cerita dewasa ngentot tante sendiri

ceritadewasa ini, sedarah anak nafsu ngentot sama ibu kandung demi uang cewek cantik rela dientot tukang ojek jilbab di paksa ngentot sama atasan abg tertangkap tentara lalu diperkosa bergiliran download pelajar smp ngentot di rekam sendiri download perkosaan site videobokep sex indo jepang terbaru dan terupdate, ngentot ibu CeritaDewasa Bergambar bokep ngentot hingga Cerita Dewasa Bergambar bokep ngentot anak sd kata itu termasuk telah terlampau bagus. gambar seks dewasa bersama dengan type sendiri bakal mempermudah anda untuk sadar ciri khas dan kebolehan yang ada terhadap diri ngewe mendesah nikmat. Tantenggak pernah merasakan yang seperti ini, ungkapnya terbata di selasela rintihan dan lenguhan yang keluar dari mulut ibuku. Mungkin karena sudah tak tahan menahan gairah yang kian memuncak, ibu akhirnya menggeser tubuh. Melepaskan pantatnya dari mulut Roni yang terus mencengkeram menyerang anusnya dengan jilatan lidahnya. Kv_0n0Yq9s1GDlbmSbaI81M1piAAku mengenal yang namanya wanita sejak kecil, kakakku seorang wanita, kedua adikku wanita, ibuku wanita, hehehe. Cerita Dewasa Ngentot dengan Sekretaris di kamar mandi Ngentot dengan Sekretaris di kamar mandi- Hari Senin itu adalah hari kerja pertama bagi Shinta. minh thương dễ tránh yêu thầm khó phòng. Saya Dito.....umur 23 tahun baru lulus dari salah satu universitas ternama di Malang. Dan saya berasal dari keluarga baik-baik. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah sidoarjo. Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur 3 dan 5 tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik menurut saya umurnya sekitar 27 tahun. saya sendiri tinggal disurabaya kurang lebih jarak tempat tinggalku dengan tante adalah 19 Km.......................... Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit 'gatel' om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah saya, Om Pram dan Tante Sis. "Brak.." suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, "Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku." Dalam hatiku berkata, "Wah ribut lagi." Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Tarunanya dan pergi entah ke mana. Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku. Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri. Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan. Aku bertanya, "Kenapa Tan? Om kambuh lagi?" Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut. Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis. Tiba-tiba Tante Sis berkata, "To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Surabaya, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi." Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya kira-kira berukuran 34. Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu. Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi. "Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!" "Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana." Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, "Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok." tapi pikiranku sudah mulai macam-macam. "Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella." "Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok." Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki. Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, "To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!" Dengan nada marah Tante Sis mengusirku. Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku. Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal mungkin marah bercampur sedih menjadi satu. Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang. "Mau apa kamu To?" tanyanya dengan gugup bercampur kaget. "Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante". Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya. "Lepasin Tante, Dito," suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku. Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit. kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri....yaitu tanteku.... Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang TANTEKU........... , Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku . ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini............................................ "To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun". Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. .......usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil......karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama bahkan mungkin lebih fatal akibatnya....... Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku. "Auuhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun.. tolong To jangan lakukan .....lepasin Tante To.." Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, "Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih.....," bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa. Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, ........tanteku menggelinjang hebat.....seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya.... ssshhhhhhhhh....tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku.......kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, "Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dito yang menyayangi Tante." Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku. kemaluanku kudorong perlahan ...seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama........ cllkk.... bunyi badanku beradu dengan badan tanteku.......seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yangbetul betul enak...... ... Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme........................................... ............... kudiamkan sejenak .....kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya.........kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat.....kurasakan tubuh tanteku bergetar.... kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya....... kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas......kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaan tanteku......tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku,....lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan.....dan menurunkannya lagi....kuangkat lagi......dan kuturunkan lagi.......kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas ...kelubang nikmatnya...... ahirnya tanpa kubantu ....tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun..... oooooooccchhhhhhhh.......aku yang blingsatan kenikmatan... rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas.... kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini.... rupanya tanteku mengetahui keadaan ini ...ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk liuk persis pantat Anisa bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya....... oooooochhhhhh,............sshhh......kali ini aku yang mirip orang kepedasan aku mengangkat kepalaku...kuhisap puting susu tanteku..... ia mengerang........goyangannya tambah dipercepat.... dan 5 menit berjalan .......tanteku bergetar lagi......ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua...... pundakku dicengkeramnya erat...... ssshhhhhhh.........bibir bawahnya digigit...sambil kepalanya menengadah keatas..... "to....bangsat kamu.......tante kok bisa jadi gini.....ssssshhhh ....tante udah 2 kali kluarrrrrrrr..."..... aku hanya tersenyum..... "tulangku rasa lepas semua to...." aku kembali tersenyum... "tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu.." kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional.. kugenjot dengan deras kewanitaannya..... oooohhh oohhh....ssshhhhh tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku.............. aku pun sudah kepengen nyampe....... dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya. ssshhhhhh......aaachhhhhhh.................... spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku........ mata tanteku sayu menatapku klimaks......... permainan panjang yang sangat melelahkan......yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih....... kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku....................... "kamu harus menjaga rahasia ini to....." aku hanya mengangguk.... dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak....... karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera kerumahnya...... Cerita yang kutulis ini adalah segelintir rasa sesal yang terpendam di hati. Aku berdosa telah menjalin hubungan dengan tante sendiri dan bahkan menghamilinya. Aku tak kuasa menceritakannya kepada siapapun termasuk kepada istriku. Terimakasih kepada redaksi karena telah memberiku kesempatan menulis cerita hidupku disini. Namaku ST, aku seorang pria dan umurku sekarang 29 tahun. Aku bekerja di salah satu perusahaan finansial di kota Bandung. Aku sudah menikah pertengahan tahun lalu dengan pacarku. Ceritaku dimulai pada awal tahun 2012 ini tepatnya pada bulan Januari yang lalu ketika aku mendapat tugas selama 1 bulan di Jakarta. Di Jakarta aku tinggal di rumah salah satu pamanku yang paling akrab denganku sejak aku masih kecil, sebut saja namanya Z. Pamanku berusia 34 tahun. Beliau tinggal bersama istrinya, tante S 25 tahun, dan anaknya yang masih balita berusia 3 tahun. Meskipun aku mendapat tunjangan penginapan dari kantor selama di Jakarta aku pikir dengan menginap di rumah pamanku, aku bisa menghemat lebih banyak uang buat kutabung. Singkat cerita aku sudah menetap sekitar 3 mingguan, aku ingat pasti tanggal itu 25 januari 2012, aku pulang agak cepat dari kantorku karena sudah tidak ada kegiatan lagi, namun begitu aku sampai di rumah, aku melihat pamanku tengah bersiap-siap untuk pergi ke luar kota, katanya dia disuruh bosnya mengantar bahan baku ke Tangerang selama 4 hari. Oiya pamanku seorang suplier bahan baku pakan ternak di jakarta. Oleh paman, aku dititipkan keluarganya, jadi tinggalah aku dan istri pamanku beserta putranya yang masih kecil di rumah itu. Aku memanggil istri pamanku my aunt, meskipun usianya masih dibawahku tapi aku menghormati pamanku, istrinya tentu adalah tanteku juga. Dan barangkali perlu pembaca ketahui, sekalipun istri pamanku cantik namun tak sedikitpun aku menaksirnya atau punya niat menggodanya, prinsipku adalah walau bagai manapun juga dia adalah tante, istri pamanku yang aku hormati. Setelah pamanku pamit kemudian aku tidur dan tak terasa aku bangun sudah pukul Aku lihat sepupu kecilku tengah tertidur pulas di ruang tengah dan sedikit pintu kamar agak terbuka, nampak ibunya tengah luluran di kamarnya. Akupun bergegas ke kamar mandi. Selesai dari kamar mandi aku dengan tergesa gesa sedikit lari menuju kamarku, namun di tengah rumah aku bertabrakan dengan tante S yang sama-sama memakai handuk. Entah setan apa yang telah merasuki diriku ini? aku malah memberanikan diri memeluknya, entah darimana keberanian itu datang. Yang jelasnya perbuatan dosa itu aku lakukan dengan istri pamanku sendiri. Herannya lagi tanteku hanya pasrah, tidak ada sedikitpun perlawanan terhadapku. Sampai-sampai aku berani meminta jatah dan berhubungan seks setiap malam selama 4 hari itu. Aku heran, tante seolah takut dan tak berdaya. Hingga akhirnya pamanku pulang dan masa tugas di jakarta ku juga sudah selesai, aku akhirnya pamit pulang ke Bandung. Empat bulan kemudian aku menikah dengan tunanganku dan kudengar juga keluarga pamanku baik-baik saja dan seolah tidak ada kejadian apapun di rumah itu. Namun ada berita tidak mengenakkan yang aku dapatkan, istri pamanku tengah hamil. Dari situ aku merasa sangat berdosa karena telah mengkhianati rumah tangga pamanku. Tak sedikitpun pamanku menaruh rasa curiga terhadapku dan sungguh aku tak percaya ketika tanteku melahirkan seorang bayi yang hampir mirip denganku. Hingga kini desember 2012 kudengar pamanku sering banyak melamun dengan kehadiran anak ke 2 nya. Demikian sekelumit cerita bersama tante yang menimbulkan sesal mendalam dihatiku, aku merasa sangat bersalah kepada paman dan bibiku.. Sungguh aku berdosa sekali. Seperti yang diceritakan kawan ST kepada ManadoCerdas Cerita 69 - Diajari Ngentot Oleh Tante Erni - Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni biasa kupanggil dia begitu orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante inilah yang bikin aku cepet gede maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet.Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan wuih aku suka banget nih.Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante ngajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.“Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Erni sambil mulai mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante.“Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante.“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Erni.“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.“Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante membiarkanku memegang-megang vaginanya.“Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”.“Iyah Tante”, Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain. Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.“Lex, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.“Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante.“Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.“Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?” tanya Tante sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.“Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?” kelakar Tante Erni pun bingung,“Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.“Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante sambil memegang si kecilku.“Ah Tante bisa saja” kataku.“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante”“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.“Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante .Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante yang kurasakan Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante lembab dan agak basah.“Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Erni.“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?”“Enggak Tante”Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante.“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.“Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi” pintaku pada Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante basah entah kenapa.“Tante kencing yah?” tanyaku.“Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah”.Dilepaskannya pula celana dalam Tante dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku“Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante hanya ketawa kecil.“Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata mulai memegang penisku lagi,“Lex Tante mau itu nih”.“Mau apa Tante?”“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Erni.“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”“Tapi Alex enggak bisa Tante caranya”“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.“Lex jilatin donk punya Tante yah” katanya.“Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi”“Coba saja Lex”Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante pun mulai mengulum penisku.“Achh.. hgghhghh.. Tante”Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan asli aku juga bingung kok bisa gitu yah aku mulai menjilati vagina Tante sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.“Kamu tahu enggak mandi kucing Lex” kata Tante hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku payudara Tante Erni mengeras, Tante menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante, langsung Tante kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex” kata Tante sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.“Lex masukin donk Tante enggak tahan nih”“Tante gimana caranya?”Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.“Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.“Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Erni langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.“Tante, Alex kayanya mau kencing niih”Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante yang itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante, tepat jam 430 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.“Lex kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.“Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante.“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante sudah dikarunia 2 orang anak yang kuketahui bahwa suami Tante ternyata mengalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni. Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi simpanan Tante bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua juga aku menemani seorang kenalan Tante yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda. Cerita Sex Panas setelah sebelumnya ada kisah Nonokku Seharian Dientotin Anak Majikan, kini ada Aksi Nekat Temanku Memperkosa Ibunya Sendiri. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot. Hadir lagi kembali disini masih bersama situs cerita dewasa yang tentunya selalu update cerita seks seru setiap hari. Kisah kali ini akan menceritakan sebuah cerita sex pemerkosaan yang dilakukan anak terhadap ibunya yang montok dan seksi, sungguh aksi nekat bukan. Sebut saja namanya Deni, dia adalah sahabat terdekatku dari SMP. Sudah 7 bulan aku tidak bertemu dengannya, Terakhir bertemu ketika kami lulusan di sekolah, setelah itu tidak berjumpa lagi karena aku dan Deni tidak bersekolah di sekolah yang sama lagi. Tak terasa, kini aku sudah berada di kelas 1 SMA semester 2. Dulu ketika SMP sistemnya caturwulan tapi kini sudah berganti ke kurikulum 2004 maka, sistemnya pun berubah menjadi semester. Memang agak beda, dulu ketika SMP dengan sistem caturwulan rasanya lama tapi kini setelah berganti jadi sistem semester waktu menjadi tidak terasa. Terakhir threesome ketika aku dan Deni ngentot Bu Suti setelah itu belum pernah lagi. Agak sedikit kecewa, karena dulu Deni pernah menjanjikan akan mengajakku ngentot ibunya atau pembantunya. Tapi kekecewaan itu takkan menjadi masalah sebab, aku memang tidak terlalu berharap untuk hal itu. Soal ngentot, aku masih tetap melakukannya. Memang, ngentot Bu Suti sudah sangat jarang sekali karena terbentur kondisi dan juga keadaan. Tapi ngentot Tante Cici adik kandung ibuku sendiri masih tetap berlangsung. Oleh sebab itu, untuk urusan ngentot tidak terlalu membuatku pusing sebab masih dapat tersalurkan dengan baik walaupun hanya 2 atau 3 kali dalam seminggu itupun bergantung pada mood tanteku dan kondisi di rumah. Kebiasaan ngentot dengan wanita yang lebih tua cukup berpengaruh pada kehidupanku. Walaupun tampangku gak jelek-jelek amat tapi aku belum punya pacar. Memang ada beberapa wanita di sekolahku yang sering menggoda dan cari-cari perhatian tapi aku biarkan saja karena memang terbentur persoalan selera. Tidak ada diantara teman cewek di sekolah yang menjadi seleraku malah aku lebih tertarik sama guru sosiologiku. Emh, ketika di rumah aku sering sekali membayangkan susu montok dan pantatnya yang bahenol. Ingin rasanya aku menyentuh dan meremasnya. Ketika itu hari minggu, tiba-tiba Deni datang menggunakan sepeda motor ke rumahku. Kangen juga aku sama dia. Walaupun setiap bertemu dengan dia pasti saja aku dicekoki minuman. Tapi dibalik itu semua, dia satu-satunya teman yang paling baik, paling peduli, dan paling mau aku susahkan. “Reno! apa kabarnya?” tanya Deni. “baik, Den. Ke mana aja gak pernah keliatan?” jawabku balik bertanya. Aku ajak ia masuk ke rumahku langsung menuju kamarku. Tubuh kawanku ini sekarang semakin tinggi dan atletis. Mungkin tingginya sekitar 170cm dengan kulit yang agak hitam sekarang. Ia duduk di kursi kamarku. Aku menawarinya minum tapi ia menolak sambil mengeluarkan vodka yang biasa kita minum. Melihat kebiasaannya itu aku hanya bisa tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. “mau gak?” katanya sambil menunjukan botol vodka. “bolehlah.”jawabku tanpa ragu. Sambil minum dan merokok di kamarku, Deni bercerita banyak mengenai sekolahnya dan tidak ketinggalan cerita-cerita ngentotnya bersama ibu, pembantu, dan pacarnya di sekolah. Rupanya kawanku ini sudah punya pacar, pantas aja selama 7 bulan sulit sekali bertemu. Aku pikir ia telah lupa dengan janjinya ternyata sama sekali ia tidak lupa. Bahkan kedatangannya ke rumahku untuk mengabarkan berita baik itu. Ibunya sudah berhasil ia bujuk tinggal meminta kepastian kapan aku siap ikut ngentot ibunya. Setelah waktu dan harinya sudah kita sepakati, ia mulai bercerita awal mula ia bisa ngentot ibunya. Ternyata, ibunya yang seorang janda itu ia perkosa dengan cara memborgol kedua tangannya ketika ibunya sedang tidur. Ibunya ketika itu marah dan geram padanya sampai hendak melaporkan perbuatannya pada polisi. Mendapat ancaman demikian, Deni cuek aja bahkan esoknya ia melakukan hal yang sama. Ia perkosa lagi ibunya dengan cara yang sama bahkan ia merekam semua adegan tersebut. Kemudian ia mengancam balik akan menyebarluaskan rekamannya dan tidak akan melepas borgol dikedua tangan ibunya serta akan mengurung ibunya di dalam kamar. Ternyata ibunya keras kepala sehingga Deni benar-benar tidak melepas borgol yang terpasang dikedua tangan dibelakang pinggang ibunya seharian penuh. Sampai akhirnya, ibunya menyerah. Walaupun ibunya sudah pasrah tetapi ibunya masih tidak rela ketika tubuhnya berkali-kali dilahap oleh anaknya sendiri. Seiring ketidakrelaan ibunya, Deni terus saja melakukan perbuatan serupa kepada ibunya. Tenggorokan ku sampai kering mendengar pengakuan temanku. Sungguh aku tidak menyangka dibalik tampangnya yang baik dan santai ternyata ia begitu nekat dan gila. Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 4 sore. Sebelum Deni pamit ia memaksa ingin memphoto kontolku. “goblok! enggak ah, ngapain photo-photo kontol segala!” ucapku sambil bergurau memukul perutnya. “untuk bukti, ji! Biar mamah percaya bahwa kontol kamu tu gede!” jawabnya sambil cengengesan. “gak mau! kayak homo aja minta photo kontol! Tar aja, mamahmu liat langsung aja!” kataku sambil membukakan pintu kamar untuk Deni. Sambil tertawa-tawa, aku antarkan Deni sampai ke depan rumah. Ia berjanji, akan menjemputku besok seusai pulang sekolah. Setelah aku mengiyakan, ia pun pergi dari rumahku yang sedang sepi karena keluargaku sedang pergi ke rumah saudara. Tanteku yang ada di rumah sedari pagi tidak kelihatan, makanya setelah mengantar Deni ke depan rumah aku bergegas menuju kamar Tante Cici yang berada di sebelah kamarku. Di dalam kamarnya, Tante Cici tampak sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tak berani mengganggu aku tutup lagi pintu kamarnya dan segera menuju kamar mandi karena sedari pagi belum mandi. Esoknya, sepulang bubaran sekolah, Deni sudah berada di depan sekolahku menunggu disebuah kios rokok. Aku segera menghampirinya dan langsung pergi menuju rumahnya menggunakan sepeda motornya. Aku kaget, ternyata Deni anak orang kaya. Rumahnya besar dan mewah. Agak ragu-ragu aku ikuti langkah Deni masuk ke dalam rumahnya. Terlihat segala perabotan mewah menghiasi rumahnya. Aku hanya mampu berdecak kagum. Deni mengajak menuju kamar tidurnya di lantai 2. Terlihat dan terasa, kamarnya luas dan nyaman sekali. Aku diam tak banyak bicara. Sampai akhirnya Deni mengajakku ke meja makan di lantai bawah untuk makan siang. Semua hidangan telah siap di meja makan disiapkan oleh pembantunya yang sudah cukup tua. Aku taksir umurnya antara 45/46 tahun. Bodynya masih yahut. Dadanya besar, tubuhnya agak gemuk dan agak pendek. “nah ini pembantu yang sering aku entot, Ji!” kata Deni ketika pembantunya menuangkan air ke dalam gelas untuk minum. Aku tercekat kaget dengan ucapan Deni. Aku tak tahu apa maksudnya sampai selantang itu ia berkata demikian. Pembantunya pun terlihat begitu malu dengan wajah memerah dan terlihat ia menjadi salah tingkah. Selesai makan, Deni tampak sibuk dengan hpnya. Pada tahun 2004, hp masih jarang dimiliki anak sekolah walaupun ayah dan mamahku sudah memiliki benda canggih tersebut dan pernah menyarankan agar aku juga memliki hp supaya bisa setiap saat menanyakan keberadaanku yang sering pulang terlambat. Tapi aku belum tertarik dengan benda tersebut dan akan tidak nyaman jika benar fungsinya untuk memantauku. Maklum masa remaja bagiku adalah masa-masa mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dan ingin hidup bebas. Pukul 5 sore ibunya pulang. Deni segera mengenalkanku pada ibunya. “saya Reno, tante. Teman SMPnya Deni.” kataku memperkenalkan diri sambil mencium punggung tangan ibunya dengan penuh rasa hormat. “saya, Meta. Ibunya Deni.” jawabnya sambil tersenyum manis dengan gaya khas orang kaya yang elegan. Seusai perkenalan denganku, ibunya langsung menuju kamarnya karena hendak ganti baju dan mandi. Sungguh beruntung Deni memiliki ibu yang cantik, badannya montok, dadanya besar, pantatnya semok, kulitnya putih, dan rambutnya yang hitam berkilau di potong pendek sebahu. Seksi sekali. “gimana, ji? cakep gak tuh?” tanya Deni seolah paham aku yang sedang terpana. “cantik banget, den!” jawabku dengan jujur. “kita mulai bermain sekarang, ji!” ajak Deni sambil menarikku menuju kamar tidur ibunya. Di dalam kamar, tampak Tante Meta sedang membersihkan wajahnya di depan meja rias. Ia hanya mengenakan kutang ungu dan rok hitam selutut. Ia sedikit kaget ketika aku dan Deni tiba-tiba masuk kamarnya. “mah, temanku ini gak bisa lama-lama di sini. Soalnya besok ia harus sekolah pagi-pagi.” kata Deni menginformasikan pada ibunya. “oh begitu.” jawab Tante Meta singkat sambil terus membersihkan make upnya dengan kapas. “gimana, mah, dengan rencana yang pernah aku obrolin? bisa dimulai sekarang?” tanya Deni pada ibunya. Sedangkan aku hanya diam saja sambil memperhatikan tubuh Tante Meta dari belakang. “yaudah, tunggu dulu. Mamah cuci muka dulu ya!” jawab Tante Meta sambil beranjak dari meja riasnya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Aku dan Deni duduk di sofa merah empuk dan lembut yang berada di dalam kamar tidur ibunya. “gimana, ji? kamu siap?” tanyanya kepadaku. “aku malu, den. Gak tau juga gimana memulainya. Lagian aku baru pertama kali bertemu ibumu. Belum akrab, dan yang pasti bakalan canggung.” jawabku apa adanya. “gampang, nanti kita garap aja bareng-bareng! Mamahku juga pasti canggung, makanya sebisa mungkin kamu jangan canggung-canggung.” sarannya kepadaku. Mendapat pernyataan dari Deni tak membuatku menjadi tenang. Jantungku tetap berdebar kencang. Aku gelisah sekali antara malu, takut, canggung, khawatir, pokoknya segala macam perasaan dan pikiran campur aduk sampai membuat badanku menjadi panas dingin. Ketika pikiran dan perasaanku sedang tidak menentu, Deni tiba-tiba beranjak dari sofa menuju kamar mandi ibunya sambil mengeluh. “haduh, lama banget nih mamah di kamar mandi!” ucapnya sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi ibunya. Tak lama, Deni ke luar dari kamar mandi ibunya disertai Tante Meta yang hanya mengenakan handuk berwarna putih. Aku terpana melihat kemolekan tubuh Tante Meta yang berbalut handuk menutupi sebagian dada dan pahanya. Sungguh menggairahkan sekali. Susunya yang besar terlihat menggelembung di balik handuknya. Sungguh tubuh yang luar biasa dengan kulit putih dan bersih. Melihat pemandangan yang hot tersebut, kontolku langsung tegang dan mengeras. Aku agak meringis sebab, kontolku yang mengeras posisinya mengarah ke bawah jadi ketika tegang seperti ini lumayan agak sakit dan menyiksa. Deni langsung membuka permainan. Ia berciuman dengan ibunya sambil tangannya menggerayangi kedua susu ibunya yang montok dan masih berbalut handuk. Aku masih canggung sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa selain menonton adegan panas tersebut. Dengan perlahan aku benahi posisi kontolku, aku posisikan kontolku mengarah ke atas supaya agak bebas dan tidak terlalu menyiksa sambil tetap tak beranjak dari tempat duduk. Dengan agak kasar, Deni melepas handuk yang melilit tubuh ibunya. Aku kembali tercengang, mataku tidak berkedip melihat susu besar ibunya bergelantungan tanpa tertutup sehelai benangpun. Susu Tante Meta mungkin sekitar 38C karena ukurannya benar-benar super persis pepaya dengan lingkaran merah agak besar disekitar putingnya yang besar. Tak kalah mencengangkan adalah memeknya yang tidak berbulu itu begitu tebal dan tembem. Persis kue dorayaki. Aku pandangi tubuh Tante Meta dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Benar-benar putih dan mulus tanpa ada sedikitpun bekas luka atau apapun. Sungguh wanita yang sempurna. Perutnya tak seperti perut ibu-ibu pada umumnya. Perutnya rata walaupun tubuh Tante Meta terbilang montok. Melihat Tante Meta telanjang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya membuatku berkali-kali mesti menelan ludah. Aku belum pernah melihat tubuh seindah dan seseksi ini secara nyata ada dihadapanku sebelumnya. Sungguh tubuh yang tidak ada bandingannya. Deni kemudian memintaku untuk mendekat. Dengan ragu-ragu, aku melangkahkan kaki mendekati mereka yang sedang asik berciuman dan saling remas. Tanganku kemudian dibimbing Deni dan diletakan pada susu ibunya yang besar. Terasa kulit susunya begitu lembut seperti kulit bayi dan tak kalah mencengangkan adalah susu itu terasa begitu kenyal. Dengan ragu aku usap sambil remas dengan lembut dan perlahan. Deni menghentikan ciuman pada bibir ibunya. Ia kemudian menyusuri leher menuju susu besar ibunya dengan mulut dan lidahnya. Dengan rakus Deni menjilati dan mengenyot-ngenyot susu ibunya. Agak ragu-ragu akhirnya aku pun mengikuti Deni bermain dengan susu ibunya dengan mulut dan lidahku. Namun, aku tidak seperti Deni yang begitu rakus dan lahap menjilat dan mengenyot-ngenyot susu ibunya. Aku julurkan lidahku, menjilati mengikuti lingkaran merah susu ibunya dengan perlahan dan penuh kelembutan. Mendapat sensasi berbeda pada kedua susunya, ibunya menjadi menggelinjang-gelinjang sambil mulutnya mendesis dan terkadang mendesah dengan suara yang begitu seksi. “ssssshhhhh, ooouuuuuuhhhh, eeeemmhhhh, aaaaauuuuuhhh.” Desah Tante Meta sambil tangannya mengusap-usap kepalaku dan kepala Deni. Aku mulai mengkombinasikan mulut serta lidahku untuk menjilati lingkaran merah susu Tante Meta, menghisap, dan mengenyot-ngenyot puting susunya yang besar dengan lembut dan perlahan-lahan. Sedangkan Deni masih asik menjilati dan mengenyot-ngenyot susu serta puting ibunya dengan rakus sampai air liurnya menetes dari mulutnya membasahi susu, perut, dan lantai kamar tidur Tante Meta. Perlahan lahan aku arahkan tangan kiriku menuju memek Tante Meta yang tanpa bulu serta tembem. Terasa memeknya hangat dan basah. Perlahan aku usap-usap lembut bibir vaginanya. “oooouuuuuhhh, ssssshhhhh, aaaaaaooouuuuhhhh.” desahnya sambil tubuhnya sedikit terguncang karena merasakan sensasi nikmat pada kedua susu dan memeknya. Deni kemudian menghentikan aksinya pada susu ibunya. Ia kemudian memintaku telanjang sambil ia pun membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. Dengan agak canggung, aku menuruti perintah Deni dan mulai menelanjangi diriku. Satu persatu baju dan celanaku bertumpuk di lantai. Kini aku, Dendi, dan Tante Meta sudah bugil tanpa sehelai benangpun. Wajah Tante Meta semakin memerah ketika matanya lekat memandang kontolku yang sudah tegang dan mengeras sejak awal melihatnya. Kemudian Deni merebahkan tubuh ibunya dan langsung mengintruksikan supaya aku segera menjilati memek tembem ibunya. Entah mengapa, walau aku sudah sangat bernafsu, rasa canggung dan malu masih saja ada. Dengan bercampur ragu, perlahan-lahan aku menuruti intruksi Deni kemudian mulai menjilati liang memek, bibir vagina tembem, dan itil Tante Meta dengan lembut dan perlahan. Tercium aroma wangi memeknya. Aku menjadi memiliki spekulasi bahwa memek orang kaya memang harum dan legit. Tubuh Tante Meta terlihat mulai resah, pinggangnya sesekali terangkat naik sambil pahanya ia gunakan untuk menjepit kepalaku yang terbenam menikmati kelezatan memeknya. “ooooouuuuuhhhh, oooouuuuuhhh, aaaaaaaahhhh, ehhhhmmmmmm, aaaaahhh.” desahnya sambil mulutnya mengocok dan menjilat kontol anaknya. Tak peduli kepalaku dijepit pahanya, aku terus menjilat-jilat liang memek sampai itilnya. Perlahan-lahan, aku hisap dan kenyot-kenyot liang memek, bibir memeknya yang tembem, dan itilnya berkali-kali dengan lembut. Sambil merasakan kontolnya dihisap dan dijilat-jilat ibunya, Deni dengan penuh nafsu meremas-remas dan memilin puting susu ibunya. Sehingga Tante Meta semakin terbakar api birahi. Tak sampai 10 menit, Tante Meta akhirnya mencapai orgasmenya. Terasa cairan kental, hangat, dan lengket ke luar dari dalam liang memeknya mengenai lidah serta daguku. Mendapat orgasmenya, paha Tante Meta semakin kencang menghimpit kepalaku dan menekan-nekan memeknya pada mulutku. “ooooouuuuuuhhhh, aaaaaaaeeehhhh.” lenguh Tante Meta mendapat sensasi orgasme sambil menjepit erat kepalaku dengan pahanya yang sekal. Setelah surut gelombang orgasme Tante Meta, perlahan aku bangkit sambil melap cairan orgasme Tante Meta pada daguku. Aku usapkan cairan itu pada kontolku yang masih tegang dan keras. Tante Meta bangkit dan melepaskan kontol Deni dari mulutnya. Deni kemudian mempersilakanku untuk mengentot ibunya terlebih dahulu. “kamu berbaring aja, ji.” pinta Tante Meta ketika aku dengan ragu-ragu mengangkangkan pahanya hendak melakukan penetrasi ke liang memeknya. Aku pun segera menelentangkan tubuhku di atas kasurnya yang empuk dan lembut dengan perasaan malu. Ternyata Tante Meta suka WOT. Tante Meta mulai menaiki tubuhku dan menduduki kontolku. Ia kemudian bergerak maju mundur sehingga kontolku yang panjangnya sampai ke udel itu bergesekan dengan memeknya yang tembem. Terlihat memek gundulnya Tante Meta mengkilat karena cairan birahi yang membasahi. Perlahan Tante Meta mulai mengarahkan kontolku yang panjang dan besar ke dalam liang memeknya. Ditekan tubuhnya turun secara perlahan. Tampak ia sedikit meringis. Namun, dengan perlahan-lahan ia menggoyang-goyang pinggulnya sambil menurunkan pantatnya supaya kontolku bisa terbenam lebih dalam di liang memeknya. Sungguh nikmat sekali. Otot lubang memeknya begitu kuat mencengkram kontolku. Sambil mulut Tante Meta tak berhenti mendesah, ia terus menggoyang-goyang pinggulnya dan menekannya supaya kontolku terbenam lebih dalam secara perlahan. Sampai akhirnya, kontolku amblas di dalam lubang memeknya yang lembab dan hangat. “oooouuuuhhhhh sssshhhhh, ooooouuuuhhhh sssshhhhh.” desah Tante Meta sambil menggoyang-goyang pinggulnya memutar. Perlahan-lahan ia mulai menaik turunkan pinggulnya mengocok kontolku yang terbenam di lubang memeknya. Deni mulai mendekat dan mengarahkan kontolnya ke mulut ibunya. Tante Meta mulai mengulum kontol anaknya sambil tubuhnya naik turun mengocok kontolku di lubang memeknya. Sesekali ia kembali menggoyang memutar pinggulnya membuatku merasakan nikmatnya cengkraman otot memeknya. “oooouuuuhhhh ssssshhhh, oooooouuuuuhhhh sssssshhhhh.” desahnya di sela-sela kesibukannya mengulum kontol anaknya. Sampai akhirnya Tante Meta berhenti mengulum kontol anaknya dan hanya mengocok-ngocok kontol anaknya dengan tangan kirinya. Tante Meta terus menduduki kontolku, bergoyang-goyang memutar, dan menaik turunkan tubuhnya mengocok kontolku yang terbenam di lubang memeknya. Deni segera bangkit menuju belakang punggung ibunya. Sehingga Tante Meta menghentikan sejenak aksinya mengocok kontolku. Perlahan-lahan Deni mulai menusukan kontolnya yang sudah dibasahi oleh ludahnya ke liang dubur ibunya. Tante Meta meringis merasakan duburnya ditusuk kontol anaknya sambil mendekap erat tubuhku yang ditindih tubuh montoknya. Perlahan-lahan Deni menekan kontolnya supaya bisa masuk lebih dalam di liang dubur ibunya. “ooooouuuuuu sssssss, oooooouuuuhhhhh ssssssshhhhh, aaaaaaaauuuuuuu.” erangnya sambil meringis ketika perlahan kontol anaknya masuk dan terbenam di lubang duburnya. Perlahan-lahan Deni mulai memaju mundurkan tubuhnya mengocokan kontolnya yang berada di lubang dubur ibunya. Tante Meta yang berhenti mengocok kontolku yang terbenam di dalam lubang memeknya hanya diam sambil mendesah dan mengerang-erang. Terasa oleh kontolku yang terbenam di memeknya dan kontol Deni yang terbenam di lubang duburnya membuat kontolku merasakan sensasi sesak yang nikmat. Perlahan aku mulai menaik turunkan pinggulku mengikuti gerakan maju mundur Deni. “aaaaaooooouuuuu ssssshhhhh, aaaaaaaahhhhhh ssssssshhhh, oooooouuuuhhhh ssssshhhh, eeeehhhmmmm.” desah Tante Meta menikmati tusukan di lubang memek dan duburnya. Sambil terus menaik turunkan kontolku yang terbenam di lubang memeknya, aku arahkan tanganku untuk meremas-remas susu besarTante Meta. Terasa begitu kenyal dengan puting besar yang sudah sangat mengeras. Aku mainkan jari-jemariku memilin-milin puting susunya. Sehingga tubuh Tante Meta kembali ambruk menindih tubuhku sambil mencium dan menjilati wajahku. Nafasnya terasa hangat menyentuh kulit wajahku. Dengan desah yang semakin seksi dan sarat akan suasana birahi. “oooooouuuuuuhhhhh sssshhhhhhh, aaaaaaaaahhhhh ssssshhhhhhh, mamah keluaaaarr!” lenguh Tante Meta sambil badannya mengejang-ngejang. Terasa memeknya berkedut-kedut dan mencengkram erat kontolku. Sehingga aku hentikan gerakan menaik turunkan kontolku demi merasakan kedutan dan cengkraman yang terasa nikmat pada kontolku. Deni pun berhenti memaju mundurkan kontolnya ke dalam lubang dubur ibunya memberikan memberikan kesempatan pada Tante Meta menikmati orgasmenya. Setelah gelombang orgasme Tante Meta mereda, Deni mulai kembali mengocokan kontolnya di dalam lubang dubur ibunya. Aku pun mulai mengikuti gerakan Deni dengan menaik turunkan kontolku di dalam lubang memek Tante Meta. Lebih dari 15 menit, hingga akhirnya Deni mempercepat gerakannya memompa ke dalam lubang dubur ibunya. Deni mulai memburu orgasmenya. “oooooouuuuhhhhh sssssshhhhh.” erang Deni dengan tubuh licin berkeringat. “aaaaaaaahhhhh sssssshhhhh, oooooouuuhhhhh sssssshhhh.” desah Tante Menta mendapat kocokan cepat di lubang duburnya. Sampai akhirnya Deni mencabut kontolnya dari lubang dubur ibunya. Menyemburlah sperma Deni di atas punggung ibunya. Aku melanjutkan menaik turunkan kontolku ke dalam lubang memek Tante Meta. Tante Meta kini lebih leluasa mulai mengimbangi gerakanku dengan menggoyang-goyang memutar. Matanya terlihat terpejam sambil mulut sedikit menganga mengeluarkan desah-desah yang membakar birahiku. Tampak gerakan pinggul Tante Meta mulai mengendur sehingga aku minta ia untuk berbari telentang. Tanpa banyak bicara, Tante Meta mulai melepas kontolku dari dalam lubang memeknya kemudian telentang di atas kasur. Aku tarik tubuhnya ke tepian kasur. kemudian aku angkat kedua kakinya ke atas. Tangan Tante Meta kemudian menggenggam kontolku yang licin penuh cairan memeknya untuk diarahkan ke dalam lubang memeknya. Sambil memegang kaki Tante Meta, aku mulai tekan kontolku memasuki lubang memeknya. Terlihat memeknya yang tembem semakin memerah. Tak hanya memeknya yang semakin memerah, susu, dada atas, leher, dan wajahnya pun semakin memerah. Aku mulai memaju mundurkan kontolku ke dalam lubang memeknya dengan cepat. Tubuh Tante Meta ikut terhentak-hentak akibat gerakan maju mundurku yang cepat mengocok kontol ke dalam lubang memeknya. Sehingga mulut Tante Meta terus menganga mengeluarkan desahan dan erangan kenikmatan. “ssssssshhhhh aaaaaaahhhh, ooooooouuuhhhh eeeeehmmmmm, ooouuuuuuhhhh sssshhhh aaaaaahhhh.” desahnya dengan mulut menganga dan mata terus terpejam. Di bawah 5 menit aku kocok dengan cepat memeknya, kembali Tante Meta mendapat orgasmenya. Tangannya mencengkram kuat tanganku yang sedang memegangi kakinya. “ooooouuuuuuhhhh sssssshhhhhh, oooouuuuuuuuhhhhh ssssssshhhhh, oooooouuuuuhhhhhh.” lenguh Tante Meta sambil tubuhnya mengejang-ngejang. Kedutan dan cengkraman memeknya kembali terasa. Aku hentikan gerakanku menikmati kembali sensasi nikmat pada kontolku akibat orgasme Tante Meta. Nafas Tante Meta masih terengah-engah. Sesudah Tante Meta sudah menguasai dirinya kembali, aku balikan tubuhnya yang telentang untuk tengkurap. Aku tarik kembali tubuhnya ke tepian kasur. Dengan posisi berdiri, aku mulai menusukan kontolku dengan perlahan ke lubang duburnya. Agak sulit karena posisinya terlalu rendah. Sehingga dengan kaki di bawah kasur, Tante Meta menaikan sedikit pinggulnya ke atas sehingga antara kontolku dan lubang duburnya sejajar. Perlahan aku tusuk kembali lubang duburnya setelah aku beri ludah dengan kontolku yang sudah basah oleh lendir memeknya. Walaupun Deni sudah mengentot dubur ibunya, aku masih merasa kesulitan memasukkan kontolku ke dalam lubang duburnya yang peret. Dengan agak kuat aku dorong kontolku perlahan-lahan. Tante Meta mengerang sambil tangannya mencengkram kuat sprei tempat tidurnya. “aaaaaaaauuuuuhhhhhh ssssssshhhhh, oooooooouuuuuuwwww ssssssshhhhh.”erang Tante Meta sungguh seksi sekali terdengar di telinga. Setelah kontolku terbenam seluruhnya di dalam dubur Tante Meta, aku mulai memaju mundurkan kontolku mengocok duburnya secara perlahan. Tante Meta terus mengerang dan mendesah sambil tangannya tetap mencengkram kuat sprei kasurnya yang empuk dan lembut. “ooooouuuuuhhhh ssssshhhhh, ooooouuuuuuhhhhh sssssshhhhhh.” desah Tante Meta semakin sering dan cukup keras. Deni yang sudah orgasme hanya duduk di sofa merah sambil melihatku ngentot ibunya. Tersungging senyum mengembang di wajahnya ketika matanya beradu pandang denganku. Dubur Tante Meta sudah terasa licin sehingga aku leluasa mempercepat gerakan memaju mundurkan kontolku. Sambil terus bergerak memaju mundurkan kontol dengan cepat, aku remas-remas pantat montoknya yang menggemaskan. Semakin cepat aku memaju mundurkan kontolku ke dalam dubur Tante Meta, aku semakin merasakan kenikmatan pada kontolku. Sehingga kontolku mulai terasa gatel dan geli nikmat. Sampai akhirnya, aku tak kuat lagi menahan gelombang yang membuat syaraf menegang. Aku hentak-hentakan tubuhku menghantam pantat montok Tante Meta sambil menyemprotkan spermaku ke dalam lubang duburnya. Belum usai spermaku terkuras habis, tubuh Tante Meta mengejang-ngejang. Pantatnya ia tekan-tekankan sambil kepalanya mendongak ke atas. Sehingga kontolku kembali terbenam lebih dalam di dalam duburnya. Meluncurlah lenguhan panjang dari mulutnya. “ooooouuuuuuhhhh ssssssshhhhhh, aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh!” lenguh Tante Meta mendapatkan orgasmenya lagi. Dengan nafas ngos-ngosan, aku tahan tubuhku supaya tidak ambruk menindih tubuh Tante Meta. Setelah usai gelombang orgasmeku dan orgasme Tante Meta, perlahan aku cabut kontolku dari liang duburnya. Keringat membasahi sekujur tubuhku. Aku duduk di tepi kasur. Melihat permainan telah usai Deni bangkit dari tempat duduknya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur ibunya. Tante Meta duduk di sampingku sambil bertanya mengenai sekolahku, di mana aku tinggal, sampai bertanya tentang pacar. Sambil menunggu Deni ke luar dari kamar mandi, aku ngobrol dengan Tante Meta. Sambil mengakrabkan diri. Seusai makan malam di rumah Deni, Tante Meta memberiku hp tanpa sepengetahuan Deni. Dengan malu-malu aku terima hp tersebut. “nih, buat Reno. Ini kartu nama tante. Nanti kalau udah di pasang kartu, kamu segera hubungi tante, ya!” kata Tante Meta sambil menyodorkan hp dan kartu namanya. “iya, tante. Terima kasih banyak.” jawabku dengan malu-malu. Sekitar pukul setengah 9 malam, Deni mengantarkanku pulang dengan sepeda motornya. Aku pun pamit ke Tante Meta dan bergegas meninggalkan rumah Deni yang besar dan mewah. Aksi Nekat Temanku Memperkosa Ibunya Sendiri by – Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo. Part 1 Tersesat di HutanNamaku Rendy, usiaku 18 tahun. Aku tinggal di Jakarta dan baru saja lulus dari suatu SMA negeri di kota itu. Melalui tulisan ini aku akan menceritakan pengalamanku bersama mama dan tanteku yang merubah bernama Linda. Diusianya yang 42 tahun, wajah mama terlihat cantik sekali, kulitnya putih, dan cukup awet muda. Meskipun tidak selangsing dulu, tetapi tetap menampakan aura kecantikannya. Untuk menghidupi keluarga, sebagai orang tua tunggal, mama sehari-hari bekerja di perusahaan asuransi. Bekerja di perusahaan itu menyebabkan mama tetap menjaga kecantikan tubuhnya agar banyak orang yang tertarik berasuransi di perusahaannya, apalagi produk asuransi yang mama bidangi ditujukan untuk perusahaan-perusahaan hari mama memintaku mengantarkan dia ke pernikahan sepupunya di kota Solo minggu depan. Kota Solo jaraknya cukup jauh, lebih dari 500 km dari Jakarta. Ternyata, tanteku akan ikut juga namun suaminya tidak bisa ikut karena tidak mendapat izin bernama Lia, dia juga tinggal di Jakarta. Usianya 38 tahun. Sama seperti mama, Tante Lia juga berparas cantik dan awet muda. Tubuhnya juga masih terjaga kelangsingannya karena rajin berolahraga. Tante Lia biasa memakai hijab, tetapi masih tergolong hijab kekinian alias jilboobs, sehingga aku masih bisa melihat tonjolan payudaranya di bajunya ketika hijabnya yang dinanti pun tiba. Setelah kami menjemput Tante Lia di rumahnya, kami langsung berangkat. Perjalanan kami cukup menyenangkan karena cuaca cukup cerah dan tidak macet. Tetapi, di suatu daerah yang memiliki jalur tanjakan curam dan berkelok kelok, cuaca berubah. Tiba-tiba turun hujan yang sangat deras.“Ren, ini menurut peta ada jalan pintas dari sini. Nih liat bisa hindarin macet ngelewatin jalan-jalan kecil” kata Tante Lia yang duduk disampingku sambil menyerahkan hpnya kepada ku.“Kamu yakin Li?” Tanya mama yang terlihat tidak yakin.“Yakin, tuh mobil-mobil juga pada belok kesitu mbak” Tante Lia membalas.“Gimana Ren? Mau ga?” Tanya mama kepada ku.“Dicoba dulu deh ma” kami mencoba jalan itu dengan harapan menghindari kemacetan dan cepat sampai di kota Semarang untuk beristirahat. Kami sudah merencanakan menginap dulu di kota Semarang untuk beristirahat dan esoknya melanjutkan semakin deras saja dan jarak pandang semakin pendek. Suhu didalam mobil semakin dingin sehingga mama memakai jaketnya sedangkan Tante Lia tampak merapatkan pakaiannya saja. Kami terus mengikuti jalan yang terdapat di peta namun lama-lama aku mulai curiga karena suasana jalan semakin sepi dan sekeliling kami adalah menjalankan mobil secara perlahan. Suasana di kanan kiri gelap gulita, hanya tampak bayangan batang-batang pohon dan semak belukar. Penderitaan lengkap sudah ketika ban mobil terperosok di tanah yang lunak akibat hujan tadi dan mobilku tak kuat untuk keluar dari lubang itu. Mesin sudah ku gas penuh tetapi putaran ban yang kencang itu tetap tidak mampu mendorong mobil.“Mah gimana nih, mobilnya ga bisa jalan.” Kataku kepada mama.“Kamu sih Lia, asal ambil jalan aja” Mama menyalahkan Tante Lia“Yah kan ga tau bakal kaya gini” Tante Lia menjawabnya dengan nada bersalah, kemudian ia mengecek hpnya dan menggerutu, “Duh sinyalnya hilang.”“Ma, tolong pegang kemudi, Rendy mau keluar dorong mobil”, masih ngomel, mama bertukar posisi di belakang kemudi begitu aku keluar. Hujan segera membuatku basah kuyub. Sial, gumamku dalam hati. Ban itu begitu dalam terperosok, membuat setiap usahaku sia-sia selain hanya menghasilkan semburan lumpur ke celana pendek dan kausku. Kemudian ku sadari, bahwa hanya sekian meter di belakang mobil adalah sekumpulan pohon-pohon besar, demikian juga di dua jam menunggu tetapi hujan tidak kunjung reda. Dari kejauhan aku melihat suatu cahaya yang bergerak. Lama-lama cahaya itu mulai mendekat. Dari kegelapan muncul sosok lelaki paruh baya, bertelanjang dada dan memakai caping lebar. Ia mengetuk kaca pintu mobil kami. Aku segera menurunkan kacanya.“Ada yang bisa saya bantu, le?’’, tanyanya dengan suara yang parau namun cukup nyaring terdengar di tengah gemuruh hujan dan guntur.“Kami kesasar dan mobil kami terperosok pak”, jawabku setengah berteriak.“Wah susah juga ngedorongnya kalo hujan hujan gini. Lagian kalo berhasil, nanti didepan juga bakal terperosok lagi, banyak lubangnya di depan.” Balas si bapak tua orang tua itu lantas membantuku mendorong agar mobil itu keluar dari jebakan lubang. Namun tetap tak berhasil. Kini bahkan akibat kikisan tanah, seluruh ban mobil itu terperosok.“Sebaiknya tunggu besok pagi saja, le… kampung terdekat juga jaraknya 15 kilo lebih. Kalau sampeyan mau, malam ini nginap digubuk saya saja sama anak dan istri saya”, ujarnya dengan datar namun sepertinya aku tinggal di mobil dan tiba-tiba kaca diketuk kuntilanak atau gendruwo lebih baik aku turuti beliau. Namun tentu saja, aku harus minta persetujuan mama dan Tante Lia dahulu. Setelah berdebat, akhirnya mereka mau juga. Kami pikir lebih baik berada di tempat yang kering dan hangat daripada terjebak di dalam setapak yang becek di tengah hutan itu membuat mama dan tante berkali-kali terpleset, membuatku berkali-kali harus memapah mereka, tentu saja setelah terlebih dahulu dihadiahi sumpah serapah mereka. Payung yang mereka bawa terasa jadi percuma, karena tak mampu mencegah mereka menjadi basah lama kami berjalan hingga kami melihat gubuk dari bambu dengan cahaya remang-remang dari dalamnya. Rumah itu tampak sederhana, pantas si lelaki misterius itu menyebutnya gubuk. Sebuah rumah limas khas jawa dengan empat tiang kayu di bagian tengah, beratap genteng tanpa plafon, berdinding anyaman bambu dan berlantai dalamnya hanya meja kursi tua, dua dipan sederhana dan dua lemari reyot menempel di dinding. Dua lampu teplok yang kacanya telah menghitam menjadi alat penerang rumah tersebut, dan satu-satunya alat hiburan adalah radio transistor tua yang memperdengarkan suara pertunjukan wayang kulit mengiringi gemuruh hujan di luar, menambah suasana magis malam bagi Tante Lia. Dalam cahaya yang remang-remang, tak sengaja aku melihat Tante Lia yang menggunakan atasan merah jambu, BH hitamnya tampak terceplak karena basah hujan sehingga membuat pakaiannya menjadi agak transparan. Menyadari kenakalan ku, Tante Lia segera menutupi dadanya dengan digubuk itu, tampak sepasang perempuan di atas dipan tengah tertidur, terdiri dari wanita separuh baya dan satu lagi seorang gadis yang kira-kira seusiaku.“Ayuh.. Dang tangi, ono tamu, dang gawekno wedhang”, ayo cepat bangun, ada tamu, cepat bikinkan minum, ujar si bapak membangunkan isteri dan anaknya, kira-kira begitu menurut perkiraanku, walau tak bisa bahasa jawa tapi sedikit banyak aku bisa memahaminya karena mama kebetulan orang Jawa dan sering menggunakan Bahasa Jawa jika bertemu segera mereka beranjak bangun meninggalkan dipan yang hanya beralaskan tikar dan selimut kumal itu. Untuk ukuran desa sekalipun, si gadis berwajah cukup manis sementara ibunya sedikit lebih besar dengan wajah biasa saja. Si anak memakai memakai kain batik lusuh yang dililitkan menjadi kemben sebatas si ibu memakai BH putih lusuh dan kain sarung dari batik yang hanya diikat sebatas pinggangnya saja, layaknya kebiasaan wanita di desa, sehingga perut gempal berlemak khas ibu-ibu terlihat. Tampak jelas bahwa payudara sang ibu lebih besar daripada punya si anak, bahkan belahan dada si ibu sangat hati timbul rasa iba di hatiku melihat bagaimana miskinnya mereka, sekaligus juga bertanya-tanya bagaimana mereka bisa tinggal di tengah hutan dan terpencil seperti ini.“Kalian basah kuyub semua, sebaiknya ganti pakaian daripada masuk angin, silahkan ke belakang saja, kalau mau buang air dan bersih-bersih juga ada sumur”, ujar si segera menyambar ransel, tapi mama dan Tante Lia saling bertatapan bingung, tentu saja, mereka meninggalkan tas pakaian mereka di bagasi mobil. Sial, nampaknya aku lagi yang harus mengambilnya. Namun sebelum perintah mereka keluar, si lelaki itu berkata, “kalau mau biar pakai pakaian anak dan isteri saya, maaf kalau kurang menatap mama dan Tante Lia dengan wajah memelas, berharap tidak diberi tugas untuk mengambil baju mereka di mobil. Mereka mengangguk.”Maaf lho pak kalau ngerepotin”, ujar Tante dalam lemari reot, si bapak mengeluarkan setumpuk pakaian. Setelah dilihat, pakaian tadi hanya berupa dua lembar kain batik yang agak using dan dua kaus lusuh.“Maaf bu, hanya ini pakaian yang kami punya”, kata si bapakMama agak kaget sebenarnya, namun dalam keadaan seperti ini mama harus menerimanya. “Tidak apa apa pak, makasih ya.”Mama dan Tante Lia saling berpandangan. Setelah itu pembicaraan singkat terjadi antara Tante Lia dan mama. “mama dan tante duluan”, ujar mama tiba-tiba kepadaku sambil bergegas dengan menggamit tangan tante lia ke bagian belakang rumah yang dibatasi oleh dinding papan. Aku menunggu dengan duduk di kursi tua itu, sang lelaki paruh baya itu juga duduk di hadapanku sambil melinting tembakau dengan kertasnya dan menyalakan nyaris tanpa ekspresi namun sorotan matanya sangat tajam dan berwibawa. Tubuhnya yang bertelanjang dada itu juga tampak kekar menggambarkan ia sebagai lelaki yang ulet. “Maaf, kalau boleh tahu, nama bapak siapa?,” tanyaku mencoba basa basi. “Panggil saja Pak Simo”, jawabnya sambil menghembuskan asap rokok lintingan yang beraroma aneh itu.“Enngh… bapak udah lama tinggal di sini? ’’, tanyaku lagi. “Lebih tiga puluh tahun”, jawabnya singkat. ”Ini satu-satunya tanah warisan bapak saya dulu, pekerjaan saya buruh tani dan sesekali ngobati orang”, ujarnya lagi seolah-olah sudah tahu pertanyaanku berikutnya, walau aku sedikit tertegun dengan perkataan ngobati orang, tapi untuk tak menyinggung urung aku lama, Mama dan Tante Lia kembali dengan memakai kaus lusuh dan menggunakan kain batik itu sebagai sarung. Tampak payudara mereka sangat membusung pada kaus lusuh yang ternyata sangat kekecilan sehingga tidak bisa menutupi perut secara keseluruhan. Ditambah, kaus yang dipakai mereka mempunyai beberapa robekan seperti di bagian dada, perut, dan dan Tante Lia tampak risih dengan penampilan mereka karena khawatir pemandangan indah itu dinikmati oleh dua laki-laki digubuk ini, yaitu aku dan si bapak. Tante Lia yang biasa berhijab tampak terpaksa menggunakan pakaian ala kadarnya itu. Namun yang membuatku jengah adalah menyadari bahwa puting payudara keduanya tampak jelas menonjol walaupun di tengah cahaya temaram lampu teplok.“Kamu jangan ke belakang dulu,” ujar mama menyadarinya. Akhirnya mama kembali ke belakang dan kembali keluar dengan hanya menggunakan kain yang diikat sebatas dada menjadi kemben. Tante Lia pun menyusul melakukan hal yang sama. Saat kembali, Tante Lia sudah melepas kain hijabnya dan terlihat seperti berusaha melindungi bagian dadanya yang tidak tertutup kemben dengan kain hijab yang ia pakai itu, kemben yang mereka pakai ternyata tetap tak mampu menutupi seluruh payudara dan paha mereka, sehingga dada mereka masih terlihat membusung bahkan pemandangan indah tersebut ditambah dengan belahan dada dan paha keduanya yang masih terumbar. Mama dan Tante Lia juga terlihat sudah tidak menggunakan BH mereka yang ditandai tidak adanya tali BH yang melintang di pundak mereka, mungkin karena ikut itu membuat pundak mulus mereka menjadi terekspos. Menurutku sih model pakaian yang sekarang tidak lebih baik daripada yang tadi. Melihat pemandangan itu aku mulai berdesir dan gairah ku bangkit. Tapi aku berusaha menjauhkan perasaan itu. Untuk itu, aku langsung beranjak ke belakang untuk berganti pakaian dengan kaus dan celana dari dan tante tengah bercakap-cakap dengan lelaki pemilik rumah ketika aku tiba dari belakang. Aku segera bergabung. Pak Simo meladeni ocehan mereka dengan datar dan singkat. Matanya tajam menatap mama dan tante, membuat mereka tampak rikuh dan mengurangi intensitas omongan mereka. Aku duduk diantara mama dan tante lia.“Silakan diminum mas, bu”, kata si anak sambil senyum senyum itu ditujukan kepadaku. Si anak kemudian duduk di dipan yang berseberangan dengan dipan kami. Disitu sudah ada si bapak dan si ibu yang sudah duduk duluan.“Maaf bu, mas, hanya ini yang bisa kami sediakan”, kata si bapak ketika kami sedang menyantap hidangan yang mereka yang mereka sediakan adalah wedang jahe dan singkong rebus, cukup menghangatkan tubuh kami di tengah rintik hujan yang entah kapan akan reda.“Tidak apa-apa pak, maaf udah ngerepotin kata Tante Lia.“Nama saya Simo, ini istri saya namanya Sekar, dan anak saya Asih, dia baru 16 tahun”, si bapak mengenalkan diri.*Pic Bu Sekar milik Om Aris Baru*Wow pikirku, anak 16 tahun sudah secantik itu dan mempunyai payudara yang cukup besar.“Kalian bisa bermalam disini dulu, nanti pagi sepertinya hujan sudah reda”, kata Bu Sekar.“Gimana Mbak Linda?” Tanya Tante Lia.“Yaudah gapapa, toh kita emang rencananya mau nginep dulu semalem di Semarang”, jawab bincang kami terus berlanjut hingga malam makin larut. Kemudian mama dan Tante Lia pamit untuk tidur. Sementara itu Pak Simo menyalakan rokoknya dan keluar dari gubuk itu. Bu Sekar dan Asih bersiap tidur di dipan mereka yang tadi, sementara aku, mama dan Tante Lia tidur di dipan yang tadi kami semakin larut tapi aku tidak bisa tidur. Aku merasakan hal yang aneh, aku merasakan tubuhku makin hangat dan gairahku semakin menyala, apalagi disekelilingku ada empat wanita yang hanya memakai pakaian minim. Aku juga melihat mama dan tante yang sudah terlelap mulai seperti orang gelisah. Badan mereka mulai tidak bisa diam dan juga mendesah yang akan terjadi selanjutnya?

cerita dewasa ngentot tante sendiri