cerita dewasa tukang pijat
CeritaDewasa Tukang Pijat | Dan akupun mulai merangsang Meiti dgn ciuman lembut, sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian sensitifnya, beberapa saat berlalu Meiti mulai terbawa, dan mendesar halus, aku rasakan tangan Deanny mencoba meraih gagangku dan meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur. Obat Kuat Alami Herbal.
Setelahmenjelaskan harga dan paket pijat, saya memutuskan untuk memijat tradisional selama 2 jam di kamar, karena saya lelah dan malas untuk keluar lagi. Agen Domino 99 tepercaya. Operator bertanya kepada saya apakah saya ingin pria / wanita tukang pijat, karena saya mengatakan kesenangan adalah laki-laki.
Sangtukang pijat. Kisah ini saya ceritakan sebagai pengalaman nyata yang pernah saya alami ketika saya tinggal di Banyuwangi beberapa bulan yang lalu. Ketika itu saya sempat berkenalan dengan seorang tukang pijat yang hidup seorang diri tanpa keluarga di rumah kontrakannya. Kalau anda berminat mengetahui kisah selanjutnya silahkan membaca
CeritaDewasa - Efek Dipijat. Cerita Dewasa - Berawal dari sahabatku Dodo yang bercerita tentang seorang tukang pijat yang hebat dan bisa dipanggil ke rumah, aku jadi tertarik. Apalagi ketika ia berbicara tentang kemampuan tukang pijat itu meningkatkan gairah dan kemampuan seks wanita dengan pijatan supernya.
Kimononyadibuka yaa" serunya, Cerita Dewasa, Kunikmati Pijat Urut ++ OhNikmat, Aku hanya diam saja ketika kimonoku dibuka dan diletakan diranjang satunya lagi, kini hanya tinggal CD dan bra saja, setelah memijat betis dan bagian paha.. Si bapak beralih ke punggungku, memang terasa enak pijatan si bapak ini, setelah itu aku merasakan si
minh thương dễ tránh yêu thầm khó phòng. Waktu itu aku bersama teman-teman kantor berlibur ke Pangandaran, kami pergi berempat.. Aku, Lina, Mita dan cowoknya Mita.. Edy namanya. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam, akhirnya kami tiba di Pangandaran.. Dan kami langsung menyewa satu bungalow yang terdiri 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur. Karena kami tiba sudah larut malam, maka setelah menurunkan barang-barang.. Kami pun langsung masuk ke kamar masing-masing, aku satu kamar bersama Lina, sedangkan Mita satu kamar bersama cowoknya, kamar yang aku tempati terdiri atas dua ranjang yang terpisah, sebuah lemari pakaian dan meja rias dengan kacanya yang besar dan jendela yang menghadap ke laut. Karena capek, lelah dan ngantuk.. Kami pun langsung tidur tanpa ganti baju lagi. Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi dan aku melihat Lina sudah tidak ada ditempat tidurnya, aku pun langsung bangun dan menyisir rambutku yang panjang sebahu lebih dan keluar kamar, ternyata tidak ada siapa-siapa.. “Wah pada kemana mereka..” pikirku, tetapi tiba-tiba HP ku berbunyi, ternyata Lina menelphon. “Sudah bangun non..” serunya. “Kalian lagi dimana sih?” seruku. “Oh iya.. Sorry, kita lagi pergi cari film nih.. Tadi enggak tega bangunin kamu..” seru Lina. “Yaa.. sudah.. Titip makanan yaa..” sahutku “Okey non” lalu hubungan terputus. Kini aku sendirian di bungalow itu, lalu aku pun segera mandi.. Dan menikmati segarnya guyuran air dari shower, setelah mandi akupun memakai CD dan BH warna pink aku suka yang satu warna dan memakai kimono, setelah itu aku duduk-duduk disofa tamu sembari mengeringkan rambutku dengan handuk, tiba-tiba aku melihat secarik kertas diatas meja, disitu tertulis menyediakan jasa pijat, urut dan lulur’ dan dibawahnya ada nomor teleponnya. “Ah betapa enaknya dipijat.. Kebetulan badan lagi pegel..” pikirku sembari membayangkan dipijat oleh si mbok dirumah, lalu aku menelphon nomor itu dan diterima oleh seorang wanita disana, setelah mengutarakan maksudku, akhirnya wanita itu bilang.. Tidak lama lagi akan datang pemijat ke kamar aku, setelah itu akupun duduk menanti.. Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, segera aku bangkit dan membuka pintu.. Dan.. Terkejutlah aku, karena tampak seorang pria dengan baju putih berdiri diambang pintu, lalu. “Selamat siang neng.. Anu.. Tadi manggil tukang pijat yaa?” seru pria itu. Tampak pria itu berumur kira-kira 45-an, tidak terlalu tinggi tapi kekar dan berkulit coklat. “Eh.. nggak.. Anu.. Iya pak..” sahut aku, “Anu.. Bapak tukang pijatnya..?” tanyaku. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Apalagi terasa sedikit demi dikit jari telunjuk dibapak itu dicolok-colok ke dalam anu…. ku… Pria itu tersenyum lalu, “Iya neng”. Wah.. Kini aku rada sedikit panik, tidak menduga kalau tukang pijatnya seorang pria, tapi tanpa aku sadari aku malah mempersilahkan bapak itu masuk, setelah masuk. “Mau dipijat dimana Neng?” tanyanya. “Ngk.. Di.. Kamar aja pak” sahutku, lalu aku membiarkan bapak itu mengikutiku menuju kamar, tiba didalam kamar, bapak itu segera dengan cekatan membereskan ranjang tidurku, lalu menyuruhku untuk tengkurep diatas ranjang. Aku mengikutinya, dan berbaring tengkurep diatas ranjang.. Lalu terasa tangan si bapak itu yang kasar itu mulai memijat-mijat telapak kaki dan kedua betisku, aku benar-benar merasakan nikmatnya pijatan bapak itu, kemudian. “Maaf neng.. Kimononya dibuka yaa” serunya, Cerita Dewasa, Kunikmati Pijat Urut ++ Oh…Nikmat, Aku hanya diam saja ketika kimonoku dibuka dan diletakan diranjang satunya lagi, kini hanya tinggal CD dan bra saja, setelah memijat betis dan bagian paha.. Si bapak beralih ke punggungku, memang terasa enak pijatan si bapak ini, setelah itu aku merasakan si bapak menuangkan oil ke atas punggungku dan mulai mengosoknya, lalu. “Maaf yaa Neng” serunya sembari melepas tali BHku, aku hanya diam saja, kedua tanganku aku taruh dibawa bantal sementara kepalaku menoleh ke arah tembok, terasa geli juga ketika si bapak mulai mengurut bagian samping tubuhku. Lalu terasa tangan si bapak mulai mengurut kebagian bawah dan menyentuh CD ku, lalu “Maaf yaa neng..” serunya sembari tangannya menarik CDku kebawah, aku terkejut tapi anehnya aku membiarkan si bapak itu melorotkan CD ku hingga lepas, kini si bapak dengan leluasa mengurut tubuhku bagian belakang yang sudah telanjang itu, lalu si bapak mengosokan oil ke seluruh tubuhku bagian belakang dari pundak sampai ketelapak kaki dan dibawah sinar lampu kamar, aku yakin tubuhku akan tampak mengkilap karena oil itu. Aku hanya berdiam diri saja.. Dan membiarkan si bapak mengurut bagian dalam pahaku, kedua kaki ku direnggangkan.. Oouhh.. Pasti sekarang sibapak dapat melihat kemaluanku dari belakang.. Pikirku, tapi aku hanya diam saja.. Dan diam-diam merasakan nikmat ketika tangan dibapak menyentuh-nyentuh bibir vaginaku, lalu sibapak naik ke atas tempat tidur dan duduk berlutut diantara kedua paha ku, aku hanya bisa pasrah saja ketika si bapak merenggangkan kedua pahaku lebih lebar lagi dan membiarkan kedua tangan si bapak mengurut-urut bagian pinggir vaginaku.. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Dan setiap jari-jari si bapak menyentuh bibir vagina ku.. Akupun mengelinjang.. Setelah cukup lama, akhirnya si bapak menuangkan oil ke atas pantatku.. Terasa cairan oil itu merambat melewati anus dan terus sampai ke vaginaku, kemudian dengan kedua tangannya.. si bapak mulai mengurut bongkah pantatku, dan aku benar-benar merasakan nikmat dan membiarkan si bapak membuka bongkah pantatku dan pasti dia dapat melihat bentuk kemaluanku dengan jelas dari belakang berikut anus ku.. Oohh Cerita Dewasa Tiba-tiba terasa jari-jari si bapak mengusap-usap anus ku.. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Apalagi terasa sedikit demi dikit jari telunjuk dibapak itu dicolok-colok ke dalam anus ku.. Bergetar hebat tubuhku.. Dan tanpa aku sadari aku mengangkat pantatku hingga setengah menungging, tiba-tiba kedua tangan si bapak memegang pangkal paha ku dan mengangkat pantatku ke atas, aku menurut saja.. Hingga akhirnya aku menungging dihadapan si bapak itu, kepala ku.. kubenamkan ke atas bantal.. Dan membiarkan si bapak mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya.. Tiba-tiba.. Ooouuhh.. Aku mengeluh panjang ketika terasa jari si bapak menyusup masuk ke dalam anusku.. Terasa sedikit mules ketika jari telunjuk si bapak itu di sodok-sodok keluar masuk lobang pantatku, oohh.. Aku hanya bisa meringis saja dan akupun mengelinjang hebat ketika tangan si bapak yang satunya menyusupkan jarinya ke dalam liang vaginaku.. Gilaa.. Aku merasakan nikmat luar biasa.. Aku hanya pasrah saja dan membiarkan si bapak mengocok-ngocok vagina dan anusku dengan jari-jarinya, Tanpa sadar aku meluruskan kedua tanganku untuk menopang tubuhku.. Hingga kini posisiku seperti orang merangkak, sementara si bapak tetap duduk berlutut dibelakang. Cukup lama juga jari-jari si bapak menyodok-nyodok liang vaginaku dan lobang pantatku.. Dan aku benar-benar menikmati.. Sehingga tanpa sadar vaginaku sudah basah bercampur dengan oil.. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menempel dimulut vaginaku, ternyata si bapak telah mengarahkan batang kemaluannya ke bibir vaginaku, aku hanya pasrah dan membiarkan ketika secara pelan-pelan batang kemaluan si bapak mulai ditekan masuk ke dalam vaginaku.. Oohh.. Nikmat.. Tanpa disadari.. Aku mengerak-gerakan pinggulku juga, tubuhku terguncang-guncang ketika si bapak mulai menyodok-nyodok vaginaku dengan batang kemaluannya.. Cerita Dewasa Aahh.. Nggkk.. Ohh.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Dan diam-diam aku mencapai klimaks tanpa sepengetahuan si bapak itu, tiba-tiba si bapak mencabut batang kemaluannya dari vaginaku.. Lalu oohh.. Gilaa.. Terasa ujung batang kemaluan si bapak ditempelkan ke anusku.. Wah dia mau menyodomi aku.. Pikirku memang aku pernah melakukan anal sex.. Tapi ini.. Lalu si bapak menarik kedua tanganku kebelakang dan menyuruh aku membuka belahan pantatku dengan kedua tanganku sendiri.. Kemudian terasa jari-jari si bapak mengolesi anusku dengan oil.. Dan kadang-kadang menyusupkan satu dua jari nya ke dalam.. Kemudian terasa pelan-pelan batang kemaluan si bapak menerobos masuk ke dalam anus ku.. Aakk.. Nggkk.. Aku mengeluh.. Rada sakit dikit.. Tapi setelah semua batang kemaluan si bapak amblas.. Dan ketika si bapak mulai menyodok-nyodok keluar masuk.. Ahh.. Nikmatnya.. Terasa sedikit mules tapi aku benar-benar enjoy anal sex ini.. Cerita Dewasa, Kunikmati Pijat Urut ++ Oh…Nikmat, Tetapi kini aku merasakan kenikmatan yang.. Tidak klimaks-klimaks.. Sampai basah tubuh ku dengan peluh.. Tetapi si bapak tidak kunjung klimaks juga, rasa nikmat.. Mules.. Campur aduk.. Aku hanya bisa meringis-ringis sembari memejamkan mata saja, tetapi akupun tidak tinggal diam.. Jika si bapak menghentikan gerakannya, maka aku langsung mengerakan pinggulku maju-mundur sehingga batang kemaluan si bapak tetap keluar masuk lobang pantatku hingga akhirnya lama kelamaan gerakan si bapak semakin cepat.. Dan terdengar nafasnya yang semakin memburu, rupanya si bapak sudah mau klimaks.. Dan Akupun membuka belahan pantatku semakin lebar dengan kedua tanganku, lalu terdengar si bapak mengerang aahh.. Nggkk.. Lalu ia menjabut batang kemaluannya dari lobang pantatku lalu disemburnya airmaninya kepunggungku crot.. crot.. Terasa ada cairan kental dan hangat membasahi punggungku.. Sampai kerambutku dan akupun seketika rebah telungkup.. Dengan nafas masih memburu.. Dan masih merasakan nyeri di duburku. Setelah itu si bapak.. Pergi ke kamar mandi.. Akupun segera mengambil CD ku dan mengelap air mani si bapak yang belepotan dipunggung ku.. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka.. Akupun segera mengenakan kimonoku dan berjalan keluar kamar.. Ternyata si bapak itu sudah tidak ada.. Loh gimana sih ini orang.. Pikirku.. Ah.. Biar aja kalau enggak mau dibayar.. Lalu akupun menuju kamar mandi.. Terasa lengket punggung ku karena oil tadi, tetapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.. Akupun segera merapihkan kimonoku dan berpikir.. Pasti si Lina dan kawan-kawan sudah pulang, ketika pintu aku buka tampak seorang ibu-ibu dengan kebaya berdiri diluar.. Lalu. “Selamat siang neng.. Neng yang.. Mau dipijet kan?” seru ibu itu. “Iya.. Ibu siapa” tanyaku “Saya tukang pijatnya neng” sahutnya.. Cerita Dewasa Gilaa.. Siapa dong bapak tadi.. Walaupun aku terkejut.. Tetapi jujur.. Aku enjoy sekali dengan permainan si bapak itu.. Tapi.. Andaikan tunanganku tahu.. apa yang akan terjadi aku tak sanggup membayangkannya… Sampi aku pulang dari tempat urut itu, aku belum bisa mengetahui siapa sebenarnya yang telah menurut dan menjamahku itu. Aku masih membayangkan kejadian yang telah terjadi di tempat urut tadi, yang jelas aku sangat menikmatinya. dan ini menjadi cerita yang unik dan aneh, dimaan saya diperkosa secara halus, karena si pemerkosa tidak memaksaku untuk memuaskan nafsunya. Tapi meskipun begitu, aku sangat menikmatinya, dan dalam pikiranku “rasanya aku ingin mengulangi kenikmatan itu bersama orang itu” terus terang aku sangat ketagihan, karena selama aku berhubungan dengan tunanganku, aku tidak pernah merasakan nikmat seperti yang dilakukan orang misterius tadi……. Demikianlah Cerita Dewasa, Kunikmati Pijat Urut ++ Oh…Nikmat, Sekian
PAIRQIU – Suamiku adalah seorang karyawan yang memiliki banyak aktivitas sehingga dia selalu memanggil tukang pijat untuk memijat dirinya. Suamiku setiap malam minggu mendatangkan tukang pijat langgannya kerumah. Namun setelah mengenal Pak Jono, semua menjadi berubah. Tidak suamiku saja yang tambah segar akan service Pak Jono, aku pun menuai kepuasan tiada tara dengan kehadiran dia di rumahku. Hingga perselingkuhan itu pun terjadi. Aku adalah seorang istri dan kami mempunyai dua orang anak. Anakku yang pertama sudah kelas 1 SMP sedangkan yang kedua kelas 1 SD. Aku sering nungguin anakku yang kedua di sekolahnya, terutama waktu olahraga. Guru olahraga anakku bernama Pak Jono. Dia suka sekali bercanda. Tubuhnya tinggi, kurang lebih 175 cm dan berbadan besar dan kekar. Warna kulit agak hitam. Dia baru saja bercerai dengan isterinya 4 bulan yang lalu. Jadi dia seorang duda. Selain dia guru olahraga, dia pun pintar memijat. Banyak guru lain minta dipijat olehnya. Ketika olahraga, seperti biasanya dia memakai celana training. Sambil menunggu anakku aku memperhatikan dia yang sedang olahraga bersama murid-murid kelas 1. Begitu aku memperhatikan diantara selangkangannya aku lihat tonjolan yang memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku, wuiih panjang dan besar sekali barangnya. Suamiku hobi dipijat. Tukang pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra. “Guru olahraga disekolah anak kita pintar memijat, ngerti urat lagi kataku. Coba saja pa!” kubilang pada suamiku. “Boleh juga kita panggil ke sini malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam ma?” tanya suamiku. “Enggak tahu pa.. Coba aku tanyakan besok ya pa” jawabku. Keesokan harinya aku pergi ke sekolahan dan bertemu dengan Pak Jono. “Pak, mau enggak mijetin suami saya?” tanyaku. “Tapi kalo bisa malam hari, Pak.” “Boleh juga asalkan ongkosnya mahal” katanya sambil bercanda. Setelah suamiku pulang dari kantor, sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Jono mau. “Boleh panggil ke sini tapi malam sekitar jam ya ma.” kata suamiku. Sampai waktu yang ditentukan Pak Jono datang ke rumahku. Dia ngobrol dengan suamiku sambil bercanda sehingga baru saja kenal, suamiku merasa akrab dengannya. Aku duduk di dekat suamiku menemaninya. Kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang tamu. Mulailah suamiku dipijat oleh Pak Jono sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak Jono banyak ngebanyol karena memang dia hobi bercanda. Aku nonton TV sambil tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin obrolan Pak Jono dan suamiku. Suamiku mulai bercerita agak serius dengan suara pelan-pelan. “Aku ini tidak kuat dalam hubungan seksual. Kenapa ya? Jadinya isteriku suka marah-marah kalau hubungan intim. Kalau Pak Jono bagaimana dengan isteri Anda?” “Saya sekarang duda sudah 4 bulan. Kalau dulu sebelum cerai saya kebalikan bapak. Istri saya kewalahan dengan kemampuan saya sampai dia minta cerai.” “Wah, hebat kamu ini, Pak.” Pak Jono yang biasanya suka bercanda mulai berbicara serius. “Mungkin Bapak terlalu lelah, atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan pendek. Bapak urut yang membesarkan dan memanjangkan saja. Saya hanya bisa mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan membesarkan aku tidak bisa.” katanya pada suamiku. “Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong.” kata suamiku. “Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi.” kata Pak Jono berusaha meyakinkan. “Pak Jono pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya. “Saya tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan diameternya 4,5cm pak.” jawab Pak Jono sambil tertawa. “Kalau punya bapak berapa?” “Punya saya panjangnya 12 cm diameternya 2,5cm.” Mendengar obrolan suamiku dan Pak Jono aku berkata dalam hatiku. “Wuiih.. besar dan panjang sekali punya Pak Jono, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun. Aku jadi berkhayal, kalau seandainya… Wah, nikmat sekali.. Setelah mereka selesai aku pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku. “Bagaimana, pa? Cocok enggak pijet ama Pak Jono?” tanyaku setelah Pak Jono pulang. “Wah bagus sekali, lebih bagus daripada langganan papa. Sekarang papa mau langganan sama Pak Jono saja. Papa sudah bilang kalau papa mau pijet tiap malam minggu. Kalau mama mau juga boleh, coba malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya enteng dan enak sekali.” kata suamiku “Aku mau, tapi malu pa, nanti dia cerita di sekolahan.” “Ya enggak sih, nanti kita bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.” Keesokan harinya aku ketemu Pak Jono. Sambil tersenyum, dia langsung bertanya padaku. “Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak dengan pijetan saya?” tanya Pak Jono padaku. “Cocok sekali pak… Malam minggu depan bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.” “Ya bu.. Bapak sudah bilang sama saya.” Setelah suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Jono, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suamiku. Punya suamiku lemes, barangnya kecil dan pendek dan tidak tahan lama. Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Jono. Aku berkata dalam hati, barang Pak Jono pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 150 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin merasakan. Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun. Malam ini malam minggu, Pak Jono akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam menunjukkan Tak lama kemudian Pak Jono datang. Suamiku mempersilahkan dia masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau juga dipijat malam ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke orang lain. Pak Jono menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.” Suamiku mulai diurut. Kurang lebih jam suamiku selesai diurut. Sekarang giliran aku yang akan diurut. Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV. Aku mulai tengkurep, hatiku dag-dig-dug. Pak Jono mulai menyingkap kain sarungku di bagian betis dan memegang betisku sambil mengurut pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan Pak Jono, karena sebelumnya aku membayangkan sesuatu yang nikmat. Kini Pak Jono membisu seribu bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan berhumor, mungkin menikmati pandangan terhadap betisku yang mulus. Maklum dia sudah menduda 4 bulan. Semakin merinding dan berdebar-debar hatiku ketika Pak Jono meletakkan kakiku ke pahanya. Sambil mengurut dia maju sedikit demi sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya sehingga terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras. Dengan suara pelan dan terpatah-patah Pak Jono bertanya. “Paha ibu mau diurut?” “Ya pak, memang di bagian itu agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak” aku pun menjawab dengan suara pelan. Pak Jono mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku. Ketika Pak Jono mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Jono pun meningkatkan rangsangannya, terasa dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku. Semakin timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Jono membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini dia mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsangannya semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Jono tahu kalau aku terangsang, aku juga tahu kalau Pak jono juga terangsang. Aku berkata dalam hatiku sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Jono untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat apakah suamiku sudah tertidur atau belum. Ketika Pak Jono menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya “Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.” Ketika keluar dari kamar, aku melihat suamiku tertidur pulas mungkin karena lelah seharian dan habis diurut. Di kamar mandi aku berkata dalam hati. Kalau nanti sarungku disingkap sampai ke selangkanganku dalam posisi terlentang, pasti Pak Jono akan melihat bulu jembutku. Dia akan semakin terangsang. Aku menginginkannya meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke lobang vaginaku. Setelah masuk ke kamar, aku bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Jono semakin bersemangat. Kini aku terlentang di hadapan Pak Jono. Dan Pak Jono tidak was-was lagi. Dia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil menggigit bibirku. Pak Jono mulai memijat lagi. Di pijatnya betis depanku kemudian ke pahaku. Pijatannya terus naik ke paha bagian dalamku. Aku diam dan menikmati setiap sentuhan tanggannya di pahaku. Saat memijati paha bagian dalamku, terasa jari Pak Jono menyelip masuk ke celana dalamku. Entah dia sengaja atau tidak, tapi sentuhannya itu begitu nikmat kurasakan. Jarinya sesekali menekan bibir vaginaku. Aku mendesah pelan. Pijatannya diulanginya terus menerus di area bibir vaginaku. Semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Jono, sambil penasaran tapi malu. Pak Jono semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah basah dengan ledir. Aku mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Jono. Dan Pak Jono membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak Jono mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut… astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan kepala rudalnya jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besarnya. Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Fantasiku semakin meningkat. Perasaanku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol. Pak Jono kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suamiku bangun karena mendengar jeritanku. Sambil mengocok vaginaku, Pak Jono menciumi pipiku. Pelan-pelan, lalu mengecup bibirku, semakin lama dia semakin ganas menciumku dan aku pun terangsang berat. Kemudian dia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian dia menekan lagi. “Aduhhh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan. Tekanan kedua kalinya juga tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian dia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengekngok. Pak Jono dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuhku. Dan aku mengakhiri pijetannya. Kemudian aku membangunkan suamiku. Pak Jono pun pamit pulang karena memang sudah larut malam. Kemudian aku mengajak suamiku masuk kamar, aku sudah tidak tahan. Barang suamiku juga mengeras tidak seperti biasanya. Kini aku menyalurkan birahiku dengan suamiku sambil membayangkan disetubuhi Pak Jono. Malam itu aku benar-benar merasakan puncak orgasme yang luar biasa tidak seperti biasanya, juga suamiku. “Ma.. Malam ini tidak seperti biasa ya… Urutan Pak Jono memang luar biasa membuat kita benar-benar mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa. Kita minggu depan urut lagi ya, ma…” kata suamiku. Hari-hari ku selalu muncul bayangan Kalau malam minggu depan suamiku tidak ada di rumah, aku akan menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke lobang vaginaku. Aku membayangkan barang Pak Jono yang besar dimasukkan sambil memelukku, menciumiku dan menggenjotku. Membayangkannya saja sangat nikmat apalagi benar-benar dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau lobangku nanti robek dan lobang rahimku jebol. Kini malam minggu datang, hatiku berdebar-debar membayangkan sesuatu yang besar dan panjang, membayangkan lobang vaginaku membengkak lebar, dan rahimku diterobos barang besar. Pak Jono datang memakai pakaian yang serasi, nampak sangat gagah dan manis. Ketika suamiku ngobrol dengan Pak Jono telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajaknya ke luar kota untuk mengurus bisnisnya. “Ya nanti setelah dipijat” jawab suamiku. Malam ini aku semakin yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Jono. “Ma.. papa nanti setelah dipijet akan pergi ke luar kota” kata suamiku padaku. “Jadi, mama tidak usah dipijet, habis tidak ada papa.” “Tidak apa-apa pijet saja, Pak Jono orangnya baik, papa sudah percaya kok.” Mendengar perkataan suamiku, hatiku girang karena sebentar lagi pasti aku disetubuhi oleh Pak Jono yang berhari-hari aku membayangkannya. Setelah suamiku selesai dipijat, dia mandi pun langsung pergi mandi. Dan Aku bilang pada Pak Jono, “Tunggu dulu ya pak, minum-minum dulu kopinya. Aku mau menyiapkan pakaian bapak untuk ke luar kota.” Setelah suamiku menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, dia pamit ke Pak Jono. Aku mengantarkan sampai pintu gerbang. Begitu suamiku berangkat hujan turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan bilang sama Pak Jono, “Tunggu dulu ya pak, aku pakaian dulu.” Aku memakai sarung dan kaos dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam. Begitu aku keluar, sorotan mata Pak Jono menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku membayangkan bahwa Pak jono duda selama 4 bulan, berarti dia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin dia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan sepuas-puasnya. Sekarang aku memilih kamar untuk dipijat di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh siapapun. Aku mengajak Pak Jono ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali jeritanku, bunyi ciuman yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras. Kini aku berduaan dengan Pak Jono yang sama dengan ku mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Jono membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Dia meremas-remas pahaku. Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Jono membuka celananya. Rudalnya tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya mbesar sekali. Dia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah tidak tahan karena dari tadi sudah terangsang karena membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan. Dia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan pukul Dia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku. “Pak, masukin.. aku sudah tidak tahan.” “Aku juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi.” timpal Pak Jono. “Aku juga pak.. Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Jono. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak kesakitan.” Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum. “Bu.. lobang Ibu kecil sekali.” katanya begitu dia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya. Kini Pak Jono mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan dia menindihku. Aduh.. rasanya berat sekali. Dia mengarahkan rudal besar dan panjang itu ke lobang vaginaku. Dia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya dia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan. “Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak ngimbang.” katanya merayuku. Ketiga kalinya, dia mengolesi lobang vaginaku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku, dia campur dengan air ludahnya. Dia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian dia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras itu. Dia menekannya dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit kesakitan. Dia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku. “Ditahan sakitnya dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.” Aku mengangguk. “Tahan ya Bu.. aku akan tekan lagi agar masuk semua.” bisiknya lagi. Dia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan. “Aduh.. sakit Pak…” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir. Blesss… Akhirnya barang itu masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa. “Pak .. rasanya nikmat sekali.” Semakin ganaslah Pak Jono menggenjotku. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar biasa itu. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan. “Aahh.. uuuh.. uuh… aku.. aku mau keluar pak…” Pak Jono menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Jono sangat kuat dan bertahan lama, dia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena Pak Jono meremas-remas kembali tetekku dan menjilati vaginaku, aku mulai terangsang lagi. Pak Jono menyuruhku nungging. Dia menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras, ceprok.. ceprok.. ceprok.. sambil dia mengelus-ngelus lobang anusku. Dia mengambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya ditusukkan ke lobang anusku. “Aduh.. Aduh Pak..!” jeritku. Tapi dia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Dia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat. “Enak Pak… Nikmat…” Akhirnya Pak Jono menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, dia mengoles-oleskan kepala rudalnya ke lubang anusku. “Hangat rasanya, nikmat Pak…” Kemudian dia menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret.. cepret.. dia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu masuk. Dia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep dia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Dia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Semakin ganas dia menggenjot sampai aku meraung-raung dibuatnya. Akhirnya Pak Jono mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku. Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Jono sampai 4 kali hingga pagi. Setelah kejadian yang pertama itu, aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak Jono karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak teman-teman. Pada suatu hari ketika aku duduk berjauhan dari tempat olahraga, aku melihat Pak Jono memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Jono memandangi aku, aduh.. aku rasanya malu sekali. Kemudian Dia duduk di sebelahku dan bertanya. “Bagaimana Bu.. Masih terasa sakit dan ngilunya. Maafin aku ya Bu..” “Enggak kok pak.. udah enggak.. Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Jono itu terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari.” jawabku sambil tersenyum malu. Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suamiku, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku. “Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.” kata suamiku Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Jono. “Pa.. besar dan panjang sekali anunya.. sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan ngerintih-rintih, sakit kali ya Pa..” bisikku pada suamiku. “Tidak ma.. justru itu dia merasakan puncak kenikmatan.” “Kalau punya Papa seperti itu asyik ya Ma..” bisik suamiku. “Ah.. mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar…” Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku “Mungkin punya Pak Jono seperti itu ya Ma..” “Enggak tahu ya Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasaan terangsang. “Ya soalnya dia pernah cerita sama papa.” “Apa ceritanya Pa..?” “Dia kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum dia cerai, isterinya sampai teriak-teriak. Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti mama, hayoo???” “Papaaa.. kok isterinya Pak Jono dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes. “Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..” “Papaaaa….” aku jadi terangsang oleh suamiku. Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Jono. Keesokan harinya aku semakin ingin dipijat lagi oleh Pak jono. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari lagi. Pikiranku selalu membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijat oleh Pak Jono. Aku masih terbayang ketika barang Pak Jono yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki lobang kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat ngilu dan nikmat. Aku masih terbayang waktu dia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. Belum hilang dari ingatanku barang yang kepalanya lebih besar dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya dimasukkan di lobang anusku yang awalnya terasa sakit, lalu dengan pandainya permainan Pak Jono rasa sakit itu hilang berganti menjadi rasa nikmat yang sulit kubayangkan. Kini tibalah malam minggu, malam yang kunanti-nantikan. Suamiku, sebagaimana biasanya, mempersilahkan Pak Jono masuk. Sebelum memulai memijat, Pak Jono ngobrol dulu dengan suamiku. Sementara itu aku membuatkan kopi untuk mereka berdua. Tak lama kemudian suamiku mulai dipijat. Sedang enak-enaknya dipijat, tiba-tiba ada telpon dari Bosnya. Aku pun memanggil suamiku. Setelah berbicara di telepon beberapa lama dengan bosnya, dia berkata padaku bahwa dia diajak ke luar kota untuk urusan bisnis. Lalu dia memberiku uang agar diberikan ke Pak Jono nanti setelah aku selesai dipijat. Dalam hati sebetulnya aku merasa sangat terangsang. Pikiranku membayangkan bahwa aku dan Pak Jono sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang kenikmatannya sulit aku bayangkan. Setelah selesai diurut, suamiku mandi, sementara aku mempersiapkan pakaian untuknya. Aku mengantarkan suamiku sampai di pintu melepas keberangkatannya. Setelah itu aku menutup dan mengunci pintu. “Sebentar ya Pak, teruskan dulu minum kopinya, aku mau ganti baju.” kataku pada Pak Jono. Aku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar biasa. “Gaya apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Jono terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku. Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Jono. Pak Jono tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang dia pahami maksudnya. Kemudian Pak Jono mengajakku ke kamar tempat pijat biasanya. Sepertinya Pak Jono sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Jono tidak memijatku seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelorah. Dia menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Dia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Dia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi. “Pak.. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF.” rintihku. Pak Jono dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku. “Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?” “Laki-lakinya seperti Pak Jono, barangnya sangat besar dan panjang. Dia dengan ganasnya menyetubuhi perempuan Jepang sampai berkali-kali. Perempuannya merintih-rintih, lalu dia tergeletak lemas dan memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Jono.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan Jepang itu.” Kemudian Pak Jono membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Jono dengan mudah membuka sarungku. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Dia mengangkangkan kedua kakiku, lalu dia menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak. Pak Jono membuka baju kaosnya dan celana serta CD-nya. Barang Pak Jono luar biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian dia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Jono yang siap menerjang lobang kemaluanku. Pak Jono merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan di antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Jono sudah tidak sabar lagi, aku pun juga. Pak Jono menindihku. “Aduh Pak.. berat sekali badan Bapak.” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya. Pak Jono mengangkangkan pahaku seperti bentuk V. Dia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya. Begitu banyak Pak Jono meludahi lobangku sampai meleleh ke lobang anusku. Pak Jono mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Dia menekannya, pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk. “Aduh Pak.. Pelan-pelan Pak…” jeritku. “Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Jono berbisik dengan suara terengah-engah. “Nanti Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.” Ketika dia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Bleees.. Kemudian dia menindihku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Dia mulai menggenjotku. Mula-mula dia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Rasanya ngiluh dan sakit, dia sambil memelukku dengan gemes dan ganas. “Aduh Pak…!” aku berteriak kecil. Dia terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan keras. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit. Croot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Jono kuat sekali, dia belum juga orgasme. “Udah dulu Pak…” kataku dengan suaraku terengah-engah. “Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakang ibu.” bisiknya padaku. Aku mulai tengkurep, dan Pak Jono mulai menindihku dari belakang. Dia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh enak sekali rasanya. Kemudian dia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Dia menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah cair hangat di dalam lobang anusku. Aduh.. nikmat sekali.. walaupun baru saja aku mencapai orgasme. Aku dan Pak Jono menjalani hubungan terlarang ini sampai sekarang tanpa diketahui oleh suamiku. Kadang-kadang Pak Jono pura-pura datang bertamu hanya untuk bertemu dan menyodok lobang vaginaku.
Sudah lebih dari enam bulan, tepatnya enam bulan lebih lima hari aku menekuni profesi tukang pijat panggilan. Sebuah profesi yang memerlukan kekuatan jari tangan, dan juga kekuatan mental untuk bisa menjalaninya dengan enak. Harus kuat mental, karena umumnya pasienku wanita, cantik dan rata-rata meminta layanan lebih. Padahal, aku betul-betul hanya menjalani profesi pijat, tidak plus dan tidak pula neko-neko. Celakanya lagi, dengan posturku yang tinggi besar, wajahku yang mirip Adjie Mas Said betul-betul membuat pasienku blingsatan, bahkan ada yang nekat melolosi celana pendekku untuk gantian memijat si Adjie kecil. Namun, dengan bijak aku masih mampu meredam nafsu gila itu dengan sentuhan khas pemijat, yang membuat mereka merem melek dan melupakan si Adjie kecil itu. Bagaimana tidak merem melek, dengan keakhlianku mereka merasa dibuai sampai langit ketujuh, bahkan ada yang sampai terbeliak kelihatan putih matanya ketika siitilnya kusentuh dengan jurus lonceng, he he. Siang itu, aku mendapat panggilan untuk memijat seorang wanita disebuah hotel bintang lima di jantung kota Surabaya. Mbak Watie, begitu biasanya dia dipanggil. Pasien lama dan juga langganan tetapku. Siang itu, Mbak watie menemuiku di kamarnya yang ekstra besar dengan hanya mengenakan baby doll. Sehingga tubuhnya yang kuning langsat di usia dewasa 40 tahun terlihat sexy . Aku disuruhnya duduk di kursi, lalu dia kembali dengan satu kaleng Green Tea dingin, karena kursi diruangan kamarnya agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat sembulan ke dua belah dada mbak watie sehingga BH nya yang coklat itu terlihat jelas. Wach belum-belum mbak Watie sudah membuatku mabok,tapi aku cepat-cepat membuang pikiran yang mulai nglantur.”wee, liat apa lho mas ganteng ini” katanya menggoda. Kontan aku hanya mampu cengar cengir saja. “he..he si mbak ini bisa aja “, kataku sambil membuka kaleng green tea itu. “Mas ganteng, leherku pegel nih” katanya manja sambil menarik kursi dan meletakkannya di depanku. Dengan sigap, aku lalu mengurut lehernya yang jenjang itu dengan pijatan pelan namun berisi. “wach, pijatan mas ganteng ini enak sekali” katanya sambil melenguh keenakkan ketika tanganku dengan sigap mengurut pundak dan kepala bagian belakangnya. “ Si Mbak ini bisa aja, bila badan mbak terasa cape, siapapun yang memijat tentu terasa enak, mbak” Jawabku. Lalu akupun melanjutkan mengurut lehernya yang jenjang itu dengan body lotion, yang kucampur dengan minyak aroma therapy ramuanku sendiri. Kulanjutkan Pijatan itu ke kepala terus beralih ke tengkuk. Melihat tengkuknya yang kuning dipenuhi rambut halus itu, agak greng juga aku. Namun demi profesionalisme, pijatan itu keteruskan ke bahu yang sedikit terbuka dan kulanjutkan terus sampai ke lengan dan telapak tangannya yang halus dan lumer. “ Mbak, baby doll nya dan tali branya kuturunkan sedikit ya” kataku berbisik ditelinganya. “ mbak watie hanya bergumam lirih. Pelan kubuka kancing baby doll dan kuturunkan sedikit tali bhnya melewati bahu. Melihat kulitnya yang kuning langsat itu, hatiku sudah sangat gemuruh, apalagi melihat rambut-rambut hitam yang menyembul dibalik ketiaknya itu. Benar-benar membuatku grogi. Melihat diriku yang agak mengendurkan pijatan, mbak watie membuka matanya,”ada apa mas ganteng..” katanya manja. Mungkin dikira aku sungkan membuka baby dollnya, maka dengan spontan dibukanya baju itu, dan serr aku kembali melihat kelitan warna hitam pekat yang tersembul dibalik ketiaknya yang putih itu. “nah gini mungkin lebih enak” katanya setelah membuka baby doll, sehingga tinggal mengenakan bra warna coklat yang talinya sudah menggantung lepas. Setelah itu dia melangkah ketempat tidur, dan tengkurap diatasnya. “Ayo mas ganteng dilanjutin ditempat tidur saja” katanya sambil merebahkan badannya yang masih sintal itu. Akupun kembali mengurut tengkuk dan juga bahunya. “ochhh enaknya mas ganteng” kedengar mbak watie melenguh lagi. “Mbak, BHnya dicopot saja ya”, kataku sambil melepas kaitan BH dipunggungnya. Mbak Watie Cuma melenguh, dan membantu mengagkat sedikit badannya. Kini mbak watie benar-benar sudah telanjang dada, BHnya tergeletak didekat Baby doll dan kedua susunya yang sintal itu tergencet sehingga menyembul ke samping. Aku segera mengolesi punggung mbak watie dengan minyak dan mulai mengurut serta memijat punggungnya. Mbak watie tampak sangat menikmati pijatan dan urutanku itu. “mbak, celananya dilepas ya” kataku lagi ketika mulai mengurut pinggangnya yang masih ramping itu. Mbak watie menuruti permintaanku, lalu memintaku menurunkan celana tanpa mengubah posisinya yang tengkurap. Pantat dan celah vagina mbak watie lengkap dengan rambutnya yang hitam terlihat jelas membuat penisku pelan-pelan mulai bangkit dan tegang. Aku segera melumuri dua bongkahan pantat sekal mbak watie dengan minyak ramuanku sendiri dan segera memijatnya dengan perlahan. mbak watie kembali mengeluarkan lenguhan , nampaknya mbak watie mulai sedikit terangsang. Apalagi ketika tanganku mulai memijat pangkal paha bagian dalam, tarikan nafas mbak watie menjadi lebih berat dan matanya kembali terpejam. Aku tetap memijat seperti tidak terjadi apa-apa. Aku terus memijat pantat, paha dan betis hingga akhirnya sampai telapak kakinya. “mbak, kupijat ttitk refleksi kaki ya “ kataku untuk mengusir debar halus melihat bongkahan pantat dan juga vagina dari mbak watie yang tersembul dengan indah ketika kakinya kuangkat untuk dipijat. “wes terserah mas ganteng saja..” katanya sambil mengibaskan tangannya. Kembali aku melihat sekelebat lebatnya ketiak dari mbak Watie. Khusus untuk memijat titik refleksi kugunakan ramuan istimewaku, ramuan yang bisa meresap dan mampu mengaktivkan syaraf-syaraf genitalnya. Kali ini aku memijat dengan konsentrasi penuh. Terkadang mbak watie melenguh dan merintih ketika kusentuh titik-titik refleksinya, mungkin pijatanku terlalu keras hingga membuatnya sedikit sakit. Namun, ketika hal ini kutanyakan mbak watie bilang tidak apa-apa dan minta diteruskan. “terus mas ganteng, itu namanya gelinak, geli-geli tur enak” katanya melucu. “Maaf mbak, tahap selanjutnya saya akan memijat di bagian depan, tolong mbak watie duduk bersila membelakangi saya” kataku setelah memijat kakinya. Mbak watie bangun dan mengambil posisi seperti yang aku inginkan. Tubuh mbak watie yang segar telanjang bulat membelakangiku. Kembali tanganku kulumuri ramuan khusus, dan kuusapkan didaerah sekitar vagina mbak watie dan mulai melakukan pijatan didaerah itu dari belakang. Walaupun tidak menyentuh vaginanya langsung, tetapi pijatan tanganku mencakup pangkal paha, , pinggul depan, termasuk didaerahnya yang ditumbuhi bulu lebat itu. Mulut mbak watie sedikit terbuka. Aku tahu mbak watie pasti mulai naik berahinya, nikmat yang dirasakan mulai terimbas di sela-sela vaginanya. Berkali-kali aku menyentuh cairan kental yang mulai mengalir disitu. Pijatanku pasti membuat nafsunya naik ke ubun-ubun. Beberapa kali tanganku menyusup dan menyentuh celah-celah halus itu, kulihat mbak watie menahan nafas, dan sedikit kesal ketika tanganku beralih menjauh. Bulu kemaluannya basah kuyup oleh minyak, sementara vaginanya basah kuyup oleh cairan kenikmatan yang mulai mengalir cepat. Kulanjutkan pijatanku kebagian perutnya yang mulai sedikit berlemak, tapi seksi itu. Kupijat pelan dengan arah memutar, kembali kudengar desahannya ketika tanganku mulai menyentuh bagian pusarnya sehingga membuatnya sedikit kegelian. Setelah itu aku meminta mbak watie mengangkat tangannya. Bau pandan yang khas berbaur dengan bau minyak aroma therapy mengudar, ketika tangan mbak watie terangkat memperlihatkan bulu ketiaknya yang lebat mulai disapu keringat. Dinginnya ac tidak mampu menahan gerah badannya. “Maaf mbak” tangannya diletakkan dikepala” kataku. Mbak watie lalu mengangkat tangannya dan meletakkan kedua tangannya diatas kepala. Aku hamper-hampir tidak bisa menahan diri melihat posenya yang sangat seksi itu. Bulu ketiaknya yang lebat terpampang, dan susunya yang kenyal dengan putting yang besar kecoklatan menantang membuat pandanganku sedikit nanar. Akupun cepat-cepat memijat dibagian ketiaknya yang lebat itu. Sedikit kasar namun merangsang.”aduuh geli mas gantengg..” mbak watie menggelinjang, “ditahan sedikit mbak” kataku purau. Cukup berlama-lama aku memijat bagian ketiak merangsang itu, berkali-kali kulihat mbak watie melenguh, dan berkali-kali pula mbak watie menggeliat kegelian ketika urutanku menyentuh simpul-simpul rangsangannya. Setelah puas memijat dibagian ketiak, kembali aku melumuri tanganku dengan minyak, dan segera kuraup kedua bukit kembar itu dari belakang. Putting susu mbak watie langsung mekar dan tegang. Aku melakukan pijatan yang lembut pada susu itu. Kadang kulakukan gerakan mengusap, menarik dan juga nylentik. Jari-jariku dengan terampil memainkan dengan lembut susu itu. Ketika ujung jariku menyentil putting susu dengan gerakan mengguncang lonceng, mbak watie terangsang hebat dan lupa diri. Dia mengerang mengeluarkan erangan nikmat yang tanpa henti. Tangannya merangkul hebat tubuhku. Sehingga ketiaknya terpampang dengan jelas diwajahku. Ingin rasanya mengendus dan menciumi lebatnya ketiak itu. Namun, etikaku sebagai tukang pijat yang terpercaya membatasiku. Tanganku yang sedang mengelus dan menyintil susu itu dicengkeram dengan kencang, sambil mulutnya tidak ada henti-hentinya merintih dan mendesah. Posisinya sudah berubah, tidak lagi duduk bersila tetapi mengangkang memperlihatkan vaginanya yang sudah becek bergelimang peak. “ehh mas ganteng copot dong bajunya” katanya serak sambil berbalik dan mencengkeram rambutku, dan dengan gemas mukaku diarahkan ke pentil susunya yang keras itu. Aku jadi kelagepan. “ aduhh ayo mas ganteng, cumbui aku” katanya sambil mengoser-oserkan mukanya disusunya yang ranum itu. Aku yang saat itu sedang berperang antara melayani nafsunya atau terus menjaga etika, jadi terperangah. Otakku jadi gelap. Aku segera meraihnya, mencium bibirnya. Ciuman yang ganas, karena jujur saja sejak tadi aku sudah menahan gairah itu, apalagi membaui bau khas ketiak berbulu dari mbak watie itu. Mbak watiepun nampaknya cukup senang, karena baru kalai ini aku tergoda rayuannya. Dengan tak kalah bernafsu melucuti tubuhku. Sehingga akhirnya aku menyusulnya telanjang bulat. “mas ganteng cepat senggamai aku..aku ingin kontolmu memijati tempekku ini” Mbak watie meracau sambil menunjuk vaginanya yang sudah basah kuyub sejak tadi. Aku segera memutar tubuhnya. Dan dengan gaya doggie style aku coba menyetubuhinya. Mbak watie segera tanggap, dibukanya lebar-lebar pahanya dan tangannya segera bertumpu didinding. Dengan pelan-pelan penisku yang tidak seberapa besar namun penuh dengan neker itu menerobos kemaluannya yang merah membasah itu. Adalah sensasi nikmat luar biasa aku rasakan saat penisku menerobos lubang itu. Aku pejamkan mataku merasakan sensasinya sementara mbak watie merintih nikmat. Sampai akhirnya blesss…seluruh penisku masuk didalamnya. Terasa hangat , berlendir tapi nikmat itu. “ahhhh….” Mbak watie menghela nafas, tubuhnya bergetar. Nikmat sekali vaginanya itu. Dengan panas mencengkeram penisku. Jepitannya membuatku bergetar menahan hawa panas yang mulai membuncah menuju titik muncrat. Untuk menundanya, aku mencoba melihat gantungan indah dari dua payudara yang terhempit bantal. Dan dengan gemas aku mencoba mengelusnya. Tanganku segera meraih botol minyak satunya, dan menuangkan di tangan. “Apa itu…mas ganteng” Tanya mbak Watie heran. “ Ini minyak khusus untuk payudara, bagus untuk mbak” kataku sambil terus mengeluarkan dan menusuk vaginanya. “ya sudah cepet kamu gosikin disusuku! Terserah mas ganteng mau ngapain. Yang penting puaskan aku siang ini” Akupun segera mengusapkan minyak itu pada kedua susu yang digelantungkan bebas oleh mbak watie. Sementara penisku terus menelusuri lubang nikmatnya dengan lembut. Mbak watie kembali melenguh nikmat. Akh… nikmat sekali rasanya meremas daging kenyalnya, sementara dagingku diremas olehnya didalam lubang nikmatnya. Tangan kanan susu kanan dan tangan kiri susu kiri. Kepercepat sodokanku, kumainkan putingnya yang keras kenyal itu dan sesekali keremas dan kuplintir. Rasanya jadi lebih dahsyat nampaknya, karena kudengar lagi mbak watie mendesis dan melenguh lebih keras. “Mhhh …terus ahhh..” mbak watie merintih terengah-engah merasakan nikmat sentilan putting susu dan gocekan biji telurku di itilnya. Seiring dengan gocekan dahsyat penisku divaginanya. Aku lepaskan tanganku dari payudaranya, membiarkan susu itu bebas bergelantungan kembali mengikuti irama sodokanku. Tanganku berganti meremasi pinggulnya yang wewek itu. Sesekali kugosok itilnya yang mulai mekar sehingga membuat mbak watie menjerit keenakan. Tiba-tiba tubuh mbak watie menyentak, vaginanya terasa membuncah membuat penisku terasa diperas dan dihimpit oleh dinding yang elastis. Lalu mbak watie berteriak dan menejan dengan keras, dut..dut ..dut terasa hentakan vaginanya ketika mencapai puncak, disertai dengan erangan panjang dan kemudian ia terkulai. Mbak watie sudah orgasme. Aku terus menyodoknya dengan cepat. Tiba-tiba mbak watie membalik, dan tidur terlentang. Penisku otomatis copot dan berdiri dengan gagah. “ Mas ganteng aku ingin kamu entoti dari depan” mbak watie meracau membuatku semakin bersemangat. Dengan cepat kuarahkan penisku dilubang kemaluannya yang sudah becek itu. Tanpa mengepa aku terus menaik turunkan pantatku. Aku segera menciumi bibirnya, dengan ganas lidahku disedotnya. Akupun dengan ganas membalasnya. Sementara putingnya yang penuh dengan keringat terhempit dengan kuat oleh dadaku. Tangannya segera kebentangkan dan dengan lahap kuciumi ketiak lebat itu, berkeringat namun membangkitkan gairahku keawang-awang. Aku lakukan ciuman bertubi-tubi diketiaknya. “Eahhh..” mbak watie menjerit kegelian. “Terus sayang terus, jangan lupa susuku, remas yang kuat” katanya meracau. Aku kembali meraih susunya. Kemudian sesuai dengan keinginannya aku remas dengan kuat sambil terus menyodok vaginanya dengan kuat. Lagi-lagi mbak watie menjerit dengan keras. Aku yakin mbak watie sudah hamper mencapai puncak lagi. Akupun dengan penuh nafsu menyodok dan menyodok dengan kekuatan penuh.”ahhhhh…” aku nyampai mas ganteng”. Mbak watie kembali orgasme. Kepalang tanggung akupun dengan cepat mengocok-ngocok dengan keras. Tak lama kemuadian aku merasakan denyutan dipenisku, dan akhirnya…crot-crot penisku memutahkan sperma yang sangat banyak di vaginanya. Kami berdua jatuh tertelengkup. Nafas kami masih satu-satu. Namun dengan ganas mbak watie masih terus menciumiku. “ Anget…mas ganteng” mbak watie mengumam. “Apanya…?” tanyaku sambil mengoser-goserkan hidungku di ketiaknya yang lebat itu. “ Spermamu mas ganteng” katanya sambil mengangkat kepalaku dan mengusap dengan manja rambutku. Lalu dengan sayang dipeluknya tubuhku. Puas rasanya menggumuli tubuh mbak watie pasien pijatku. Setelah keringat itu kering, kami berdua lalu membersihkan diri, terutama tubuh mbak watie yang bergelimak peak, baik keringat maupun minyak. Tetapi setelah mandi mbak watie minta dipijat lagi, dan kembali lagi mbak watie minta disetubuhi dengan ganas dan”memperkosaku”. Gila, aku benarbenar KO siang itu…kalah telah 3 – 1. TAMAT
Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus mengenai keahlian Darko dalam memijat. Standar tukang pijat pada layaknya. Namun, keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami menemukan ketenangan di wajahnya yang membuat kami senantiasa merasa dekat. Mungkin oleh sebab itu kami terus membicarakannya. Entah darimana asalnya, tiada seorang warga pun yang tahu. Tiba-tiba saja datang ke kampung kami dengan pakaian tampak lusuh. Kami sempat menganggap dia adalah pengemis yang diutus kitab suci. Dia bertubuh jangkung tetapi terkesan membungkuk, barangkali karena usia. Peci melingkar di kepala. Jenggot lebat mengitari wajah. Tanpa mengenakan kacamata, membuat matanya yang hampa terlihat lebih suram, dia menawarkan pijatan dari rumah ke rumah. Kami melihat mata yang bagai selalu ingin memejam, hanya selapis putih yang terlihat. Kami pun penasaran ingin merasakan pijatannya. Maklum, tak ada tukang pijat di kampung kami, apalagi yang keliling. Biasanya kami saling pijat memijat dengan istri di rumah masing- masing, itu pun hanya sekadarnya. Kami harus menuju ke dukun pijat di kampung sebelah bila ingin merasakan pijatan yang sungguh-sungguh atau mengurut tangan kaki kami yang terkilir. Hampir kebanyakan warga di kampung kami ini adalah buruh tani. Hanya beberapa orang yang memiliki sawah, dapat dihitung dengan ingatan. Setiap hari kami harus menumpahkan tenaga di ladang. Dapat dibayangkan keletihan kami bila malam menjelang. Tentulah kehadiran Darko membuat kampung kami lebih menggeliat, makin bergairah. Setiap malam, dengan membawa minyak urut, dia menyusur dari gang ke gang kampung guna menjemput pelanggan. Kakinya bagai digerakkan tanah, dia begitu saja melangkah tanpa bantuan tongkat. Tidak pernah menabrak pohon atau jatuh ke sungai. Memang, tangannya kerap meraba-raba udara ketika melangkah, seperti sedang menatap keadaan. Barangkali penglihatan Darko terletak di telapak tangannya. Dia akan berhenti ketika seseorang memanggilnya. Melayani pelanggannya dengan tulus dan sama rata, tanpa pernah memandang suatu apa pun. Serta yang membuat kami semakin hormat, tidak pernah sekali pun dia mematok harga. Dengan biaya murah, bahkan terkadang hanya dengan mengganti sepiring nasi dan teh panas, kami bisa mendapatkan kenikmatan pijat yang tiada tara. Kami menikmati bagaimana tangannya menekan lembut tiap jengkal tubuh kami. Kami merasakan urat syaraf kami yang perlahan melepaskan kepenatan bagai menemukan kesegaran baru setelah seharian ditimpa kelelahan. Pantaslah bila terkadang ada pelanggan yang tertidur saat sedang dipijat. Selain itu, Darko memiliki pembawaan sikap yang ramah, tidak mengherankan bila orang- orang kampung segera merasa akrab dengan dirinya. Dia suka pula menceritakan kisah lucu di sela pijatannya. Meskipun begitu, kami tetap tidak tahu asal usulnya dengan jelas. Bila kami menanyakannya, dia selalu mengatakan bahwa dirinya berasal dari kampung yang jauh di kaki gunung. Kemudian kami ketahui, bila malam hampir tandas, Darko kembali ke tempat pemakaman di ujung kampung. Di antara sawah-sawah melintang. Sebuah tempat pemakaman yang muram, menegaskan keterasingan. Di sana terdapat sebuah gubuk yang menyimpan keranda, gentong, serta peralatan penguburan lain yang tentu saja kotor sebab hanya diperlukan bila ada warga meninggal. Di keranda itulah Darko tidur, memimpikan apa saja. Dia selalu mensyukuri mimpi, meskipun percaya mimpi tak akan mengubah apa-apa. Sudah berhari-hari dia tinggal di sana. Tak dapat kami bayangkan bagaimana aroma mayit yang membubung ke udara lewat tengah malam, menggenang di dadanya, menyesakkan pernapasan. Kami lantas menyarankan supaya menginap di masjid saja. Namun dia tolak. Katanya kini masjid sedang berada di ujung tanduk. Entahlah, dia lebih memilih tinggal di pemakaman, membersihkan kuburan siapa saja. Seminggu kemudian orang- orang kampung gusar. Pak Lurah mengumumkan bahwa masjid kampung satu-satunya yang berada di jalan utama, akan segera dipindah ke permukiman berimpitan rumah-rumah warga dengan alasan agar kami lebih dekat menjangkaunya. Supaya masjid senantiasa dipenuhi jemaah. Namun, berhamburan kabar Pak Lurah akan mengorbankan tanah masjid dan sekitarnya ini kepada orang kota untuk sebuah proyek pasar masuk kampung. Tentu saja merupakan tempat yang strategis daripada di pelosok permukiman, harus melewati gang yang meliuk- liuk dan becek seperti garis nasib kami. Di saat seperti itu kami justru teringat Darko. Ucapannya terngiang kembali, mengendap ke telinga kami bagai datang dari keterasingan yang kelam. Kami mulai bertanya-tanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi? Sejauh ini kami hanya saling memendam di dalam hati masing- masing tentang dugaan bahwa Darko memiliki kejelian menangkap hari lusa. Namun diam-diam ketika sedang dipijat, Kurit, seorang warga kampung yang terkenal suka ceplas-ceplos, meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko hanya tersenyum sambil gelengkan kepala berkali-kali isyarat kerendahan hati, seakan berkata bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa selain memijat. Namun Kurit terus mendesak. Akhirnya seusai memijat, Darko pun menuruti permintaannya. Dengan sikap yang tenang dia mulai mengusap telapak tangan Kurit, menatapnya dengan mata terpejam, kemudian berkata; Telapak tangan adalah pertemuan antara kesedihan dan kebahagiaan. Entahlah apa maksudnya, Kurit kali ini hanya diam saja, mendengarkan dengan takzim. ”Ada kekuatan tersimpan di telapak tanganmu.” Kurit serius menyimaknya masih dalam keadaan berbaring. ”Tetap dirawat pertanianmu, rezeki akan terus membuntuti,” tambahnya. Kurit mengangguk, masih tanpa ucap. Setelah merasa tak ada lagi sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Berjalan kembali menapaki malam yang lengang. Langkahnya begitu jelas terdengar, gesekan telapak kakinya pada tanah menimbulkan bunyi yang gemetar. Sementara Kurit terus menyimpan ucapan Darko, berharap akan menjadi kenyataan. *** Siang hari. Darko selalu duduk berlama-lama di celah gundukan-gundukan tanah yang berjajar. Seperti sedang merasakan udara yang semilir di bawah pohon-pohon tua. Menangkap suara burung-burung yang melengking di kejauhan. Menikmati aroma semak-semak. Mulutnya bergerak, seperti sedang merapalkan doa. Mungkin dia mendoakan mereka yang di alam kubur sana. Dan bila ada warga meninggal, Darko kerap membantu para penggali kubur. Meski sekadar mengambil air dari sumur, supaya tanah lebih mudah digali. Begitulah, saat siang hari kami tak pernah melihat Darko keliling kampung. Barangkali dia lebih memilih menyepi dalam hening pemakaman. Ada saja sesuatu yang dia kerjakan. Bahkan yang mungkin tidak begitu penting sekalipun. Mencabuti rerumputan liar di permukaan tanah makam, mengumpulkan dedaunan yang berserakan dengan sapu lidi lalu membakarnya. Padahal, lihatlah betapa daun-daun tidak akan pernah berhenti menciumi bumi. Dia begitu tangkas melakukan itu semua, seakan memang tak pernah ada masalah dengan penglihatannya. Kurit membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya kini lebih besar dan segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang yang memang tak menentu. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya. Kabar tentang ramalannya pun bagai udara, beredar di perkampungan. Kini hampir setiap malam selalu saja ada yang membutuhkan jasanya. Para perempuan, yang biasanya lebih menyukai pijatan suami, mulai menunggu giliran. Entah karena memang butuh mengendorkan otot yang tegang atau sekadar ingin mengetahui ramalannya. Mungkin dua-duanya. Bila kebetulan kami menjumpainya di jalan dan minta diramal tanpa pijat sebelumnya, Darko tidak akan bersedia melakukannya. Katanya, dia hanya menawarkan jasa pijat, bukan ramalan. Di warung wedang jahe, orang-orang terus membicarakannya. Mereka saling menceritakan ramalan masing-masing. ”Akan datang kepadaku putri kecil pembawa rezeki.” ”Eh, dia juga bilang, sebentar lagi akan habis masa penantianku,” kata perempuan pemilik warung dengan nada berbunga- bunga. Ia hampir layu menunggu lamaran. ”Dia menyarankan supaya aku beternak ayam saja,” seseorang menambahi. Begitulah, dengan sangat berkobar-kobar kami menceritakan ramalan masing-masing. Setiap lamunan kami habiskan untuk berharap. Menunggu dengan keyakinan mengucur seperti curah keringat kami yang terus menetes sepanjang hari. Sungguh tak dapat kami pungkiri. Tak dapat kami sangkal, segalanya benar-benar terjadi. Talim dianugerahi bayi perempuan yang sehat dari rahim istrinya. Tak lama jelang itu, Surtini si perawan tua menerima lamaran seorang duda dari kampung sebelah. Sementara Tasrip bergembira mendapati ternak ayamnya gemuk dan lincah. Disusul dengan kejadian-kejadian serupa. Kejelian Darko dalam meramal semakin diyakini orang- orang kampung. Ketepatannya membaca nasib seperti seorang petani memahami gerak musim-musim. Pak Lurah pun merasa terusik mendengar kabar yang dari hari ke hari semakin meluap itu. Ia sebelumnya memang belum pernah merasakan pijatan Darko. Ia lebih memilih pijat ke kampung sebelah yang bersertifikat, menurutnya lebih pantas dipercayai. Malam itu diam-diam Pak Lurah memanggil Darko ke rumahnya. Seusai dipijat, dengan suara penuh wibawa ia meminta diramalkannya nomer togel yang akan keluar besok malam. Seperti biasa, Darko hanya menggeleng sambil tersenyum. Namun Pak Lurah terus mendesak, bahkan sedikit memohon. Darko diam beberapa jenak. Kemudian, dengan sangat terang dia pun menyebutkan angka sejumlah empat kali diikuti gerak jari- jari tangannya. Kali ini Pak Lurah yang tersenyum, gembira melintasi raut mukanya. Seperti biasa, setelah merasa tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Membiarkan tubuhnya diterpa angin malam yang lembab. *** Orang-orang kampung kini mulai gelisah. Sudah dua malam kami tidak menjumpai Darko keliling kampung. Kami hanya bisa menduga dengan kemungkinan-kemungkinan. Sementara Pak Lurah kian geram, merasa dilecehkan. Mendapati nomer togel pemberiannya tak kunjung tembus. Esoknya, di suatu Jumat yang cerah, Pak Lurah mengumpulkan beberapa warga—terutama yang lelaki—guna memindahkan perlengkapan penguburan ke tengah permukiman. Katanya, tanah kuburan semakin sesak, membutuhkan lahan luang yang lebih. Sesampainya di sana, kami tetap tidak menjumpai Darko. Di gubuk itu, kami tidak juga menemukan jejak peninggalannya. Dengan memendam perasaan getir kami merobohkan tempat tinggalnya. Dalam hati kami masih sempat bertanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi? KamarMalas, Januari 2012
Cerita Dewasa – Sebuah kisah bercinta atau ngentot ML dengan pekerja salon terapis yang mana menyediakan jasa pijat dan lalu karena nafsu berakhir dengan hubungan seks. Simak kisah lengkapnya berikut ini!Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas dua jam. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang wanita. Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.“Dik.., jangan dibuka lebar. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku tersentak. Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi.“Ini..?” kataku.“Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Napasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.“Terima kasih,” ujarnya sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aku tidak dapat lagi sudah terlewat. Aku masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit hingga turun. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?“Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon, “Potong, creambath, facial atau massage pijit..?”“Massage, boleh.” ujarku dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah. Shit! Aku tertipu. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke alam’ aku paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.“Buka bajunya, celananya juga,” ujar wanita tadi manja menggoda, “Nih pake celana ini..!”Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Aku jelas mendengarnya dari ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang ditanam di langit-langit sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ia menekan-nekan agak kuat. Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis. Film Bokep – Balik badannya..!” membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku tidak tahan. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aku berangkat. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial. Aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Toh masih ada hari bergegas naik angkot yang melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ia tidak melanjutkan tersenyum. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah perangnya.“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.“Mbak Wien..,” gumamku dalam tidak ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Wien sudah turun. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Dari atas Turun. Ke bawah Tidak. Ke bawah lagi Turun. Ke bawah lagi Tidak. Ke bawah lagi Turun. Ke bawah lagi Tidak. Ke bawah lagi Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?Hah, aku ada ide toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repot-repot. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah masa bodo. Pokoknya turun.“Kiri Bang..!”Aku lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Hap. Hap.“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.“Ya.”Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aku tahu di mana ruangannya. Tidak perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Suara pletak-pletok mendekat.“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya. Video Bokep – Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermain-main di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala juniorku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu mengelus tiap mili pahaku. Si Junior sudah mengeras. Betul-betul keras. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Junior melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aku dipermainkan seperti anak dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Junior berdenyut-denyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia tepat berada di tengah-tengah. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Tidak terlalu ayu. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tidak berani. Ciut. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tetapi, aku harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aku tidak berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Aku harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!Aku masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” mencari-cari. Di mana? Aku masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yang dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!“Mbak.., pahaku masih sakit nih..!” kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aIa berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku, “Yang mana..?”Yes..! Aku berhasil. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.“Besok saja Sayang..!” hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk mendesir. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Keras sekali.“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”Ia berdiri. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aku menggelepar. POKER ONLINE– ku masih bertahan duduk di tepi dipan. Sst..! Jangan di sini..!” ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku.“Masih sepi ini..!” kataku makin aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.“Besar ya..?” makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Wien telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada mengambil pakaianku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Pasti terburu-buru. Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tidak keburu wanita yang menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Junior. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.“Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Wien datang. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Bergantian Wien kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya payudaranya, ia melenguh. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.“Aku sudah tak tahan, ayo dong..!” ujarnya kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.“Ah.. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aku hanya main dengan tangan. Kadang-kadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Ya sekarang..!” pintanya penuh mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aku mengurungkan niatku. Kring..!“Mbak Wien, telepon.” berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aku mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.“Ya sekarang Sayang..!” katanya.“Halo..?” katanya sedikit terengah.“Oh ya. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.“Si Nina, yang tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah ia bangkit dan pergi secepatnya.“Yang.., cepat-cepat berkemas. Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”Aku langsung beres-beres dan pulang.
cerita dewasa tukang pijat