cerita dewasa pijat plus plus
Tersebutlahseorang pemuda yang ganteng dan gagah.Setelah melalui perjalanan jauh,akhirnya pemuda itu tiba disuatu hotel. Karena lelah,dia meminta layanan pijat. +. Resepsionis : "mas mau layanan pijat biasa atau yang plus plus ?" Pemuda : " yang plus saja deh,badan saya cape sekali ." Resepsionis : "yaudah,mas tunggu saja dikamar mas,no 123."
KisahDewasa Wanita Panti Pijat Ngajakin Plus Plus. Cerita Sex - Sebagai seorang konsultan aku sering pergi keluar kota dan menginap di hotel bisa sampai berbulan-bulan lamanya. Seringnya menginap sekamar bareng dengan anggota tim lainnya namun kadang juga menginap sendirian.
CeritaDewasa: Pijat + Ngentot Dengan Pembantu Cerita Dewasa: Pijat + Ngentot dengan Pembantu - Inilah cerita seks antara majikan dengan pembantunya yang montok Cerita Sex Ngentot Sama Tukang Pijat ++ - Ini adalah cerita ngentot dengan tukang pijat lulur plus-plus Dia sendiri sepertinya enjoy juga (jelas, vaginaku termasuk rapat dan
Demikianlahcerita mesum NGENTOT DENGAN PIJAT PLUS PLUS YANG SERBA GUNA dan DENGAN SI KAKAK YG CANTIK oleh cerita sex hot. Usiaku CERITA SEX 16 tahun. Aku sekolah CERITA DEWASA di sebuah SMU swasta terkenal Baca Lengkapnya. Lengkapnya. Dapat Sex Enak Dengan Tante Sarah.
PornPijat Stw Tante Semok Hot 2021 Videos. [04:07] pijat plus plus medan. [00:10] Jual Alat Seks Mainan Adult Sex Toys WA : 08228589 7878_ Alat Bantu Kesehatan Pijat Dewasa Dildo Vibrator_Pasutri Coli Cokli_Colmek Masturbasi Onani Tante Girang Janda Cewek Lesbi Wanita Semok Montok
minh thương dễ tránh yêu thầm khó phòng. Cerita Tentang Tukang Pijat Plus Plus Cewek Cantik Dengan Tarif Relatif Yang Sangat Murah Hingga Mahal - Penelusuran tentang layanan seks panti pijat plus plus ini pun terus berlanjut. Kali ini di kawasan Jodoh. Di China Town, tak jauh dari DC Mall. Di deretan sejumlah panti pijat di komplek ruko itu, berderet sejumlah panti pijat. POSMETRO memilih panti secara acak. “Yang lampunya sedikit remang,” kata seorang teman. PI Massage namanya. Langkah kaki pun dipercepat karena rasa penasaran. Setelah melangkah masuk ke dalam panti, tampak tak beda jauh dengan panti pijat yang menyediakan layanan seks lainnya. Di PI Massage ini, juga tidak menyediakan jasa pijat. Hanya jasa seks komersial yang disediakan. Lokasinya menghadap jalan raya. Di pintu sudah bisa ditebak, ini tidak hanya melayani pijat. Pintunya lebih menyerupai pintu masuk bar. Tak ada gambar kaki, seperti tempat pijat pada umumnya. Yang ada adalah gambar botol minuman beralkohol. Si pemilik langsung menawarkan layanan seks. Tarifnya beragam. Mulai dari Rp150 ribu hingga Rp250 ribu per jam. Besarnya tarif tergantung kemolekan gadis pemijatnya. Mereka yang cantik, berkulit mulus, dihargai lebih mahal. Istimewanya, di PI, tamu yang datang ditemui langsung oleh seorang mami. Badannya tambun, kulitnya putih, alisnya dibentuk menggunakan pensil alis. Wanita keturunan Tionghoa ini sangat lihai menawarkan ayam-ayamnya. Tarif yang ditawarkannya lebih murah di banding tempat lain. Di PI untuk jasa short time, sang mami membandrol ayam’nya paling murah Rp150 ribu. Untuk boking yang paling mahal Rp800 ribu. Mau Short Time atau Mau Booking Meski tertulis tempat pijat, PI Massages yang terletak di Blok P No12 ini, tidak menyediakan jasa pijat sebagaimana peruntukkannya. Bahkan, di PI Massages, tarif yang dibandrol sang mami untuk jasa short time ngeseks dalam waktu singkat lebih murah dari tarif “ayam-ayam” di panti pijat plus-plus yang menjamur di Batam. “Paling murah short time, tarifnya Rp150 ribu,” kata seorang mami keturunan yang berbadan tambun pada koran ini. Begitu anda masuk, tidak seperti panti pijat pada umumnya yang memiliki resepsionis, di panti pijat yang menggelar praktik prostitusi terselubung ini tidak ada resepsionis yang menawarkan dan menerangkan sejumlah paket pijat yang disediakan. Tapi, hanya ada beberapa sofa dan meja yang diduduki beberapa pria yang menjaga pintu depan panti. Begitu masuk pintu utama, anda harus masuk lagi ke sebuah ruangan tempat para “ayam-ayam” dipajang. Di ruangan yang cukup besar dan di dindingnya ditempeli kaca cermin serta lampu remang-remang, dan hiasan kertas berwarna-warni itu, sudah duduk dengan senyum menggoda para perempuan pramunikmat. Sang mami yang alisnya dicukur habis dan dibentuk oleh pinsil alis itu, langsung datang mendekat. “Mau yang mana? Short time atau boking?” kata sang mami yang malam itu mengenakan setelah coklat. Perempuan berkacamata ini dengan luwes menjelaskan tarif ayam-ayamnya. Dari Rp150 ribu hingga Rp400 ribu untuk sekali short time. Sedangkan untuk boking sang mami membandrol harga ayam-ayamnya dari Rp500 ribu hingga Rp800 ribu. “Yang itu pengalaman sekali,” kata sang mami sambil menunjuk seorang wanita yang berperawakan sedang, berkulit putih dan bermata sipit serta berambut panjang, yang malam itu mengenakan setelan merah. Untuk berkencan short time dengan ayam’nya, sang mami menyediakan tempat di lantai atas pantinya. Tentu anda harus merogoh kocek lagi untuk biaya kamar yang besarnya antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Sedangkan untuk jasa boking, anda harus mencari hotel sendiri. Biasanya, panti pijat yang menggelar praktek prostitusi ini buka hingga larut malam. Mobil-mobil pribadi atau taksi yang mengantarkan pria hidung belang, datang dan pergi di panti pijat seperti ini. Bahkan, untuk membuat panti pijatnya ramai dikunjungi pria hidung belang, panti pijat biasanya akan memberikan persenan bagi supir pengantar pria hidung belang jika melakukan transaksi. Kabarnya, setiap transaksi, supir pengantar pria hidung belang mendapat persenan sebesar Rp70 ribu bahkan lebih. Malam itu, setelah sang mami menjelaskan tarif dan kelebihan ayam-ayamnya, Posmetro memilih meninggalkan panti pijat. Alasan yang diberikan sudah tentu karena tidak ada yang cocok. Namun, sang mami tetap berusaha merayu agar mau mengencani ayam’nya malam itu. “Ini cuaca dingin loh. Paling enak sama yang itu. Tak usah lama-lama tak usah banyak pilihlah. Tak nyesal punya loh,” katanya sambil terus memepet koran ini hingga ke pintu keluar. Siang kemarin, koran ini kembali mendatangi PI Massages untuk melihat aktifitas panti ini di siang hari. Tak beda jauh dengan malam hari, di siang hari juga cukup banyak pria hidung belang hilir mudik. Para ayam yang sudah berdandan menor pun terlihat keluar masuk ke dalam panti. Bedanya, di siang hari penampilan para ayam di panti ini tidak seseksi malam hari. Jika malam hari mereka menggunakan gaun atau rok mini dan baju yang menonjolkan belahan dada, di siang hari mereka mengenakan pakaian yang tidak terlalu mencolok.tim Kalau Diboking ke Hotel Tarifnya Rp750 Ribu Pengakuan seorang yang pernah pijat di PI Massage, pemijat di tempat ini akan melakukan pijatan dengan cara telanjang bulat. Tarif mereka antara Rp150 ribu sampai yang termahal Rp250 ribu. “Biasanya ditawari cewek yang murah dulu, kalau tidak tertarik baru dikasih yang lebih cantik,” ujar seorang pelanggan. Cewek-cewek yang dipajang ini biasanya mengenakan celana panjang plus t-shirt. Penerangan di dalam juga hanya remang-remang. “Yang pernah memijat saya, usianya dua tigaanlah,” cerita si pelanggan itu lagi. Menurutnya gadis itu sebut saja Ani. Tarif Rp200 ribu per jam harus dibayar di muka. Tak cuma itu, wanita ini juga terlebih dahulu minta dibelikan rokok dan minuman. “Sebelum naik biasanya minta dibelikan rokok atau minumlah,” katanya melanjutkan cerita. Di dalam panti, sekitar 20 kamar berderet di kanan kiri. Rata-rata berukuran 3 x 2 meter. Di depan kamar terpampang tulisan besar-besar yang menyala dihiasi lampu warna merah bertuliskan, “Dilarang Berbuat Asusila”. Ternyata setiap kamar sudah ada pemiliknya. “Ani ini juga sudah punya kamar sendiri,” ujarnya lagi. Usai menunjukkan kamarnya, Ani menghilang. Kamarnya, selain dilengkapi tempat tidur, di dalamnya juga terdapat kamar mandi. Tak lama kemudian, Ani muncul berganti pakaian. “Celana panjang dibalut t-shirt yang tadi dikenakannya sudah dilepas, berganti daster tipis yang panjangnya selutut. Dibalik daster tak pakai apa-apa lagi,” katanya menceritakan. Setelah beberapa menit memijat, si pemijat pun mulai tambah panas, dan akan melepas seluruh pakaiannya. Ani juga bisa melayani di luar. Tarifnya Rp750 ribu. Itu diluar biaya hotel atau biaya yang lain. Dari tarif Rp750 ribu itu, Ani mendapat bagian sekitar Rp400 ribu. Sisanya menjadi milik panti pijat.
Cerita panas – Kurasa hampir semua orang pasti pernah merasakan dipijat, apa lagi para lakilaki hidung belang seperti sebagian besar pembaca cerita mesum. Kurasa sebagian besar dari mereka pasti punya langganan pemijat di pantipanti pijit plus yang menjamur di enaknya jadi kaum lakilaki, ibaratnya seperti iklan minuman ringan, bisa di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Ini berbeda sekali dengan kaumku, kalau badan pegal harus susah payah cari mbok pemijat yang belum tentu ada di setiap tempat, apa lagi di kota besar seperti Surabaya kalau badanku terasa pegalpegal, kuminta bantuan adikku untuk memijatnya. Kadang kami bergantian saling pijat. Tetapi hari ini rumahku sedang kosong. Adikku masih kuliah sedangkan orang tuaku belum pulang dari tugas rutinnya mencari ini aku agak sedikit kurang enak badan. Terasa sekali badanku pegalpegal, namun di rumah sedang tidak ada siapasiapa. Kucoba bertanya kepada tetangga kanan kiri barangkali ada yang tahu kalaukalau ada tetangga sekitar yang bisa aku tahu bahwa di ujung gang sana ada seorang tukang pijat yang terkenal di sekitar rumahku, tapi lakilaki, namanya Pak Mat. Tidak bisa kubayangkan bahwa tubuh molekku ini bakal dipijat oleh seorang tukang pijat lakilaki, bisabisa yang dipijat nanti hanya di daerahdaerah tertentu aku dapatkan juga seorang tukang pijat wanita. Namanya Mbak Tun yang rumahnya juga tidak begitu jauh dari rumahku. Kucoba untuk mendatangi rumah Mbak Tun yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter dari rumahku. Kebetulan Mbak Tun ada di rumah dan bersedia datang ke rumah untuk memijatku. setelah berganti pakaian dan membawa sedikit perlengkapannya, Mbak Tun mengikutiku Tun usianya masih relatif muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Perkiraanku Mbak Tun saat ini berusia sekitar 35 tahun. Namun di usianya yang relatif masih muda itu Mbak Tun sudah menjanda. Ia hidup bersama ibunya, satusatunya orang tuanya yang masih Tun sudah 6 tahun bercerai dengan suaminya yang telah kawin lagi dengan wanita lain karena perkawinannya dengan Mbak Tun tidak dikaruniai anak. Cerita tentang Mbak Tun ini kuperoleh dari Mbak Tun sendiri saat memijat tubuhku. Sambil memijat Mbak Tun bertutur tentang kehidupannya tinggal di Surabaya, Mbak Tun tetap seperti layaknya orang udik, pengalamannya masih sedikit sekali soal dunia modern, namun untuk urusan sex sepertinya Mbak Tun punya cerita tersendiri. Semuanya akan kukisahkan pada ceritaku kali di rumahku, Mbak Tun kuajak langsung masuk ke kamarku yang sejuk berAC. Suhu udara di luar sana bukan main panasnya, beberapa bulan terakhir ini kota Surabaya memang sedang dilanda cuaca panas yang luar biasa, konon panasnya mencapai 37 derajat kancing hemku dan kutanggalkan hingga bagian atas tubuhku yang mulus terpampang dengan jelas sekali. Payudaraku tampak segar dan ranum dengan ujung puting susuku yang bersih berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Rok miniku juga tubuhku sudah hampir telanjang bulat, hanya tersisa CD yang kukenakan. Mata Mbak Tun tampak terkagumkagum pada bentuk tubuhku yang ramping dan sexy, terlebih saat melihat bentuk CDku yang mini itu. Aku saat itu memakai G String berenda yang ukuran rendanya tak lebih dari seukuran satu jari melingkari pinggangku, selebihnya sepotong rendah yang tersambung di belakang pinggangku, turun ke bawah melewati belahan pantatku, melingkari selangkanganku hingga ke di bagian vaginaku, terdapat secarik kain berbentuk hati kecil yang keberadaannya hanya mampu menutupi bagian depan liang vaginaku. Lalu aku tengkurap di tempat tidur dengan hanya memakan CD. Mbak Tun mulai memijat telapak kaki, mata kaki, betis, naik lagi ke aku biasabiasa saja, pijatan tangannya juga terasa pas menurutku, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras yang dapat menyebabkan terasa lebih sakit setelah di pijit plus. Menurutku, cara memijat Mbak Tun cukup baik. Setelah memijat kaki kanan, kini Mbak Tun berpindah memijat kaki kiriku, urutannya seperti tadi. Kini giliran pahaku bagian atas yang di pijit plus juga kedua belahan CDnya kok modelnya lucu ya? tanya Mbak Tun lugu mengomentari bentuk CDku. Emangnya kenapa Mbak Tun? tanyaku enggak Mbak! Kalau dipakai kok seperti tidak pakai CD aja ya? Bokong pantat Mbak tetap kelihatan, dan bagian depannya, jembut bulu kemaluan Mbak juga kelihatan, Hii.. Hii.. Hii..! Kalau aku sih tidak berani pakai CD yang model begitu, oceh Mbak Tun masih mengomentari bentuk CD yang kupakai saat mengngoceh dan bercerita, tangan Mbak Tun tetap memijat pahaku. Yang kini dapat giliran adalah pahaku bagian atas, tepatnya di daerah pangkal paha dan belahan pantatku. Aku sengaja tidak menjawab ocehannya karena aku ingin menikmati pijit plus nya. Sambil sedikit tiduran, mataku kupejamkan saat dipijat Mbak kedua kakiku dibentangkan terpisah agak lebar sehingga posisi pahaku terbuka. Mbak Tun memijat bagian dalam pahaku yang bagian atas dekat selangkanganku hingga aku merasakan sedikit geli, tapi enak sekali. Selain pegalku di bagian kaki dan paha mulai sedikit berkurang, aku juga mulai merasakan horny,apa lagi saat jarijari Mbak Tun memijat bagian pangkal pahaku. Jarinya sempat menyentuh gundukan vaginaku hingga rasanya ujung CDku mulai lembab. Untungnya Mbak Tun sudah mulai pindah posisi memijat punggungku, naik ke leher dan berakhir di memijat bagian belakang tubuhku, Mbak Tun mengambil body lotion dan dioleskannya ke kaki dan pahaku. Rasanya sedikit dingin saat mengenai kulitku. Kalau tadi memijat, kini Mbak Tun ganti mengurut tubuhku mulai dari telapak kaki, betis hingga pahaku. Kembali saat mulai mengurut pahaku bagian atas aku merasa geli, terlebih saat paha bagian dalamku yang diurut CDnya dilepas aja ya, toh percuma pakai CD cuma sepotong begitu, lagian kita kan samasama wanita dan tidak ada orang lain di kamar ini, soalnya nanti kena hand body nyucinya susah, pinta Mbak Tun menjawab, kumiringkan sedikit tubuhku sambil sedikit membungkuk. Kubuka CDku dan kulepas dengan bantuan ujung kakiku. Kini aku telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku. Posisiku kembali tengkurap menunggu tangan Mbak Tun kembali mengurut Tun kembali ke tugasnya mengurut bagian bawah tubuhku yang sudah dilumuri body lotion tadi. Jarinya kembali bersarang di pangkal pahaku bagian dalam, sambil sekalisekali mengurut kedua gundukan pantatku. Aku tidak hanya merasakan pegalku mulai berkurang, namun aku juga merasakan seperti ada suatu rangsangan tersendiri menyerang tubuhku bagian menggigit bantal yang kupakai untuk menopang daguku saat tengkurap karena menahan rasa geli di selangkanganku, manakala jari tangan Mbak Tun menyentuh bibir vaginaku. Terkada sentuhannya masuk lebih dalam lagi hingga menyentuh celah belahan bibir terang liang vaginaku mulai bawah hingga cairan bening tak terbendung mulai membasahi liang dan dinding dalam vaginaku. Saat mengurut gundukan pantatku, seakan dengan sengaja jari Mbak Tun disentuhkannya ke vaginaku kembali hingga ujung jarinya sempat menyenggol ujung jadi tersiksa sekali karena menahan hasrat birahi yang timbul akibat sentuhan tangan dan jari Mbak Tun saat memijat dan mengurut bagian bawah tubuhku. Untungnya urutan Mbak Tun segera pindah ke punggungku, terus naik ke leher dan kembali berakhir di di bagian atas tubuhku, aku masih tidak merasakan suatu rangsangan seperti tadi. Namun rupanya setelah selesai memijat kepalaku, Mbak Tun kembali memijat dan mengurut kedua bongkahan pantatku, yang tentunya pangkal pahaku kembali menjadi sasarannya tak kuasa menolak, karena selain kupikir Mbak Tun toh juga seorang wanita, dan juga normal karena pernah bersuami walau sudah lama bercerai. Aku toh akhirnya juga menikmati semua sentuhan tidak disengaja maupun mungkin disengaja saat jarijari tangannya mengusap bagian luar vaginaku. Sampai akhirnya aku benarbenar tidak tahan Cukup! Terima kasih ya Mbak, ujarku akhirnya. Kok sudah toh Mbak?, Tanya Mbak Tun depannya belum diurut lho! Ayo telentang Mbak, kuurut sebentar perutnya supaya ususnya tidak turun, tambah Mbak Tun dengan sedikit aku menurut juga. Dan lalu aku pun telentang di hadapan Mbak Tun. Mbak Tun mulai kembali mengolesi body lotion ke bagian dada dan perutku. Mbak Tun langsung mengelus bagian atas dadaku dekat leher sedang jarinya mengurut ke bawah ke arah payudaraku. Kemudian area sekitar payudaraku juga diurut lembut mirip elusan. Aku yang sudah horny sejak tadi jadi lebih blingsatan lagi hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidah Geli Mbak! protesku, tapi Mbak Tun diam saja sambil terus mengurut pinggiran perutku diurut dari setiap penjuru mengarah ke pusar. Kini giliran pahaku diurut oleh Mbak Tun. Cara mengurutnya naik ke atas menuju pangkal paha, letak kakiku dipisahkan agak lebar sehingga posisiku lebih terkangkang lagi. Mbak Tun terus mengurut pahaku. Saat mengurut bagian dalam pahaku, aku menggeliat tak Mbak Tun mengurut mulai tepat di atas vagina menuju pusarku. Katanya ini adalah untuk menaikkan usus dalam perutku agar supaya tidak turun ke bawah. Aku diam saja tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, terus terang pijit plus nya memang enak hingga pegal yang ada di tubuhku sedah tidak terasa lagi. Namun selain itu aku juga mendapatkan rangsangan seksual dari cara Mbak Tun sekarang yang terakhir kata Mbak Tun sambil membuka lebar Tun berpindah posisi duduknya. Kini dia berjongkok tepat di hadapan selangkanganku yang terkangkang lebar. Kedua tangannya secara bersamaan mengurut kedua pahaku, dari arah lutut menuju selangkangan hingga aku jadi menggeliat tidak karuan menahan kedua ibu jarinya menguruturut celah lipatan selangkangan dekat vaginaku dengan cara mengurutnya dari bawah ke atas terus berulangulang. Bibir vaginaku menjadi saling gesek karenanya hingga rangsangan dahsyat melanda bagian bawah tubuhku dan akhirnya aku tak kuasa lagi mengendalikan nafsu birahiku sendiri hingga tanpa perlu merasa malu lagi pada Mbak Tun, jariku kuarahkan ke klitorisku dan terus kugosokgosokkan sambil mengangkat dan menggoyanggoyang pantatku.
Cerita Seks Janda Menjadi Terapis Pijat Plus Plus - Cerita ini adalah mengenai pengorbanan seorang janda 1 orang anak yang ditinggal mati suaminya karena tewas akibat kecelakaan di Jalan Tol Jagorawi. Janda yang hanya tamatan SMP ini harus menghadapi kenyataan pahit kehidupan yaitu menghidupi dirinya dan anak kesayangannya tanpa ada keahlian sedikitpun. - Siang itu aku sampai dirumah dengan perasaan galau yang amat sangat, bagaimana tidak, pekerjaan yang aku lamar sebagai pemijat di salah satu Panti Pijat daerah Jakarta Timur ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Ada kengerian menghadapi profesi sebagai pemijat yaitu kita akan berada pada posisi segaris rambut untuk mendekatkan diri pada dosa. Berdasarkan iklan satu harian ibukota pada kolom "Lowongan Kerja," aku membaca salah satu Panti Pijat membutuhkan 10 tenaga pemijat dengan persyaratan wanita umur 25-35 tahun, berpenampilan menarik dan bersedia bekerja shift antara pukul bekerja setiap hari 7 jam. Para pelamar diharapkan datang langsung untuk menyerahkan lamarannya sekaligus wawancara, begitu bunyi iklannya. Kalau bekerja sampai malam aku tidak terlampau keberatan dan mengenai penampilanpun aku tidak merasa khawatir karena hampir semua orang yang bertemu muka dengan aku pasti akan terkesima dengan kemolekan mukaku dan putihnya kulitku. Sering orang menggodaku dengan memanggil Cornelia Agatha.. Ahh ada-ada saja orang yang memanggilku demikian batinku. Tidak sedikit para pedagang di pasar menggodaku ketika aku belanja bahkan anak-anak muda di tempatku tinggal banyak yang mencoba mendekatiku, tapi tidak satupun aku gubris karena aku tidak suka dengan pria yang iseng, lagian kematian Mas Imron suamiku belum genap 3 bulan. Uhh... tidak enak sekali status sebagai janda jerit batinku. Kematian Mas Imron inilah yang kemudian memaksaku untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi anakku satu-satunya yang bernama Rita. Sedangkan dari kantor suamiku tidak ada pensiun, yang ada hanya klaim kematian dari perusahaan asuransi yang besarnya hanya cukup untuk 3 bulan saja ditambah sedikit uang dari para pelayat yang datang ketika melayat. Itulah sebabnya aku rajin meminjam koran dari tetanggaku untuk mencari lowongan pekerjaan yang bisa kiranya mencukupi kebutuhan jasmani aku dan anakku. Sampai pada akhirnya aku menemukan iklan membutuhkan tenaga pemijat. Hmm rasanya kalau cuma memijat aku bisa karena nenekku adalah salah satu pemijat yang cukup dikenal di kampung kami dan aku sering bertanya kepada nenekku tentang cara memijit yang benar. Jam pagi itu setelah membersihkan rumah dan masak untuk anakku yang masih sekolah kelas 3 SD takut dia sudah pulang sekolah sebelum aku tiba, aku berangkat ke Panti Pijat yang tertera dalam iklan tersebut. Setelah berganti 2 kali Metro Mini tanpa menemui kesulitan sedikitpun sampailah aku pada sebuah Ruko 4 lantai dengan tulisan Panti Pijat "XX". Dengan berdebar mengingat ini kali pertama aku melamar pekerjaan, aku masuk ke dalam Ruko dan disambut dengan senyum manis 2 orang wanita sebaya denganku. "Mau melamar yah Mbak?" tanya wanita hitam manis baju hijau muda kepadaku yang agak sedikit nervous. "Ii.. Iya Mbak" jawabku dengan jantung berdebar. Ahh kenapa aku jadi grogi pikirku. Toh aku niat baik dengan rencanaku yaitu mendapatkan pekerjaan. "Silakan naik aja langsung ke lantai 4 Mbak, tangganya disebelah sana" tunjuk wanita berbaju hijau tersebut kearah pojok ruangan. "Terima kasih Bu.. Ehh Mbak" kataku dengan senyum semanis mungkin. "Sama-sama" kata wanita yang satunya juga dengan senyum ramahnya. "Ehh Mbak.." panggil seorang diantara mereka.. Kaget aku menoleh kearah 2 wanita tersebut. "Pasti Mbak diterima deh" kata wanita berkaos pink sambil memainkan matanya. "Lho.. Koq tau Mbak?" tanyaku "Habis Mbak cantik sih" kata mereka hampir bersamaan. "Terima kasih" kataku dengan pipi memerah karena surprise dengan penilaian mereka terhadap diriku. Lalu aku melangkah ke arah tangga yang ditunjuk barusan dan terus naik sampai ke lantai 4. Perlahan aku ketok pintu kaca hitam pekat lalu seorang laki-laki berkumis tebal dan berbadan tegap memakai kemeja safari tanpa senyum membukakan pintu kepadaku. "Mau melamar?" tanyanya sambil berjalan ke arah meja kerja. "Iya" kataku dengan senyum se-relax mungkin. "Surat lamarannya sudah lengkap? Mana?" katanya tegas. Aku menyerahkan map yang berisi surat lamaran, ijazah SMP dan fotocopy KK serta KTP. Pria tersebut membuka dan membaca map yang kuserahkan dan membolak-balik isinya dengan cepat lalu menatap kepadaku.. "Silakan masuk ke ruang Aula.. Itu pintunya.. Gabung dengan pelamar lainnya.. Ini nomor urut.. Tunggu sampai nomor kamu dipanggil untuk diwawancara.." katanya sambil menyerahkan nomor urut kepadaku. "Terima kasih Pak" jawabku sambil melihat nomor urut.. Wah no 38.. Tidak salah nihh banyak sekali rupanya yang melamar pikirku menduga-duga sambil membuka pintu Aula yang dimaksud Bapak tadi. Begitu aku membuka pintu ternyata benar dugaanku ternyata sudah ada puluhan wanita disana. Ada yang sedang duduk dan ada pula yang berdiri sambil mengobrol. Ahaa.. aku lihat di tengah-tengah wanita-wanita muda itu masih ada kursi yang kosong, akupun melangkah pelan sambil senyum dengan orang yang aku lewati. "Permisi," kataku kepada orang yang aku lewati. Ahh nampaknya semua orang tidak bersahabat sekali denganku.. Tidak ada yang membalas senyumanku, untunglah dibawah tadi ada 2 wanita receptionist yang ramah kepadaku, kalau mereka tidak ramah, mungkin aku sudah kabur pulang kataku dalam hati sambil tertawa kecil. Wah nambah terus nihh pelamar ketika kulihat ada sekaligus 3 orang wanita datang. Sementara itu bersamaan dengan yang datang ada pula yang keluar dari sebuah ruangan kaca tertutup. Ohh mungkin itu ruangan wawancaranya pikirku. Cukup lama aku menunggu lebih dari 2 jam, akhirnya nomorku dipanggil oleh seorang pria keturunan India atau arab aku tidak tahu. Kembali jantungku berdebar mendengar nomorku dipanggil, pelan aku melangkah ke arahnya ke arah ruangan kaca yang tertutup tirai dan nampaknya tidak ada celah untuk mengintip itu. "Silakan masuk" kata pria tersebut sambil memperhatikan buah dadaku yang tertutup dengan blazer batik pemberian suamiku ketika pulang dari Yogyakarta beberapa bulan sebelum kematiannya. "Terima kasih" kataku sambil masuk ruangan dan langsung mataku menyapu ruangan sejuk didalamnya. Nampak 1 orang pria lainnya sedang dipijit di kasur kecil oleh wanita pelamar yang sebelumnya sudah dipanggil lebih dulu dariku. "Silakan duduk" kata pria yang tadi memanggil nomorku dan aku duduk hampir berbarengan dengan dia di sofa tunggal yang tersedia. "Fahmi" katanya menyodorkan tangannya. "Yunita" kataku menyambut tangannya. Kami bersalaman. Lalu dia membuka map yang tadi aku serahkan kepada pria yang didepan tadi mungkin bagian keamanan si bapak tadi yah?. Fahmi begitu tadi dia memperkenalkan diri membaca dengan seksama Lamaran Kerjaku sambil sesekali melirik kearahku. "Anak kamu berapa?" tanyanya. "Satu Pak" kataku memberanikan diri menatapnya. "Suami kamu kerja?" tanyanya lagi. "Sudah meninggal 3 bulan yang lalu karena kecelakaan Pak" kataku tapi mataku tidak berani menatap matanya. Mataku hanya mengarah ke map yang ditangannya. Matanya itu loh menatap tajam kearah payudaraku yang sedikit terbuka karena aku duduk agak kedepan. Sial pikirku kenapa aku tadi pakai kaos tipis longgar begini, walaupun pakai blazer tetap saja kaos ini tidak bisa menjaga payudaraku ukuran 36 ini. Lagi asyik mikir-mikir baju kaosku ketika itulah aku kaget sekali karena lemari buku yang disampingku tiba-tiba bergesar terbuka dan muncul seseorang agak botak berbadan tinggi besar muncul dan langsung melihatku. Wuih hebat juga lemari ini ternyata bukan sekedar lemari tetapi juga berfungsi sebagai pintu pikirku. Aku tersenyum kepada lelaki yang baru keluar dari "lemari" tersebut, kutaksir umurnya sekitar 50 tahun dengan rambut agak tipis mendekati botak namun cukup tampan tetapi tetap keturunan timur tengah seperti Fahmi. "Fahmi, masih banyak pelamar?" tanyanya dengan suara berat kepada fahmi tapi matanya sama saja dengan fahmi menatap tajam ke arah dadaku. Dasar laki-laki kenapa selalu payudara saja tujuan matanya. "Masih sekitar 30 orang lagi Bang dan saya sudah perintahkan kepada Satpam untuk tidak menerima lagi hari ini para pelamar" Kata Fahmi kepada orang yang dipanggil Abang tadi. "Ya sudah kalau begitu nona ini biar saya wawancarai dan kau panggil yang lain" katanya dengan berwibawa. "Baik Bang" Kata Fahmi sambil menyerahkan Map lamaran aku kepada si Abang. "Mari" kata si Abang berjalan didepanku.. Aku mengikuti dari belakang menuju ruangan yang pintunya dari lemari tersebut. Wahh tinggiku cuma seketeknya.. Dan lebar badanku cuma setengah badannya.. Aku tertawa dalam hati membandingkan tubuhku dengan tubuhnya. Kemudian si Abang tadi berbalik dan menutup pintu yang sekaligus berfungsi sebagai lemari kalau dilihat dari dari luar. Wuihh.. Hebat sekali orang ini pikirku, ruangannya mewah sekali dengan warna dominan maroon persis seperti ruangan yang biasa digunakan orang-orang kaya di opera sabun Televisi. Dipojok dekat jendela ada springbed kecil warna pink lengkap dengan bed cover warna kuning. Indah sekali. Si Abang tadi menyuruhku duduk disampingnya pada sofa yang sangat lembut sekali dekat meja kerjanya. "Kamu sudah pengalaman pijat?" tanyanya sambil menyapu tubuhku. "Belum pernah Pak" kataku sambil menatap ke arah karpet berwarna-warni. "Kalau begitu kenapa kamu melamar kalau tidak punya pengalaman pijat?" tanyanya membuat jantungku kembali berdebar-debar takut. "Anu Pak.. Ehh.. Saya pernah belajar pijat dari nenek saya.. Beliau tukang pijat terkenal di kota Madiun kampung saya Pak" kataku mencoba meyakinkan si Abang. "Bagaimana kalau nanti ada tamu yang badannya sebesar saya, apakah kamu mampu memijatnya?" katanya tegas tapi ada nada becanda didalam pembicaraannya. Aku tersenyum dan kukatakan, "Saya bisa Pak dan saya kuat koq Pak". "Kamu tahu ndak," lanjutnya, "Kalau disini para pemijat, saya perintahkan untuk membuka semua pakaian para tamu tanpa terkecuali pada saat akan mulai memijit.. Artinya para tamu tidak menggunakan celana dalam" katanya tegas. "Hah?! Jadi tamunya telanjang bulat Pak" aku kaget sekali mendengar penuturannya. Si Abang hanya mengangguk sambil tersenyum penuh arti. Langsung aku terbayang bagaimana mungkin aku memijat laki-laki yang telanjang bulat.. Yahh ampun bagaimana kemaluannya kena tanganku.. Jangan-jangan nanti aku diperkosa.. Bukankah lelaki kalau sudah ereksi harus dikeluarkan air maninya.. Paling tidak begitu kata almarhum suamiku. Tapi aku butuh uang untuk meneruskan kehidupan aku dan anakku. Bagaimana yah batinku. "Tapi jangan takut.." kata si Abang tadi membuyarkan lamunanku. "Disini para tamu dilarang membuat tindakan asusila.. Misalnya beginian ditempat ini" kata si Abang menunjukkan jempolnya yang disisipkan diantara telunjuk dan jari tengahnya yang berarti tanda bersetubuh. "Tapi kalau kamu kocok kemaluannya sampai bucat nahh itu wajib dilakukan kalau tamu meminta.. Harus dilayani.. Tidak boleh ada tawar menawar harga untuk itu" katanya sambil tersenyum. Aku kembali bergidik yahh ampun.. Bagaimana mungkin aku lakukan.. Artinya kalau aku menerima 5 tamu berarti aku memegang 5 penis.. Ohh my god pikirku.. Terasa adrenalin-ku memancar ditubuhku.. Baru aku sadar sudah lebih 3 bulan ini aku tidak pernah memikirkan penis setelah kematian suamiku. Dan hanya penis suamiku lah yang satu-satunya pernah kupegang selama hidupku. "Bagaimana? Kamu setuju?" tanya si Abang mengagetkan aku. "Ehh.. Saya pikir-pikir dulu Pak nanti" kataku gugup. "Tidak bisa nanti-nanti" kata si Abang tegas katanya sambil matanya memandang payudaraku. "Kamu harus putuskan sekarang.. Mau atau tidak dengan pola kami, kalau setuju.. Mulai besok kamu boleh langsung masuk untuk di training.. Kalau tidak mau atau pikir-pikir.. Atau nanti-nanti.. Atau besok-besok.. Itu sama saja artinya kamu tidak ada kesempatan lagi kerja disini" kata si Abang dengan suara keras. Aduhh bagaimana dong.. Mulai muncul kepananikan dalam diriku.. Aku mulai tidak dapat berpikir jernih. Ohh iya aku ada ide untuk menolak pekerjaan ini tanpa menyakiti hatinya.. "Bagaimana dengan gajinya Pak?" tanyaku. "Hmm kamu cerdas.. Itulah makanya saya suka sama kamu.. Melamar kerja memang harus tanya gaji" kata si Abang sambil menyalakan rokoknya. "Disini beda dengan panti pijat yang lain.. Disini kamu dapat gaji tetap ditambah bonus Rp. per tamu yang kamu handle. Jadi kalau sehari kamu dapat 3 tamu saja.. Kerja sebulan 22 hari.. Hmm.." kata si Abang sambil menarik hidungnya yang mancung sambil menghitung. "Berarti sebulan kamu menerima paling kecil lanjutnya. "Dan itu belum tip dari tamu lho.. Para tamu disini rata-rata memberikan tip Rp. setiap pijat.. Jadi hitung sendiri berapa penghasilan kamu?" kata si Abang sambil tersenyum. Cepat aku menghitung.. Dahiku mengkerut.. Tip ribu per tamu.. Kalau ada tamu sehari 3 orang berarti aku bawa pulang tiap hari Rp. kalau itu dikalikan 22 hari sama dengan hmm Besar sekali batinku.. Dan ehh tunggu dulu.. Itu belum ditambah penghasilan tetap Rp. Berarti uang yang ku terima tiap bulan Ohh aku berteriak dalam hati. Ekspresi kegembiraanku kutunjukan dengan senyum ke si Abang.. Mau rasanya aku peluk dia. Bayangkan saja, uang segitu hampir 4 x gaji almarhum suamiku yang hanya Rp. sebagai supir kantor. "Bagaimana?" tanya sia Abang. "Baik Bang.. Ehh Pak" kataku cepat hampir tanpa kontrol. Si Abang langsung membelai rambutku.. Aku mendiamkan saja karena kegembiraanku. "Tapi.. Ada tapinya lho.." kata si Abang berbicara dekat dengan wajahku sambil terus membelai rambutku. "Hah? Tapinya apa Pak?" tanyaku cemas.. "Kamu harus memang bisa pijat" tegas si Abang. "Ohh pasti lah Pak.. Saya pasti akan lakukan tugas saya untuk membuat tamu senang" kataku kembali tenang. "Anak baik.. Nahh ada persyaratan 1 lagi yang paling penting dalam test saat ini" lanjut si Abang. "Apa Pak?" tanyaku masih heran, koq ada lagi.. "Kamu harus bisa membuktikan sekarang juga kalau kamu memang bisa pijat.. Sama dengan yang dilakukan teman kamu diluar tadi.. Kamu lihat toh?!" siabang menarik rokoknya sambil melihat ke arah enternit. "Boleh Pak.. Ehh.. Jadi yang saya pijat Pak Fahmi.. Yang diluar tadi Pak?" tanyaku. "Bukann.. Tidak dengan siapa-siapa.. Tapi dengan saya.. Disini" katanya tegas. "Ohh.. Baik Pak.. Saya siap" lanjutku sambil tersenyum. "Ok.. Ayo kita ke tempat tidur" katanya sambil menarik tanganku dan berjalan ke arah springbed warna pink dekat jendela. Lalu dia menyerahkan sebuah botol. "Ini creamnya" aku menerima botol tersebut dari si Abang. "Anggap saja aku tamu kamu yah Nita" kata si Abang sambil membuka baju dan kaos oblongnya. Aku mengangguk setuju. Wuih.. Takjub sekali aku melihat badan si Abang yang masih terlihat otot-otot baik di dada maupun di perutnya dengan dihiasi bulu disekitar dada menyambung sampai ke pusar. Walaupun usianya pasti mendekati 50 pikirku. Si Abang tersenyum kearahku melihat caraku memandang tubuhnya.. Aku jadi malu, kutundukkan mukaku. Lalu masih dengan memakai celana panjang, siabang langsung tidur telungkup di tempat tidur. Aku termangu sekejap tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Ayo.. Pijat cepat," kata si Abang sambil menarik tanganku untuk dibimbing ke pundaknya. Aku pijat pundaknya.. Keras sekali.. "Apakah ada yang salah dengan pelayanan kamu sebagai pemijat di tempat ini?" tanya si Abang. "Apa.. Apa ada yang salah Pak?" aku bertanya tidak mengerti. "Tadi kan sudah saya terangkan kalau ditempat ini tidak boleh ada tamu yang mengenakan pakaian apapun termasuk celana dalam.. Kamu lupa?" Dhuarr.. Jantungku mau copot rasanya mendengar pertanyaan si Abang.. "Ehh.. Apa perlu sekarang Pak?" tanyaku dengan muka yang merah, untung si Abang tidak melihat perubahan mukaku. "Tadi kan saya bilang juga.. Anggap saja saya tamu kamu?" si Abang mulai terlihat nada tidak senang. "Cepat katakan ke tamu kamu" lanjut si Abang.. Aku tidak dapat menyembunyikan rasa kikuk ku.. "Pak.. Ehh.. Anu.. Celananya dibuka yah Pak" kataku dengan suara bergetar. "Buka aja sendiri" kata si Abang sambil membalikan badannya dan memandang ke arahku. Aku terdiam sesaat.. Ragu.. Si Abang dengan cepat menarik tanganku supaya aku lebih mendekat dan menuntun tanganku ke ikat pinggangnya.. "Cepat buka" perintahnya. Aduhh kalau tidak membayangkan uang yang akan aku peroleh dari pekerjaan ini, pasti aku sudah kabur dari tempat ini. Dengan gemetar aku buka ikat pinggangnya dan selanjutnya kancing celana dan terakhir retsluitng celana si Abang. "Ayo.. Tarik celana ku" kata si Abang. Pelan aku tarik celana panjang si Abang sambil melirik ke muka si Abang. Pinggul Si Abang diangkat lalu kakinya juga diangkat hingga dengkulnya menyentuh perutnya tapi mukanya tidak menunjukan ekspresi apapun. Tanganku terus menurunkan celana panjang tersebut tapi mataku tidak berani kemana-mana.. Hanya memandang dengkulnya yang nyaris menyentuh wajahku.. Tiba-tiba.. Si Abang menurunkan kakinya yang tadi dengkulnya menyentuh perut.. Denngg.. Ya ampun.. Terpampanglah penis yang begitu gemuk dan kepalanya yang sebesar kepalan anak bayi. Bagaimana mungkin ada penis sebesar itu pikirku dengan rasa takjub yang tidak terhingga sehingga tidak sadar aku memelototi penis si Abang, rupanya si Abang tidak mengenakan celana dalam lagi. 3 detik berlalu aku dilanda rasa terkejut dan takjub dengan pemandangan yang hanya berjarak kurang dari sejengkal.. Tiba-tiba.. tanganku diraih oleh Abang dan langsung di tuntun memegang penisnya.. Adduhh.. Jantungku rasanya mau meledak dengan sirkulasi darah yang begitu cepat.. Penis itu sudah dalam genggamanku.. Hangat dan berdenyut penis tersebut dalam genggamanku. Wow.. Wow.. Wow.. Sudah kupegang tapi kepala dan leher penis ada di luar genggamanku.. Luar biasa sekali besarnya. Tidak sadar tanganku meremas dan memaju mundurkan penis tersebut, gemas sekali melihat ada penis begitu besar mungkin lebih 2 x dari penis Mas Imron almarhum suamiku. "Bagus Nita.. Iya begitu" kata si Abang yang sampai aku remas penisnya tapi aku belum tahu namanya. Dengan gemas kupercepat kocokan di tanganku dan seiring dengan kocokan itu maka penis tersebut menjadi makin gemuk dan makin panjang. Urat-uratnya menonjol semua.. Besar-besar. Si Abang menghentikan kocokanku dan memencet botol yang berisi cairan seperti baby oil ke telapak tanganku, lalu aku kembali mengocok kembali penis tersebut. Dibawah sana, celana dalamku sudah terasa basah sekali mengeluarkan cairan pelumas yang biasanya dimaksudkan untuk menyambut serangan penis. 3 bulan lebih sudah aku tidak mendapat sentuhan lelaki dan kini rasanya aku sangat butuh sekali penis. Digenggamanku sudah ada penis tapi bagaimana aku memintanya? Baru saja aku selesai berpikir demikian, seperti membaca pikiranku, tangan si Abang tiba-tiba meraih pahaku untuk ditarik mendekat kearah kepalanya. Tidak ada perlawanan dari kakiku.. Aku dekatkan pinggulku kearah kepalanya tapi dengan posisi aku tetap berdiri. Perlahan tapi pasti, tangan si Abang kini menyelusup ke dalam rok ku dan berhenti di selangkanganku. Salah satu jarinya menerobos masuk melalui celana dalam ku.. "Auhh" teriakku menghentikan kocokanku karena jari si Abang langsung menyentuh dan menekan clitoris ku sambil diputar-putar. "Ohh.." aku mengerang sambil menengadahkan mukaku menikmati rasa nikmat yang luar biasa menyerbuku. Menengadah aku sambil memejamkan mata merasakan gejolak yang rasanya luar biasa ini dan rasanya ini tidak dapat dihentikan lagi. Tidak sadar, sangking merasakan nikmat, aku pun jatuh seperti tidak ada tenaga. Si Abang cepat bangkit meraih tubuhku dan menidurkan pada spring bed-nya, walaupun demikian aku masih sadar kalau kakiku juntai berada diluar spring bed. Lalu si Abang mengangkat kedua kakiku mengangkat rok dan menurunkan celana dalamku.. Ohh aku sudah tidak bisa mundur lagi sekarang.. Tapi urat sadar dan urat malu ku masih berfungsi walaupun kecil sekali kadarnya.. "Bang.. Ehh Pak.. Jangan Pak.. Saya belum pernah begini selain dengan suamiku" kataku dengan suara pelan. "Apa?" tanya Abang seperti tidak mendengar dan langsung terasa bibirnya ada di paha atas ku. "Ohh" aku mengerang nikmat tidak jadi memprotes malah menikmati bibir yang menarik-narik lembut kulit pahaku. Dan pada akhirnya kurasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku dan menariknya keluar dengan lembut. Aku penasaran sekali dengan apa yang diperbuat si Abang.. Ya ampunn terlihat mulut si Abang dengan rakusnya menarik-narik daging yang disekitar vaginaku.. Ampunn nikmattnyaa.. Kembali kepalaku roboh seperti tidak bertenaga merasakan kekuatan strom yang begitu hebat. "Ohh.. Bangg.. Kenapa bisa nikmat begini.." aku mendesis seperti tidak percaya dengan keadaan ini. Sejujurnya suamiku dulu, tidak pernah melakukan hal ini kepadaku sebelumnya. Jadi vaginaku dijilat sungguh-sungguh pengalaman yang baru bagiku.. Dan lahar itupun tidak dapat dibendung.. Tubuh kaku terasa pucat dan gelap semuanya ketika kurasakan cairan vaginaku deras menerjang. "Ohh.." aku merintih sambil keluar air mata. Crott.. Crott .. Crott.. Aku orgasme.. Ya ampun.. Kenapa aku orgasme begini hebatnya batinku. Tidak sadar beberapa detik, akhirnya aku bisa melihat cahaya lagi.. Pelan kepalaku mencari si Abang.. Ohh rupanya dia masih menjilati cairan vagina dengan rakusnya.. Ohh lidah itu.. Kenapa masuk kedalamm.. Uhh kembali aku dilanda ketegangan baru. Lidah itu kenapa kasar sekali bagaikan amplas menjilati setiap relung kehormatanku ini.. Astaga nikmatnya tak dapat dikatakan dengan kata-kata apapun. Namun aku kecewa ketika kulihat Abang berdiri. Apakah ini akan berakhir? Tapi.. Tidak.. Ohh ternyata Abang menarik pinggulku sehingga badanku ikut tertarik ke arahnya.. Astaga.. Apakah ini akan terjadi batinku.. Apakah persetubuhan ini akan terjadi.. Aku menduga sambil berharap. Kedua kakiku diangkat oleh si Abang sampai dengkulku menyentuh perutku. Terpampanglah sudah kehormatanku.. Berhadapan langsung dengan penis si Abang yang tegang dengan angkuhnya. Dan.. Deekk.. Terasa kepala penis si Abang sudah bertemu bersentuhan dengan pintu vaginaku.. Keras sekali penisnya terasa. Ohh.. Nikmatnya.. Aku terpejam dan berusaha keras tidak bersuara.. Aku malu. Aku tidak mau memprotes dan juga tidak mengiyakan apa yang telah si Abang lakukan ini kepadaku. Aku ingin kejadian ini berjalan saja menurut putaran detik. Aku sudah siap dan sangat ingin melakukan persetubuhan ini. Rasanya aku sekarang sedang melaksanakan takdirku. Pelan sekali tapi pasti kurasakan penis Abang menyeruak masuk.. Uhh besar sekali terasa kepalanya masuk.. Keras sekali bagaikan baja yang lembut. Si Abang berhenti sebentar, bibirnya terasa menyentuh bibirku.. Aku membalas ciuman Abang.. Kusedot pelan bibir atasnya sambil lidahku bermain disana.. Ahh nikmat sekali Kurasakan kepala penis Abang di tarik sedikit.. Lalu di dorong kembali kedalam.. Uhh rasanya lebih dalam dari sebelumnya. Ada 6-7 kali penis Abang keluar masuk tapi hanya disekitar kepala dan leher penisnya saja.. Lalu ciuman Abang pindah ketelingaku.. Aku semakin terangsang.. Tak sadar pinggulku pun kutekan keatas dan bersamaan dengan itu penis si Abang masuk secara pelan namun terus.. Terus.. Dan terus.. Menembus kedalam dan kurasakan mentok lalu berhenti.. Baru lah disitu aku rasakan penuh sekali vaginaku.. Terasa ingin meledak tapi nikmatt sekali. "Ohh bangg.." mataku sayu memandang Abang yang sudah dalam posisi mukanya hanya berjarak 15 cm dari wajahku.. Tanganku mengusap pipinya.. Terasa pinggul Abang ingin menekan terus tapi yah memang sudah mentok. Berdenyut-denyut bergantian kelamin kami didalam sana. Seakan-akan sedang berkenalan dan bertutur sapa. Aneh batinku.. Kenapa aku tidak merasakan sakit sedikitpun saat penis raksasa itu masuk kedalam vaginaku. Luar biasa orang ini pikirku.. Pasti dia sudah berpengalaman sekali dengan wanita. Pendek saja si Abang mengangkat pinggulnya dan menekan kembali sudah membuat aku hanyut pada sesuatu yang entah apa namanya. Lalu tiba-tiba.. Si Abang berdiri.. Uhh.. Otomatis penisnya terangkat menghantam langit-langit vaginaku.. Nikmat sekalii.. Sedetik kemudian si Abang cepat menarik seluruh penisnya sehingga bisa kulihat mengkilat terkena cairanku lalu di hantam ke dalam lagi.. Keras sekali penisnya terasa.. Cepat ditarik kembali.. Dengan pandangan yang sayu, aku dapat melihat muka si Abang seperti entah dendam.. Entah gemas dia terus memacu pinggulnya dengan cepat. Tidak terasa dan tidak pernah dalam sejarah persetubuhan dalam hidupku aku mengerang keenakan diiringi kayuhan cepat pinggul Abang keluar masuk sambil tangannya memaju mundurkan pinggulku.. Dan.. Luarr biasaa.. Crett.. Crett.. Croott.. Aku kembali dilanda orgasme ke dua kalinya.. Kembali dunia gelap, tak terdengar apapun rasanya.. Yang ada hanya kenikmatan yang bergulung-gulung rasanya menerpaku.. Tapi aku masih terasa kalau tubuhku masih di maju mundurkan oleh tangan Abang dan penisnya keras masih maju mundur.. Kesadaranku hampir pulih.. Ketika kulihat Abang masih berkeringat menggenjot penisnya pada lubang surgaku.. Dan.. "Ahh.." si Abang teriak dengan kencangnya.. Sedetik kemudian kurasakan.. Crott.. Croott.. Crott.. Crott.. 4 kali tembakan keras dan panas dapat kurasakan menghantam rahimku.. Ohh.. Nikmatnya persetubuhan ini batinku.. Kuarasakan Abang yang berbadan demikian besarnya terjerembab jatuh ke dadaku. Memelukku yang masih berpakaian atas lengkap tapi sudah basah dengan keringat dan kini makin basah menyapu keringat dari badan si Abang. "Nita.." kata Abang setelah ada setengah menit memeluk aku.. "Kamu luar biasa.. Memekmu tidak ada duanya" Kaget juga aku dia mengucapkan milikku dengan vulgarnya.. Hehehe tapi nggak papa.. Tohh penisnya masih berada dalam memekku.. Ehh vaginaku.. Koq aku jadi ikut ngomong yang jorok.. Aku tersenyum. "Maaf Bang, aku mau ke kamar mandi" Aku kembali tidak menanggapi omongan Abang paling tidak harga diriku tidak runtuh total pikirku. "Ohh iya.. Itu kamar mandinya.." kata Abang sambil menarik penisnya dari vaginaku dan berdiri. Aku bangkit dan duduk, kulihat penisnya Abang masih meneteskan cairan kami berdua. Luar biasa penis itu. Walaupun sudah tertidur tapi sangat panjang dan gemuk jatuh kebawah dan meneteskan cairan. Setelah membersihkan diri akupun dipersilakan pulang untuk kembali ikut trainning keesokan harinya. Tak lupa si Abang menyerahkan amplop dan menyalamkannya pada tanganku. "Untuk anakmu" katanya. Dan ketika kubuka di rumah ternyata amplop tersebut berisi uang sebanyak satu juta Rupiah. Ohh aku menjadi perempuan pelampiasan nafsu. Diperkosa dikasih duit pula. Sekian Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca koleksi Cerita Seks Janda Menjadi Terapis Pijat Plus Plus Janda yang satu ini, semoga kalian semua terhibur.
Beratnya beban hidup membuat seorang istri -sebut saja namanya Karin- harus membantu suaminya mencari penghasilan tambahan. Persoalannya, perempuan paruh baya itu mencari penghasilan dengan bekerja di panti pijat plus-plus. Suami Karin -panggil saja Donwori- memang tak bisa memberikan jatah bulanan berlebih untuk istrinya. Karena itu Donwori yang berprofesi sebagai tukang kayu mengizinkan Karin bekerja. "Pamite kerjo ya sek limang wulan iki kok. Diajak bolone kerjo gak atek soro pamit bekerja sudah lima bulan ini. Diajak temannya bekerja biar tak begitu sengsara, red,” ujar Donwori di kantor Pengadilan Agama PA Kelas IA Surabaya, pekan lalu. Donwori pun membiarkan Karin mencari uang sendiri. Dia berpikir bahwa mencari rupiah jauh lebih bermanfaat ketimbang di rumah saja bergosip nirfaedah. Bulan demi bulan berlalu. Kehidupan rumah tangga Donwori dan Karin masih damai-damai saja. Donwori masih bergelut dengan pekerjaannya sebagai tukang kayu. Adapun Karin tetap setia dengan pekerjaannya. Namun, ketenangan itu tak berjalan lama. Ada teman akrab Donwori -sebut saja Donjuan- yang tiba-tiba datang membawa kabar mengejutkan soal Karin. Donjuan memberitahu Donwori bahwa Karin bekerja di panti pijat plus-plus. Donjuan yang suka jajan’ mengaku melihat dengan mata kepala sendiri saat Karin sedang menunggu pelanggan. "Dekne nakoni aku, kok aku ngolehi bojoku kerja nak panti pijet. Lah aku ya kaget. Wong bojoku pamite gak kerjo iku dia bertanya ke saya, kok membolehkan istriku bekerja di panti pijat. Lha aku kaget, orang istriku pamitnya tak bekerja seperti itu, red,” tutur Donwori. Karena merasa kaget dan penasaran, Donwori pun menginterogasi Karin. Tentu saja Karin langsung membantah dan berkelit. Karin menegaskan bahwa dirinya bekerja di pabrik roti. Ketika Donwori tak percaya, Karin menantang suaminya untuk menyambangi tempatnya bekerja. Donwori langsung teringat ketika mengantar Karin bekerja. Sebab, dia pernah mengantar Karin dan menurunkannya di depan pabrik roti. Karin memang lihai menutupi kedoknya. Dia mengaku bekerja di bagian pemanggang roti. Donwori pun luluh dan kembali percaya bahwa Karin setia. Namun, itu tak berlangsung lama. Donjuan kembali datang dan mengabari Donwori soal Karin. Tak sekadar datang membawa info, Donjuan juga memperlihatkan foto Karin saat berlalu-lalang menunggu pelanggan di panti pijat plus-plus. Akhirnya Donwori benar-benar murka. Donwori langsung bergegas menuju ke panti pijat tempat Karin bekerja. Rupanya informasi dari Donjuan bukan hoaks. Sebab, Donwori benar-benar melihat Karin berada di panti pijat mesum itu. Donwori juga melihat dengan mata kepala sendiri saat Karin baru saja melayani tamu. Saat itulah Donwori emosi, sedangkan Karin langsung kicep. Donwori benar-benar lepas kendali di tempat Karin bekerja. Menurutnya, Karin bekerja mencari uang secara tak halal. Untungnya waktu itu ada Donjuan yang mengajak Donwori pulang. Namun, Donwori sudah tak mau lagi dengan Karin. "Wis kecewa, sampek omah tak talak langsung. Ngisin-ngisini aku wae sudah kecewa. Sampai rumah langsung saya talak. Memalukan diriku saja, red,” tutur pria asal Kenjeran itu dengan nada kesal. MANTAB BETUL .....
Cerita ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu, waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, […] Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan […] Namaku Andrie. Dan pacarku Yuni. Aku baru berkenalan dengannya sekitar 2 bulan. Waktu awal kenalan,aku tidak pernah mampir kerumahnya. Kami […] Saat ini saya berusia 20 tahun dan sudah menikah. Saya sampai saat ini masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di […] Rumah yang mewah, uang yang berlebihan dan fasilitas hidup yang lebih dari cukup ternyata bukan kunci kebahagiaan untuk seorang wanita. […] Ma, minta susu…! teriak seorang bocah kepada mamanya.“Iya bentar!” teriak mamanya dari dalam kecil tersebut adalah anak dari mama […] Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks atas wanita. Pengalaman […] Hari itu aku pulang ke rumah sudah jam 9 malam,sejak dari sepulang sekolah aku keluyuran main ke rumah temenku,aku baru […] Namaku Anton, murid SMA De Britto. Orang tuaku juga lulusan dari SMA itu sehingga aku juga di suruh sekolah di […] Kisah ini menceritakan sepak terjang seorang pemerkosa maniak yang licik dan kejam. Sersan Dua Aryanti adalah seorang anggota Polwan yang […] 1 2 3 4 … 25
cerita dewasa pijat plus plus