum penuh kepuasan. “William…bangun udah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, aku segera membuka mata dan melihat tante Lia sudah selesai mandi. Tante Lia memakai handuk yang dililitkan didadanya sambil tersenyum tante lia menghampiriku dan duduk disebelahku “William tadi malam kamu mimpi ya..?” “Eng…”, belum sempat aku menjawab tante lia meneruskan bicaranya. “Berarti sekarang kamu sudah aqil balig, kamu harus mandi wajib, tadi pagi di paha dan pantat tante banyak kena tumpahin sperma kamu”, kata tante Lia. “Maaf tante… William ngak sengaja”, jawabku spontan karena terkejut, “mati aku… Duh malunya…”, bathinku dalam hati. “Nah lihat tu… burung kamu bangun mulai tadi…”, kata tante lia sambil matanya melihat kebawah perutku. Astagaaaaaa… Rupanya semalam aku lupa memasukkan burungku kedalam sangkarnya dan mulai pagi tadi dilihat sama tante Lia. “Maaf tante…”, kataku dengan malu-malu sambil menarik celanaku dan memasukkan batangku kedalam Cdku, tiba- tiba. “Jangan dimasukkan dulu William…! William kan sudah dewasa sekarang… namun William belum diketahui William itu sempurna apa tidak…”, kata tante Lia. “Sempurna gimana tante..??”, tanyaku sambil menggeruntukan dahiku, untuk yang ini aku memang ngak tahu, bukan pura pura ngak tahu. “Kadang ada orang yang sukanya sesama jenisnya sendiri, trus ada yang impoten akhirnya ditinggal pergi sama istrinya, jadi tante pingin tahu William sempurna apa tidak, kamu keluarin lagi deh burungnya!”, perintah tante Lia, Akupun spontan mengeluarkan lagi penisku dari dalam celanaku yang kebetulan masih kaku. Kulihat Tante Lia menelan ludah sedikit melirik kepenisku, dan tante lia berkata “William diam aja ya nanti, William pejamkan mata aja kalau takut sakit, ini Cuma tes aja koq…” “Baik tante.” Aku memejamkan mata, dan aku rasakan tante lia naik keatas tubuhku tanpa melepas handik yang dipakainya, dan kurasakan penisku tertempel oleh benda berbulu dan basah sehingga aku merasa sedikit geli dan terkejut . “Emm..”, aku berguman sambil terpejam. “Kenapa William…sakit..??”, agak berbisik suara tante lia dengan nafas sedikit bernafsu. “Enggak tante…ngak apa-apa.” Ada sedikit gerakan yang dilakukan tante Lia sehingga vaginanya menekan penisku kearah atas trus kebawah dan itu berlangsung beberapa saat, aku merasakan geli yang luar biasa dan aku menggigit bibir bawahku supaya tidak bersuara, aku membuka sedikit mataku ingin melihat wajah tante Lia, ternyata tante Lia memejamkan matanya juga sambil menggigit bibirnya juga, gesekan antara vagina tante Lia dan penisku makin licin sehingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” setiap tante Lia memaju mundurkan vaginanya diatas penisku. Kemudian tante Lia berhenti bergerak, dan dengan nafas agak tak teratur bilang “William… sekarang tes terakhir ya…” “iya tante… William siap”. Aku merasakan jari tante Lia memegang penisku bagian tengahnya, sesaat kemudian aku merasakan kepala penisku menyeruak suatu lubang yang agak lebar sehingga gampang masuknya, aku merasakannya sambil memejamkan mata dan menikmatinya. Ketika baru sepertiga masuk aku merasakan ujung penisku membentur semacam dinding yang berlobang kecil sekali, dan lobang itu kayaknya seperti cincin, kepala penisku terarah kesana dan kurasakan pemilih lobang itu yaitu tante Lia berusaha untuk memasukkan kepala penisku kelobangnya namun agak kesulitan. Kurasakan tekanan tante Lia makin kuat terhadap penisku dan sepertinya kulit kepala penisku terkupas oleh cincin itu rasanya nyilu nyilu enak sehingga aku keluar suara. “aakh…” Tante Lia menghentikan gerakannya . “Gimana William… Sakit..??” “Enggak tante ngak apa apa…” Tiba-tiba kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut dan meremas perbatasan antara kepala penisku dan batangnya, tadi mungkin kepalanya sudah melewati cincin itu, dan sepertinya kepala penisku diempot oleh benda didalam vagina tante lia. “Akh… akh…”, tiba-tiba tante lia bersuara. Kembali kurasakan jepitan cincin itu makin kuat dan penisku sepertinya tersiram air hangat didalam vagina tante Lia, akupun kehilangan kendali merasakan jepitan itu dan tidak dapat menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam penisku dan aku terpekik akh… Crooot…croot..crot… Sekitar 4 kali cairan itu menyemprot kedalam vagina tante Lia. Penisku masih tertanam didalam vagina tante Lia beberapa saat kuliahat tante lia masih memejamkan matanya… “Udah tante tesnya…??”, tanyaku. “Emm udah… William, ternyata kamu laki-laki yang normal”, jawabnya sambil mengangkat pantatnya melepaskan penisku divaginanya, trus tante lia berjalan ke kamar mandi. Aku melihat kearah penisku, disana ternyata banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yang bening sebagian lagi ada di bulu-buluku yang masih halus, aku berpikir dalam hati. Seandainya tes ini dilakukan setiap hari, mungkin aku tidak adak menolaknya. Tidur Sekamar Malah Diajak Ngentot Sama Tante by – Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo. Navigasi pos
Novel Liga Dewasa – Kisah ini adalah kisah nyata, Seorang temanku punya istri yang sangat cantik dan seksi. Di keluagaku memang diajarkan hidup sederhana, karena aku mempunyai saudara 4 dan kesemuanya wanita dan aku memiliki sebuah cerita yang menginspirasiku dari sebuah majalah porno yg ada di internet. Suatu ketika aku sudah dijodohkan dgn orangtuaku dan menikah aku hidup secara mandiri jujur aku juga belum merasakan apa itu pacaran , maka dari ini aku berusaha untuk mendalamai rasa cintaku terhadap istriku. Kami coba mengadu nasib di kota Kabupatenku dgn mengontrak rumah yg sangat sederhana. Beberapa bidang usaha saya coba tekuni agar dapat menanggulangi keperluan hidup kami sehari-hari, namun hingga kami mempunyai 3 orang anak, nasib kami tetap belum banyak berubah. Kami masih hidup pas-pasan dan bahkan harapanku semula untuk mempertebal kecintaanku terhadap istriku malah justru semakin merosot saja. Untung saja, saya orangnya pemalu dan sedikit mampu bersabar serta terbiasa dalam penderitaan, sehingga perasaanku itu tidak pernah diketahui oleh siapapun termasuk kedua orangtua dan saudara-saudaraku. Entah pengaruh setan dari mana, suatu waktu tepatnya Bulan Oktober aku sempatkan diri berkunjung ke rumah teman lamaku sewaktu kami sama-sama di SMA dulu. Sebut saja namanya Andik. Dia baru saja pulang dari Kalimantan bersama dgn istrinya, yg belakangan saya ketahui kalau istrinya itu adalah anak majikannya sewaktu dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di sana. Mereka juga melangsungkan perkawinan bukan atas dasar saling mencintai, melainkan atas dasar jasa dan balas budi. Sekitar pukul sore, saya sudah tiba di rumah Andik dgn naik ojek yg jaraknya sekitar 1 km dari rumah kontrakan kami. Merekapun masih tinggal di rumah kontrakan, namun agak besar dibanding rumah yg kami kontrak. Maklum mereka sedikit membawa modal dgn harapan membuka usaha baru di kota Kabupaten kami. Setelah mengamati tanda-tanda yg telah diberitahukan Andik ketika kami ketemu di pasar sentral kota kami, saya yakin tidak salah lagi, lalu saya masuk mendekati pintu rumah itu, ternyata dalam keadaan tertutup. “Dog.. Dog.. Dog.. Permisi ada orang di rumah” kalimat penghormatan yg saya ucapkan selama 3 kali berturut-turut sambil mengetuk-ngetuk pintunya, namun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Saya lalu mencoba mendorong dari luar, ternyata pintunya terkunci dari dalam, sehingga saya yakin pasti ada orang di dalam rumah itu. Hanya saja saya masih ragu apakah rumah yg saya ketuk pintunya itu betul adalah rumah Andik atau bukan. Saya tetap berusaha untuk memastikannya. Setelah duduk sejenak di atas kursi yg ada di depan pintu, saya coba lagi ketuk-ketuk pintunya, namun tetap tidak ada tanda-tanda jawaban dari dalam. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba mengintip dari samping rumah. Melalui sela-sela jendela di samping rumahnya itu, saya sekilas melihat ada kilatan cahaya dalam ruangan tamu, tapi saya belum mengetahui dari mana sumber kilatan cahaya itu. Saya lalu bergeser ke jendela yg satunya dan ternyata saya sempat menyaksikan sepotong tubuh tergeletak tanpa busana dari sebatas pinggul sampai ujung kaki. Entah potongan tubuh laki-laki atau wanita, tapi tampak putih mulus seperti kulit wanita. Dalam keadaan biji mataku tetap kujepitkan pada sela jendela itu untuk melihat lebih jelas lagi keadaan dalam rumah itu, dibenak saya muncul tanda tanya apa itu tubuh istrinya Andik atau Andik sendiri atau orang lain. Apa orang itu tertidur pula sehingga tersingkap busananya atau memang sengaja telanjang bulat. Apa ia sedang menyaksikan acara TV atau sedang memutar VCD porno, sebab sedikit terdengar ada suara TV seolah film yg diputar. Pertanyaan-pertanyaan itulah yg selalu mengganggu pikiranku sampai akhirnya aku kembali ke depan pintu semula dan mencoba mengetuknya kembali. Namun baru saja sekali saya ketuk, pintunya tiba-tiba terbuka lebar, sehingga aku sedikit kaget dan lebih kaget lagi setelah menyaksikan bahwa yg berdiri di depan pintu adalah seorang wanita muda dan cantik dgn pakaian sedikit terbuka karena tubuhnya hanya ditutupi kain sarung. Itupun hanya bagian bawahnya saja. “Selamat siang,” kembali saya ulangi kalimat penghormatan itu. “Ya, siang,” jawabnya sambil menatap wajah saya seolah malu, takut dan kaget. “Dari mana Pak dan cari siapa,” tanya wanita itu. “Maaf dik, numpang tanya, apa betul ini rumah Andik,” tanya saya. “Betul sekali pak, dari mana yah?” tanya wanita itu lemah lembut. “Saya tinggal tidak jauh dari sini dik, saya ingin ketemu Andik. Beliau adalah teman lama saya sewaktu kami sama-sama duduk di SMA dulu,” lanjut saya sambil menyodorkan tangan saya untuk menyalaminya. Wanita itu mebalasnya dan tangannya terasa lembut sekali namun sedikit hangat. “Oh, yah, syukur kalau begitu. Ternyata ia punya teman lama di sini dan ia tak pernah ceritakan padaku,” ucapannya sambil mempersilahkanku masuk. Sayapun langsung duduk di atas kursi plastik yg ada di ruang tamunya sambil memperhatikan keadaan dalam rumah itu, termasuk letak tempat tidur dan TVnya guna mencocokkan dugaanku sewaktu mengintip tadi Setelah saya duduk, saya berniat menanyakan hubungannya dgn Andik, tapi ia nampak buru-buru masuk ke dalam, entah ia mau berpakaian atau mengambil suatu hidangan. Hanya berselang beberapa saat, wanita itu sudah keluar kembali dalam keadaan berpakaian setelah tadinya tidak memakai baju, bahkan ia membawa secangkir kopi dan kue lalu diletakkan di atas meja lalu mempersilahkanku mencicipinya sambil tersenyum. “Maaf dik, kalau boleh saya tanya, apa adik ini saudara dgn Andik?” tanyaku penuh kekhawatiran kalau-kalau ia tersinggung, meskipun saya sejak tadi menduga kalau wanita itu adalah istri Andik. “Saya kebetulan istrinya pak. Sejak 3 tahun lalu saya melangsungkan pernikahan di Kalimantan, namun Tuhan belum mengaruniai seorang anak,” jawabnya dgn jujur, bahkan sempat ia cerita panjang lebar mengenai latar belakang perkawinannya, asal usulnya dan tujuannya ke Kota ini. Setelah saya menyimak ulasannya mengenai dirinya dan kehidupannya bersama Andik, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa wanita itu adalah suku di Kalimantan yg asal usul keturunannya juga berasal dari suku di Sulawesi. Ia kawin dgn Andik atas dasar jasa-jasa dan budi baik mereka tanpa didasari rasa cinta dan kasih sayg yg mendalam, seperti halnya yg menimpa keluarga saya. Ia tetap berusaha dan berjuang untuk menggali nilai-nilai cinta yg ada pada mereka berdua siapa tahu kelak bisa dibangun. Anehnya, meskipun kami baru ketemu, namun ia seolah ingin membeberkan segala keadaan hidup yg dialaminya bersama suami selama ini, bahkan terkesan kami akrab sekali, saling menukar pengalaman rahasia rumah tangga tanpa ada yg kami tutup-tupi. Lebih heran lagi, selaku orang pendiam dan kurang pergaulan, saya justru seolah menemukan diriku yg sebenarnya di rumah itu. Karena senang, bahagia dan asyiknya perbincangan kami berdua, sampai-sampai saya hampir lupa menanyakan ke mana suaminya saat ini. Setelah kami saling memahami kepribadian, maka akhirnya sayapun menanyakan Andik suaminya itu. “Oh yah, hampir lupa, ke mana Andik sekarang ini, kok dari tadi tidak kelihatan?” tanyaku sambil menyelidiki semua sudut rumah itu. “Kebetulan ia pulang kampung untuk mengambil beras dari hasil panen orangtuanya tadi pagi, tapi katanya ia tidak bermalam kok, mungkin sebentar lagi ia datang. Tunggu saja sebentar,” jawabnya seolah tidak menghendaki saya pulang dgn cepat hanya karena Andik tidak di rumah. “Kalau ke kampung biasanya jam berapa tiba di sini,” tanyaku lebih lanjut. “Sekitar jam atau malam,” jawabnya sambil menoleh ke jam dinding yg tergantung dalam ruangan itu. Padahal saat ini tanpa terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul malam. Tak lama setelah itu, ia nampaknya buru-buru masuk ke ruang dapur, mungkin ia mau menyiapkan makan malam, tapi saya teriak dari luar kalau saya baru saja makan di rumah dan melarangnya ia repot-repot menyiapkan makan malam. Tapi ia tetap menyalakan kompornya lalu memasak seolah tak menginginkan aku kembali dgn cepat. Tak lama sesudah itu, iapun kembali duduk di depan saya melanjutkan perbincangannya. Sayapun tak kehabisan bahan untuk menemaninya. Mulai dari soal-soal pengalaman kami di kampung sewaktu kecil hingga soal rumah tangga kami masing-masing. Karena nampaknya kami saling terbuka, maka sayapun berani menanyakan tentang apa yg dikerjakannya tadi, sampai lama sekali baru dibukakan pintu tanpa saya beritahu kalau saya mengintipnya tadi dari selah jendela. Kadang ia menatapku lalu tersenyum seolah ada sesuatu berita gembira yg ingin disampaikan padaku. “Jadi bapak ini lama mengetuk pintu dan menunggu di luar tadi?” tanyanya sambil tertawa. “Sekitar 30 menit barangkali, bahkan hampir saya pulang, tapi untung saya coba kembali mengetuk pintunya dgn keras,” jawabku terus terang. “Ha.. Ha.. Ha.. Saya ketiduran sewaktu nonton acara TV tadi,” katanya dgn jujur sambil tertawa terbahak-bahak. “Tapi bapak tidak sampai mengintip di samping rumah kan? Maklum kalau saya tertidur biasanya terbuka pakaianku tanpa terasa,” tanyanya seolah mencurigaiku tadi. Dalam hati saya jangan-jangan ia sempat melihat dan merasa diintip tadi, tapi saya tidak boleh bertingkah yg mencurigakan. “Ti.. Ti.. Dak mungkin saya lakukan itu dik, tapi emangnya kalau saya ngintip kenapa?” kataku terbata-bata, maklum saya tidak biasa bohong. “Tidak masalah, cuma itu tadi, saya kalau tidur jarang pakai busana, terasa panas. Tapi perasaan saya mengatakan kalau ada orang tadi yg mengintipku lewat jendela sewaktu aku tidur. Makanya saya terbangun bersamaan dgn ketukan pintu bapak tadi,” ulasnya curiga namun tetap ia ketawa-ketawa sambil memandangiku. “M.. Mmaaf dik, sejujurnya saya sempat mengintip lewat sela jendela tadi berhubung saya terlalu lama mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Jadi saya mengintip hanya untuk memastikan apa ada atau tidak ada orang di dalam tadi. Saya tidak punya maksud apa-apa,” kataku dgn jujur, siapa tahu ia betul melihatku tadi, aku bisa dikatakan pembohong. “Jadi apa yg bapak lihat tadi sewaktu mengintip ke dalam? Apa bapak sempat melihatku di atas tempat tidur dgn telanjang bulat?” tanyanya penuh selidik, meskipun ia masih tetap senyum-senyum. “Saya tidak sempat melihat apa-apa di dalam kecuali hanya kilatan cahaya TV dan sepotong kaki,” tegasku sekali lagi dgn terus terang. “Tidak apa-apa, saya percaya ucapan bapak saja. Lagi pula sekiranya bapak melihatku dalam keadaan tanpa busana, bapak pasti tidak heran, dan bukan soal baru bagi bapak, karena apa yg ada dalam tubuh saya tentu sama dgn milik istri bapak, yah khan?” ulasnya penuh canda. Lalu ia berlari kecil masuk ke ruang dapur untuk memastikan apa nasi yg dimasaknya sudah matang atau belum. Waktu di jam dinding menunjukkan sudah pukul namun Andik belum juga datang. Dalam hati kecilku, Jangan-jangan Andik mau bermalam di kampungnya, aku tidak mungkin bermalam berdua dgn istrinya di rumah ini. Saya lalu teriak minta pamit saja dgn alasan nanti besok saja ketemunya, tapi istri Andik berteriak melarangku dan katanya, “Tunggu dulu pak, nasi yg saya masak buat bapak sudah matang. Kita makan bersama saja dulu, siapa tahu setelah makan Andik datang, khan belum juga larut malam, apalagi kita baru saja ketemu,” katanya penuh harap agar aku tetap menunggu dan mau makan malam bersama di rumahnya. Tak lama kemudian, iapun keluar memanggilku masuk ke ruang dapur untuk menikmati hidangan malamnya. Sambil makan, kamipun terlibat pembicaraan yg santai dan penuh canda, sehingga tanpa terasa saya sempat menghabiskan dua piring nasi tanpa saya ingat lagi kalau tadi saya bilang sudah kenyg dan baru saja makan di rumah. Malu sendiri rasanya. “Bapak ini nampaknya masih muda. Mungkin tidak tepat jika aku panggil bapak khan? Sebaiknya aku panggil kak, abang atau Mas saja,” ucapnya secara tiba-tiba ketika aku meneguk air minum, sehingga aku tidak sempat menghabiskan satu gelas karena terasa kenyg sekali. Apalagi saya mulai terayu atau tersanjung oleh seorang wanita muda yg baru saja kulihat sepotong tubuhnya yg mulus dan putih? Tidak, saya tidak boleh berpikir ke sana, apalagi wanita ini adalah istri teman lamaku, bahkan rasanya aku belum pernah berpikir macam-macam terhadap wanita lain sebelum ini. Aku kendalikan cepat pikiranku yg mulai miring. Siapa tahu ada setan yg memanfaatkannya. “Bolehlah, apa saja panggilannya terhadapku saya terima semua, asalkan tidak mengejekku. Hitung-hitung sebagai panggilan adik sendiri,” jawabku memberikan kebebasan. “Terima kasih Kak atau Mas atas kesediaan dan keterbukaannya” balasnya. Setelah selesai makan, aku lalu berjalan keluar sambil memandangi sudut-sudut ruangannya dan aku sempat mengalihkan perhatianku ke dalam kamar tidurnya di mana aku melihat tubuh terbaring tanpa busana tadi. Ternyata betul, wanita itulah tadi yg berbaring di atas tempat tidur itu, yg di depannya ada sebuah TV color kira-kira 21 inc. Jantungku tiba-tiba berdebar ketika aku melihat sebuah celana color tergeletak di sudut tempat tidur itu, sehingga aku sejenak membaygkan kalau wanita yg baru saja saya temani bicara dan makan bersama itu kemungkinan besar tidak pakai celana, apalagi yg saya lihat tadi mulai dari pinggul hingga ujung kaki tanpa busana. Namun pikiran itu saya coba buang jauh-jauh biar tidak mengganggu konsentrasiku. Setelah aku duduk kembali di kursi tamu semula, tiba-tiba aku mendengar suara TV dari dalam, apalagi acaranya kedengaran sekali kalau itu yg main adalah film Angling Dharma yaitu film kegemaranku. Aku tidak berani masuk nonton di kamar itu tanpa dipanggil, meskipun aku ingin sekali nonton film itu. Bersamaan dgn puncak keinginanku, tiba-tiba, “Kak, suka nggak nonton filmnya Angling Dharma?” teriaknya dari dalam kamar tidurnya. “Wah, itu film kesukaanku, tapi saygnya TV-nya dalam kamar,” jawabku dgn cepat dan suara agak lantang. “Masuk saja di sini kak, tidak apa-apa kok, lagi pula kita ini khan sudah seperti saudara dan sudah saling terbuka” katanya penuh harap. Lalu saya bangkit dan masuk ke dalam kamar. Iapun persilahkan aku duduk di pinggir tempat tidur berdampingan dgnnya. Aku agak malu dan takut rasanya, tapi juga mau sekali nonton film itu. Awalnya kami biasa-biasa saja, hening dan serius nontonnya, tapi baru sekitar setengah jam acara itu berjalan, tiba-tiba ia menawarkan untuk nonton film dari VCD yg katanya lebih bagus dan lebih seru dari pada filmnya Angling Dharma, sehingga aku tidak menolaknya dan ingin juga menyaksikannya. Aku cemas dan khawatir kalau-kalau VCD yg ditawarkan itu bukan kesukaanku atau bukan yg kuharapkan. Setelah ia masukkan kasetnya, iapun mundur dan kembali duduk tidak jauh dari tempat dudukku bahkan terkesan sedikit lebih rapat daripada sebelumnya. Gambarpun muncul dan terjadi perbincangan yg serius antara seorang pria dan seorang wanita Barat, sehingga aku tidak tahu maksud pembicaraan dalam film itu. Baru saja aku bermaksud meminta mengganti filmnya dgn film Angling Dharma tadi, tiba-tiba kedua insan dalam layar itu berpelukan dan berciuman, saling mengisap lidah, bercumbu rayu, menjilat mulai dari atas ke bawah, bahkan secara perlahan-lahan saling menelanjangi dan meraba, sampai akhirnya saya menatapnya dgn tajam sekali secara bergantian menjilati kemaluannya, yg membuat jantungku berdebar, tongkatku mulai tegang dan membesar, sekujur tubuhku gemetar dan berkeringat, lalu sedikit demi sedikit aku menoleh ke arah wanita disampingku yakni istri teman lamaku. Secara bersamaan iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Tentu aku tidak mampu lagi membendung birahiku sebagai pria normal, namun aku tetap takut dan malu mengutarakan isi hatiku. “Mas, pak, suka nggak filmnya? Kalau nggak suka, biar kumatikan saja,” tanyanya seolah memancingku ketika aku asyik menikmatinya. “Iiyah, bolehlah, suka juga, kalau adik, memang sering nonton film gituan yah?” jawabku sedikit malu tapi mau dan suka sekali. “Saya dari dulu sejak awal perkawinan kami, memang selalu putar film seperti itu, karena kami sama-sama menyukainya, lagi pula bisa menambah gairah sex kami dikala sulit memunculkannya, bahkan dapat menambah pengalaman berhubungan, syukur-syukur jika sebagian bisa dipraktekkan. “Sungguh kami ketinggalan. Saya kurang pengalaman dalam hal itu, bahkan baru kali ini saya betul-betul bisa menyaksikan dgn tenang dan jelas film seperti itu. Apalagi istriku tidak suka nonton dan praktekkan macam-macam seperti di film itu,” keteranganku terus terang. “Tapi kakak suka nonton dan permainan seperti itu khan?” tanyanya lagi. “Suka sekali dan kelihatannya nikmat sekali yach,” kataku secara tegas. “Jika istri kakak tidak suka dan tidak mau melakukan permainan seperti itu, bagaimana kalau aku tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?” tanya istri teman lamaku secara tegas dan berani padaku sambil ia mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat nafasnya dipipiku. Tanpa sempat lagi aku berfikir panjang, lalu aku mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala pertanda setuju. Wanita itupun membalas pelukanku. Bahkan ia duluan mencium pipi dan bibirku, lalu ia masukkan lidahnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, akupun membalasnya dgn lahap sekali. Aku memulai memasukkan tangan ke dalam bajunya mencari kedua payudaranya karena aku sama sekali sudah tidak mampu lagi menahan birahiku, lagi pula kedua benda kenyal itu saya sudah hafal tempatnya dan sudah sering memegangnya. Tapi kali ini, rasanya lain daripada yg lain, sedikit lebih mulus dan lebih keras dibanding milik istriku. Entah siapa yg membuka baju yg dikenakannya, tiba-tiba terbuka dgn lebar sehingga nampak kedua benda kenyal itu tergantung dgn menantang. Akupun memperaktekkan apa yg barusan kulihat dalam layar tadi yakni menjilat dan mengisap putingnya berkali-kali seolah aku mau mengeluarkan air dari dalamnya. Kadang kugigit sedikit dan kukunyah, namun wanita itu sedikit mendorong kepalaku sebagai tanda adanya rasa sakit. Selama hidupku, baru kali ini aku melihat pemandangan yg indah sekali di antara kedua paha wanita itu. Karena tanpa kesulitan aku membuka sarung yg dikenakannya, langsung saja jatuh sendiri dan sesuai dugaanku semula ternyata memang tidak ada pelapis kemaluannya sama sekali sehingga aku sempat menatap sejenak kebersihan vagina wanita itu. Putih, mulus dan tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu membuat aku terpesona melihat dan merabanya, apalagi setelah aku memberanikan diri membuka kedua bibirnya dgn kedua tanganku, nampak benda kecil menonjol di antara kedua bibirnya dgn warna agak kemerahan. Ingin rasanya aku telan dan makan sekalian, untung bukan makanan, tapi sempat saya lahap dgn lidahku hingga sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit dan terengah-engah menahan rasa nikmatnya lidah saya, apalagi setelah aku menekannya dalam-dalam. “Kak, aku buka saja semua pakaiannya yah, biar aku lebih leluasa menikmati seluruh tubuhmu,” pintanya sambil membuka satu persatu pakaian yg kukenakan hingga aku telanjang bulat. Bahkan ia nampaknya lebih tidak tahan lagi berlama-lama memandangnya. Ia langsung serobot saja dan menjilati sekujur tubuhku, namun jilatannya lebih lama pada biji pelerku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai tanda kegelian. Lalu disusul dgn memasukkan penisku ke mulutnya dan menggocoknya dgn cepat dan berulang-ulang, sampai-sampai terasa spermaku mau muncrat. Untung saya tarik keluar cepat, lalu membaringkan ke atas tempat tidurnya dgn kaki tetap menjulang ke lantai biar aku lebih mudah melihat, dan menjamahnya. Setelah ia terkulai lemas di atas tempat tidur, akupun mengangkanginya sambil berdiri di depan gundukkan itu dan perlahan aku masukkan ujung penisku ke dalam vaginanya lalu menggerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan maju dan mundur, akhirnya dapat masuk tanpa terlalu kesulitan. “Dik, model yg bagaimana kita terapkan sekarang? Apa kita ikuti semua posisi yg ada di layar TV tadi,” tanyaku berbisik. “Terserah kak, aku serahkan sepenuhnya tubuhku ini pada kakak, mana yg kakak anggap lebih nikmat dan lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memuaskan kakak,” katanya pasrah. Akupun meneruskan posisi tidur telentang tadi sambil aku berdiri menggocok terus, sehingga menimbulkan bunyi yg agak menambah gairah sexku. “Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, enak sekali, gocok terus kakak, aku sangat menikmatinya,” demikian pintanya sambil terengah dan berdesis seperti bunyi jangkrik di dalam kamarnya itu. “Dik, gimana kalau saya berbaring dan adik mengangkangiku, biar adik lebih leluasa goygannya,” pintaku padanya. “Aku ini sudah hampir memuncak dan sudah mulai lemas, tapi kalau itu permintaan kakak, bolehlah, aku masih bisa bertahan beberapa menit lagi,” jawabnya seolah ingin memuaskanku malam itu. Tanpa kami rasakan dan pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi setelah jam menunjukkan pukul malam itu, aku terus berusaha menumpahkan segalanya dan betul-betul ingin menikmati pengalaman bersejarah ini bersama dgn istri teman lamaku itu. Namun saygnya, karena keasyikan dan keseriusan kami dalam bersetubuh malam itu, sehingga baru sekitar 3 menit berjalan dgn posisi saya di bawah dan dia di atas memompa serta menggoyg kiri kanan pinggulnya, akhirnya spermakupun tumpah dalam rahimnya dan diapun kurasakan bergetar seluruh tubuhnya pertanda juga memuncak gairah sexnya. Setelah sama-sama puas, kami saling berciuman, berangkulan, berjilatan tubuh dan tidur terlentang hingga pagi. Setelah kami terbangun hampir bersamaan di pagi hari, saya langsung lompat dari tempat tidur, tiba-tiba muncul rasa takut yg mengecam dan pikiranku sangat kalut tidak tahu apa yg harus saya perbuat. Saya menyesal tapi ada keinginan untuk mengulanginya bersama dgn wanita itu. Untung malam itu suaminya tidak kembali dan kamipun berusaha masuk kamar mandi membersihkan diri. Walaupun terasa ada gairah baru lagi ingin mengulangi di dalam kamar mandi, namun rasa takutku lebih mengalahkan gairahku sehingga aku mengurungkan niatku itu dan langsung pamit dan sama-sama berjanji akan mengulanginya jika ada kesempatan. Saya keluar dari rumah tanpa ada orang lain yg melihatku sehingga saya yakin tidak ada yg mencurigaiku. Soal istriku di rumah, saya bisa buat alasan kalau saya ketemu dan bermalam bersama dgn sahabat lamaku.
cerita sex perkosa istri teman